icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Become True

Bab 7 Keputusan

Jumlah Kata:1392    |    Dirilis Pada: 26/04/2024

ata sembab, rambut acak – acakan, hidung bangir itu kini juga sudah se

berserakan di mana – mana, bantal tergeletak indah di lantai marmernya. Jika saja itu bu

yang kini mulai mereda sambil mengusap air

, Na." Jawab Nina seadanya, karena sejak tadi te

ni hanya karena sebuah mimpi? Galak...gal

i...kalau gue biarin dia pergi, ntar mimpi gue jadi kenyataan. Ntar pesawat yang di pak

ngkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi.

rlu khawatir berlebihan gitu," Nina mulai khawatir dengan kejiwaan Medina. Sahab

ucap Medina dengan mata melotot, seakan mengisya

hal yang belum terjadi ME.DI.NA," sahut Nina tak

adikan," isakan Medina tak kunjung berhenti, malah

lurkan kemana. Ke Medina? Nggak mungkin. Yang ada di

il membuang muka. Antar ogah dan tidak te

rengek Medina kembali pada perta

ang Medina keluar dar

*

mpus yang selalu ramai, kini sepi pengunjung. Semua orang pasti lebih memilih berlindung di bawah a

ereka justru senang karena masih di beri kesempatan oleh sang pencipta untuk memandangi pus

nggak ada lo, harus gimana gue selesaikan ini, " ucap Nan

eretan rak buku berwarna hitam ini terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang yang mengisi beberapa me

era mungkin, hingga membuatnya harus mencari bala bant

boy itu saat ini. Kata – kata yang ia tujukan pada Adam di koridor tadi sebenarnya hany

at tulisnya yang juga sempat ia gunakan untuk mengajari Nando mengerjaka

kenal dekat." tukas Nando tak mau kalah argumen, dan hany

hal yang sepele. Ia akan berusaha dengan cara apapun untuk mengh

na. Karena semua hal jadi penti

u." Adam beranj

Cuma lo orang yang gue percaya buat bantuin

cap Adam tenang dan kemudian berlalu pergi b

ando tak begitu meenghiraukan. Ia sudah cukup lama mengenal Adam, sif

pergerakannya kembali terhenti saat teringat s

mana ya sekarang?" Nando turu

*

bah mendung dengan begitu cepat. Awan hitam menggantung menghiasi cakra

ng tuanya hanya untuk menceritakan apa saja yang ia

Bunda. Tatapannya sayu, masih menyimpan sejuta kebimbangan di sana. Air matanya

i kenapa hati Medina setakut ini? Secemas ini? Kak Adam pasti baik

Adam yang tiba – tiba menerobos telinganya me

pat jatuh di pipi dengan kedua tangan. Ia tak ingin Adam tahu jika ia menangis, kakakny

cukup jadi bukti kalau seharian ini kamu nangis

kapan da

r, kakak nggak dengar apapun yang kamu bicarain," lanjut Ad

ndengar semua pembicaraannya. Jika Adam tahu, ia pasti akan di buat keny

anya Medina kini mengalihkan tata

ya juga belum siap mendengar jawaban Adam. Tapi untuk

Ud

adi

kamu, kakak akan t

ini yang ia inginkan sejak awal? Lantas kenapa sekarang ia malah ber

gi," terang Adam lagi, sukses membua

sud k

tawarannya buat mahasiswa lain

ilang donk." Wajah manis it

ang karena masih bisa sama – sama kamu di sini," ucap Adam

dina, lantaran kesempatan emas kakaknya kulia

keberangkatan Adam, ia tak perlu mencemaskan mimpi itu la

kamu percaya

bulatnya membuka sempurna memandangi Adam yan

ercayai mimpi konyol itu. Bingung, bagaimana bisa ia menjawab pertanyaan ,

m hati satu – satunya orang yang

na

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka