icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Janji

Janji

icon

Bab 1 Bagian 1

Jumlah Kata:2527    |    Dirilis Pada: 24/04/2024

i mungkin Dewi. Dewi hanya bisa melihat dari jendela bagaimana teman-temannya berlarian ke sawah dengan gembira. Tapi, dia m

alu ditunggu di luar oleh mbok embannya, sehingga ketika pulang, d

ngan bapaknya, yang berkumis tebal, membawa tongkat ke mana-mana dan tak pernah ragu un

ia masih kecil. Dia hanya hidup berdua dengan mbok embannya setiap hari. Bapaknya sel

rang-orang memanen padi dan kadang pada malam harinya ada api unggun di sawah itu hingga pagi. Dewi tahu dari ceri

usut air

*

mbuat warganya terbiasa hidup sulit. Hampir semua warganya adalah orang yang serba kekurangan. Kebanyakan b

Mereka akan membawa keluarga mereka untuk membantu panen, atau membantu

k dan menyiapkan persiapan syukuran panen pada malam harinya. Kadang juga mereka menyiapkan ber

i tapi Dewi tetap sepi. Dia tidak diperbolehkan membantu, tidak diperbolehkan bermain, tidak dipe

rjalan melewati rumahnya, atau suara ibu-ibu yang mengobrol asyik di dapur rumahnya. B

kamarnya, mengint

t dan malu. Tidak ada jawaban. Mungkin mbok Jum

. Dia keluar kamar dengan hati-hati. Tidak ada orang di ru

ke dapur. Dia takut ketahuan m

lapar. Dewi bisa mencium bau wajik, bau daging empal dan nasi liwet yang sebent

putri! Mau ke

ng. Salah satu embannya berdiri di belakan

mbok Jum,"

tu meng

ng. Oh, iya! Ndara putri lapar, njih? Sekedap saya siapkan! Ndara putri duduk dulu di

. Dia duduk

diletakka

kke sing iki, ya! (Di dalam situ,

, m

men

pernah dilihatnya. Dia tidak berkedip. Dia merasakan s

*

mandheg! (Mar! Ayo! K

engangguk pada seorang gadis yang duduk di meja makan dengan rapi. Rambut gadis itu panjang dikepang dua. Gadis memakai kemeja warna putih yang sangat halus dan rok

duk dalam-dalam. Jantungnya berdebar kencang tak terkira.

*

bih banyak makanan ke rumah ndara Kamawijaya. Dia mengangkat berbagai macam pesan

sekali, sehingga ndara Kamawijaya mengadakan acara besar-besaran. Menurut Ammar acara ini bukannya untuk bersedekah atau membantu warga Parak, ndara K

dilihatnya tadi. Cantik se

Ammar geli

itu hampir sama seperti gambar gadis C

*

mangu di

a adalah gambaran tokoh pria yang dibayangkan Dewi ketika membaca kisah-kisah romant

Dewi dalam mimpinya, mimpi seorang g

akan datang ke rumahnya lagi hari ini, oleh karena itu Dewi bersiap di ruang makan

ah Dewi. Dia memasukkan barang-barang lagi ke rumah Dewi. Kali ini Dewi

*

Ammar membalas senyum itu dengan hati yang penuh harap. Ammar b

sai. Dia belum tentu bisa ke rumah ndara Kamawijaya lagi beso

t dan tak menyangka Ammar akan berdiri di depannya. Mereka be

melihat a

yesal, kenapa dia menanyakan hal bodoh seperti itu. Am

aku

ny

ban sang gadis cantik. Ammar mendongak m

mput jam tujuh," kata Ammar dengam cepa

guk sambil tersen

bersemangat. Ammar mengangguk dia segera berlalu dari rua

*

ap sejak sore tadi. Dia memakai satu-satunya baju terbaik

Mau ke mana, Mar?)" Tan

, Mbok!" Jawab Amm

e lak ming sarungan, to, Mar? (Orang cuma mau nonton api unggun, k

r te

, Mbok! (Siapa tahu ada yang mau sam

a terbahak-bahak, menaha

amawijaya untuk menjenout gadis cantik tadi. Jantungnya b

*

pembantu pria di depan rumahnya, mereka mengangkat berbagai macam

r di dukuh Parak itu. Dia sering melihat kesibukan seperti ini. Sebenta

antik itu dari balik jendela kamarnya. Ammar

itu berlalu. Gadis itu telah siap. Malam ini dia memakai kemeja war

sung naik di boncengan sepeda Ammar dan Ammar lan

*

ng oleh pria selain jong*snya. Dia tersenyum bahagia. Dia ham

mamu?" Ta

ma ndara putri si

awab Dewi, "Kamu kerja untuk

, Nd

terme

a! Aku sebenarnya tidak suka

dak memanggil anak ndara Kama

r akhirnya, setelah dia

dak suka dipanggil nd

wajah Dewi yang mencebik dan

u akan mencobany

gia. Dia merasa begitu nyaman d

*

unggun agak jauh dari kerumunan orang banyak. Mereka bersem

a melihat orang lain menjalani hidup mereka yang berbeda dengan kehidupannya. Dan dia begitu bahagia bisa pergi bersama seor

Ammar. Dia agak kikuk harus me

elas tahun. Ma

eh ndaranya. Dia menelan ludah

ersipu. Ammar menelan ludah, melihat wajah mero

pada Dewi, mungkin karena Ammar b

ri, dia tidak pernah berharap setitik pun ak

ngah sawah yang telah dipanen. Mereka saling berbincang tentang segala hal sampai lupa wakt

*

m dia memboncengkan Dewi Karunyan, anak ndara Kamawijaya, bolak balik tanpa ketahuan sama sekali. Dia m

u indah di tengah sulitnya hidup di dusun Parak. Di

akan melanjutkan memanen hari ini, dan membaya

a Am

Keluar

nak bej

mm

mm

-teriakan marah memanggil Am

ngenai tubuhnya. Pukulan itu membuat Ammar limbung, pandangannya berkunang-kunang dan telinganya berdenging. Dia lamat-lamat mendengar teriakan m

p. Ammar merasa aneh.

Tapi dia hanya bisa memi

ketika dia melihat api meny

ahn

t besar membumbung tinggi di gelapnya fa

mendengar suara jeritan dan

tubuhnya diseret dengan cepa

a bejat sepertimu!" Sebuah

g lihat hukumanmu! Buka matamu!" Suara itu mendesis di

paksa di depan matanya. Ammar berusaha memberontak ingin menolong keluargany

enghilangkan gambaran mengerikan itu. Tapi tiba-tiba ada tangan perka

a sama sekali tak berdaya, bahkan d

tertawa itu. Mereka adalah jong*s ndoro Kamawijaya, bahkan

i dia keliru. Api itu menyala sangat besar, dan ributnya orang-orang yang berlarian

ekati Ammar. D

a beberapa kali untuk

kukan kemarin tidak ada yan

genali suara itu.

ri kamu sudah mendekati Dewi. A

Aku tidak rela!" Teriak ndara Kamawijaya di teli

kotormu itu pada Dewi! Dan kamu... kalian semua harus menanggung

r, sudah rusak, sudah tidak ada harganya! Apakah kamu masih mengingi

an sambil menangis, bahkan pingsan. Melihat itu Ammar begitu mual. Dia membayangkan seperti

mar!" Teriak ndara Kamawijaya setelah

ra Kamawijaya keras

-benar tak berdaya, dan sekali lagi matanya dibuka paksa untuk me

*

asap, kabut, debu dan abu bekas pembakaran ruma

ran wayang kulit kini begitu tintrim begitu sepi, tenang dalam artia

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka