War In Life
etaris Chandra menyodorkan iPad berwarn
e panti asuhan Arunika?" Willy menscroll s
ujar sekreta
kerja keras yang dilakukan. Meski separuh jiwa hilang pergi untuk selamanya. Tetap, perta
to
tangan men
ia
Bibi Yunita dari lua
," tit
ah diperkenankan, dia melangkah maju ke depan meng
a a
pengajian sebentar l
saya akan
unita hendak berbalik badan dan kembali
h Ghea spontan ber
da apa
di m
ia tidak ingin diganggu da
ini," gumam Willy, raut wajah
kan keluar," r
k Tu
n doa bersama untuk mendiang almarhumah istrinya, Airin. Dia telah mengenakan busa
ng tinggi, keluarga bahagia, kini itu semua tak dibutuhkan lagi. Hanya panjatan doa yang
ikan sesegera mungkin," Willy tampak menyisir ramb
retaris Chandra yang b
u ke bawah, saya a
p Tu
*
to
an mengetuk pi
angguku, enyahlah!" teri
g membuka pintu kamar lalu
pengecualian dari mere
ut, hingga tak nampak secercah bagian pun yang terlihat. Melihat anaknya yang bersikap demiki
ly mengambil sebuah jepit rambut panjang dari meja kecil samping kas
. Meski sang Ayah sudah tepat bera
enyukai sikap anak yang senga
ut tebal berwarna ungu muda, warna favoritnya. Dia hanya membuka bagian atas selimu
ea Alexandra Anandyta bakal gini te
t kemudian duduk. Suaranya tampak kesal setelah me
a menyentuh? Kenapa semuanya te
gitu mengerikan sayang. Maksudny
ia ini. Menghabiskan sisa hidupk
h-aneh lagi, kita turun ke b
ap di sini,"
usai, bukan berarti dia menghindar dengan tak ikut hadir mendoakan Bunda bersama yang lain. Ini bukan hanya per
pakaian yang pantas untuk mendoakan Bunda," Wil
rela," tutur gadis itu, dia bahkan me
erhenti. Dia sepertinya
annya karena Bunda, lakukan dengan rasa bersalah karena tak bisa menjadi anak
hadapan makam sang Bunda meminta maaf karena semasa hidup Bunda belum bisa dikatakan sebagai anak
*
ap berbisik ke telinga Ayahnya yang tengah dudu
, tunggu saja,"
gadis itu melangkah menuruni anak tangga rumahnya. Dengan memakai
r akibat kepergian sang Bunda. Berjalan perlahan dengan sedikit menunduk kemudian didatangi para keraba
kuat ya," peluk
pa ke Bude aja ya can
i tenang di
at senyuman. Bukan hanya karena dia risih dengan yang lain hingga tak menangga
il Ayahnya dari seberang tem
anya," ucap gadis itu meninggalkan karib ke
bertengkar dulu
leh sang Ayah. Ingin rasanya Ghea menolak, tapi
rlabuh dipundak adiknya sekali saja untuk menguatkan seperti yang l
sana hati Ghea meradang. Hingga akhirnya hanya
*
ibuk dengan para tamu untuk mempersilakan mer
n. Mereka berjejer di depan meja panjang untuk mengantri parasmanan. Ghea meras
?" Bude Ajeng menahan tangan Ghea y
banget," dengan sedikit gelag
agi ya," tangan Bude menjurung k
munan orang-orang yang memadati rumahnya. Me
in
pesan
inya yang baru menginjak lima anak tangga untuk menuju ke kamar berhenti sejenak. Dia sontak memeriksa benda pip
apun, ibumu tidak me
elah membaca pesan anonim itu. Segudan
Ghea tergesa-gesa m
sedang tidak aktif coba..."
ed..." Dia panggil lagi, tap
lah-olah mencari seseorang. Tubuhnya gemetar, mengingat Bunda tidak memiliki riwayat penyakit apapun, apa itu berarti maksud dari pesan yang beberapa menit
iknya sebelum terjatuh. Melihat wajah sang adik y
sakit
tiba-tiba berubah menatap Galang dengan intens, d
unia ini adalah kamu, kak. Apa mungkin kamu
g. Dan ketika menyadari hal itu, Ghea segera melepaskan tangan sang kakak dari tubuhnya, di
apa sebenarnya tafsir kalimat itu
gadis itu mendengus dingin set
" Ghea melepas kasar tangan kakaknya yang be
an kasar barusan, dia malah ter
menjauh. Pria itu ingin mengejar, apa yang sebenarnya membuat sang adik menatap dirinya dengan tajam. Tatapan itu
buat orang kebingu
s itu terhen
ak perkataan it
u akan bersikap s
pada sumber suara. "Jika tidak menyukaiku pergila
nya cara membua
aja lo nge
ebenarnya k
mereka kian menipis. "Dengarkan b
topeng agar terlihat
adiknya yang mengatakan. Entah setan mana lagi yang merasuki adiknya, sungguh tak ada belas k