icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

SELAKSA KISAH ANAK MANUSIA

Bab 2 Keramas

Jumlah Kata:1193    |    Dirilis Pada: 26/04/2024

ak.Ningsih menghela nafas panjang. Masalahnya pasti uang lagi. Ningsih memang belum punya cukup uang untuk membayar uang sekolah anaknya, dia mencoba menabung untuk mencukupi kebutuhan

mandi dan keramas. Tadi malam dia menghabiskan malam yang begitu indah dengan suaminya. Entah mimpi, entah tidak, yang pasti dia sangat terlena. Ningsih tersenyum mengingatnya, seandainya ini memang mimpi, berarti ini adalah mimpi yang paling indah baginya.Ningsih keluar dari kamar mandi dengan ceria. Dia akan segera menyiapkan sarapan untuk keluarganya.Tapi belum lagi di keluar kamar mandi, langkahnya terhenti.Ke mana rumahnya?Kenapa di luar kamar mandinya adalah semak belukar dan kebun kosong? Ningsih mengintip dari balik pintu. Gelap menyergapnya. Di mana dia? Tanya Ningsih. Dia mulai panik. Ke mana rumahnya?Dia memberanikan diri membuka pintu kamar mandi, dan melihat ke luar. Di depannya ada sebuah sumur dan di samping sumur terdapat tumpukan piring kotor."Sih! Lama amat mandinya! Ayo cuci piring dulu!" teriak seseorang.Ningsih terkejut. Hancur sudah mimpinya dengan Yanto suaminya. Ningsih menelan ludah. Dia berjalam perlahan menuju ke samping sumur dan kemudian mulai mencuci piring. Ningsih bertekad, apapun mimpinya kali ini akan dijalaninya dengan berani.Setelah mencuci piring Ningsih membawa masuk piring itu ke dalam sebuah gubug yang ada di depan sumur. Seorang wanita paruh baya sedang memasak di dapur.Ningsih terkesiap. Itu, kan ibu mertuanya, yang sudah lama meninggal."Ngliwet, Sih! Engko Yanto mulih wis mateng segane! (Masak nasi, Sih! Nanti Yanto pulang sudah matang nasinya!)" perintah ibu mertuanya. Ningsih mengangguk. Dia segera menyalakan pawon atau tungku berbahan bakar kayu. Dia menyiapkan beras dan mencucinya di luar. Semua dikerjakan dengan tenang dan tanpa mengeluh, karena mimpi ini sama dengan masa lalunya.Ningsih mengusap matanya yang pedih terkena asap. Dia meniup api di dalam tungku agar semakin besar dan meletakkan panci berisi beras yang telah dicucinya.Ningsih segera mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, dia hafal watak mertuanya yang akan marah dan tidak terima kalau dia hanya diam saja. Ningsih membantu ibu mertuanya memasak sayur lodeh dan menggoreng tempe.Entah kenapa ada sekelumit rasa bahagia dalam hati Ningsih. Dia senang mengulang kehidupannya dari awal lagi. Dia tidak keberatan tinggal di desa kecil seperti ini, asalkan dia bersama dengan suaminya, Yanto. Ningsih tersenyum, membayangkan suaminya pulang nanti."Disiapke ning ngarepan kabeh, Sih! Saiki ibuk sing arep adus! (Disiapkan di depan semua, Sih! Sekarang ibuk yang mau mandi!)" seru ibu mertuanya. Ningsih mengangguk. Dia segera menata makan malam di sebuah dipan kecil di ruang tamu. Hatinya berbunga-bunga karena sebentar lagi suaminya akan pulang.Menjelang magrib, Yanto pulang. Ningsih sangat senang ketika melihat suam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka