icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

SELAKSA KISAH ANAK MANUSIA

Bab 4 Sinden-sinden yang Duduk di Atas Batu

Jumlah Kata:1818    |    Dirilis Pada: 26/04/2024

yum Candranita dan membantu menyeimbangkan tubuh Candranita di atas perahu karet itu. Nita –panggilan Candranita—berusaha untuk tidak gugup ketika menggenggam tang

karet itu sudah penuh terisi lima teman Nita dan lelaki yang membantu Nita tadi. Lelaki itu tersenyum dan kemudian berdiri, membuat perahu karet itu bergetar perlahan. Lelaki itu memberikan salam dan menyapa mereka semua, sepe

sik Saras, salah satu teman Nita yang duduk di belakang Nita. Nita me

lagi. Nita bergidik mendengar perkataan Saras barusan. Nita berpikir, kenapa juga Sa

ami arungi setiap hari. Yang penting ibu-ibu sekalian mematuhi semua prosedur keamanan yang telah kami ajarkan sebelumnya. Memakai jaket pelampung, helm pengaman dan menggun

n Nita menguap dan rasa berani mulai tumbuh perlahan. Nita tersenyum samar pada Bagas dan Nita merasakan rasa panas menyebar di pipinya, ah, rupanya Nita malu karena dia sudah

sedikit bergoyang. Nita mendaraskan doa dalam hati, dia menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya erat. Nita mendengar tawa di sekitarnya.

” teriak Bagas dengan keras. Nita langsung melakukan apa yang diminta Bagas. Dia s

Nita berseru gembira, Nita hanya mengulas senyum saja. Hatinya masih berdebar tak menentu. Setelah itu Bagas terus meneriakkan perintah-perintah untuk melakukan ini dan itu

dia bisa melalui pengalaman yang mengerikan ini, dan Nita berjanji dalam hati dia tidak akan pernah melakukan rafting lagi. Nita mendengar kikikan tawa di sekitarnya. Nita mendongak dan

kut, kalau naik perahu de

awatir lagi akan jatuh, Mbak Ni

hawatir lagi dengan Baskoro dan Arum.

tinggal bersenang-senang

ima wanita cantik jelita berkebaya dan bersanggul besar. Mereka nampak membawa wadah selayak tampah besar di kepala mereka. Oh! Mana mungkin ada orang naik

ya seorang wanita kepada Nita. Nita mengerut

Wanita-wanita mencebik dan sal

ar,

a meman

n mampu menjadi sal

anya terlihat

eharusnya dia ingat a

ngan santai ke arahnya, padahal ada beban di kepalanya, dan yang lebih absurd lagi perahu karet itu tidak

bak Nita mengingat apa yang terjadi tadi,” bisik K

h apa untuk membantunya mengurangi rasa sakit di dada dan tenggorokannya, tetapi nihil. Tidak ada satu pun yang bisa membantu mengatasi rasa sakit di dadanya. Nita terbatuk. Anehnya

Sungai Serayu. Nita panik, dia berusaha untuk bangkit dan keluar dari air, tetapi kakinya tidak bisa bergerak d

r pertanyaan itu. Nita menoleh dengan ragu dan melihat mahluk yang

nusia, hanya saja mahluk itu sangat tinggi, kurus, sangat kurus, nyaris seperti ranting daun. Mahluk itu memakai kain

t wajah mahluk itu. Wajah mahluk itu panjang dan sangat tirus. Wajah itu tidak jelas menunjukkan apakah mahluk itu laki-laki atau perempuan. Ram

desah mahluk itu la

meraih tubuh Nita. Nita terlonjak kaget melihat tangan panjang kurus d

dengan jiwa-jiwa yang tidak tenang di atas su

mahluk jenis lelepah itu dengan p

di tepi sungai dan menyanyi untukku. Kamu mau, kan j

ng kembali perkataan lele

Baskoro

tertekan dengan tingkah laku suaminya yang selalu melecehkan Nita, selalu membully-nya secara verbal, dan telah menduakan Nita. Bahkan sepertinya lelepah itu tahu, Nita memutus

” tanya Nita naif. Lelepah itu meny

an Nita lagi. Nita mengangguk setuju pada lelepah itu. Lelepah itu tertawa terbahak-bahak. Dia mencengkeram tangan Ni

nyum pada Ni

h makna. Nita mengangguk. Ah, terny

us kulakukan?

dekati Nita dan memberikan tampah besar pada Nita. Tanpa ragu Nita menerima tampah itu dan menyunggi tampah

tampah berisi sesaji di tepi sungai dan kemudian duduk di atas batu-batu di tepi sungai. Kemudian dengan suara yang lantang, Kant

tau pengantin atau apapun yang diinginkan lelepah itu, selama Nita tidak perlu lagi d

*

p pekatnya malam di Sungai Serayu. Bagas yang sangat mengenali Sungai Serayu, berjalan di depan tim SAR, polisi, tentara

melihat enam orang pesinden duduk di atas batu di tepi Sungai Serayu malam itu. Ah, biasanya pesinden itu hanya ada lima. Sekarang ada enam. Bagas tersenyum. Sin

n malam ini Bagas membuktikan bahwa usahanya tadi siang telah berhasil. Bagas melihat Nita ikut menyinden dengan pes

agas melihat dengan puas ketika melihat lelepah peliharaannya muncul dari

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka