Cinta di Condominium
ang. Mereka duduk di meja bundar area tengah, di
bagai permintaan maafnya. Dini tersenyum mengiyak
tu, yang dijawab anggukan dan deheman. Dion mengerti maksud, ibunya namun ia juga mengingatkan janji
terus mengobrol dengan Dini, menan
inium Azure, tinggal sendiri, bekerja di perusahaan swasta sebagai d
emaskan, mengedipkan sebelah matanya, yang dibalas senyuman disertai helaa
ilayah adalah kampung halamannya. Dion memaklumi tingkah ibunya. Sejak Deluxe Leo tidak ada ketika Dion beru
ya ibu Dion antusias. Dini terhenyak,
gan." Dini menyahut sembari kembali mengaduk-aduk
ahan pilu, mengingat foto seharga 250 dolar se
ng saja!" cetus ibu Dion memutuskan. Dini sumringah, sen
a dan memaksa anaknya. Dion mengikuti kemauan ibunya tanpa membantah.
duduk di samping Dion yang sudah berpose santai. I
geleng kepala sendiri. Dini meraih smartphone-nya,
reka menyantap sembar
erjas berperawakan tinggi
. Dini mendongak dan terkejut melihat pria itu. I
asar sampah!" Ibu Dion terhenyak me
duk dengan pria lain. Tidak puas punyaku, hah?!" Muka
atinya sakit. Berulangkali Feri, tunangannya, memakinya. Tidak hanya di
yang dibangun atas nama pertunangan itu, tidak lebih hanya sekedar ikatan tanpa tanda resmi. Tidak
melihat pria itu dengan wajah bengong. Pria itu masih belum berhenti.
ke mulut, mengunyah makanan perlahan, melih
ia belum sembuh betul. Dion melihat gadis si
menarik napas dan membuang perlahan, menahan guncangan h
ampiri pria yang berkacak pinggang di antara Dini da
hnya. Dia bakal pelorotin kamu," ucap
masalah," sahut Dion lugas, terse
hutan pria berparas menawan itu. Pengunjun
senyum sinis. Dion tersenyum kecil,
g sangat gentle itu disambut seruan histeris dari pengunjung wanita, menat
ia merasa sangat puas setiap kali melihat gadis berkacamata itu hanya menunduk dan tidak membalas sama sekali.
lalu mencari-cari rombongan yang datang bersamanya tadi. Namun, merea tetap duduk di dalam tanpa beranjak seolah mereka tida
f. Lalu, ia berbalik menghadap pengunjung yang lain, melakukan hal yang
coat yang diletakkan di sandaran kursi tempat ia duduk, memakainya lalu berdiri di hadapan Dini yang mulai sesegukan. Membuka trench coat lebar hendmulai mereda. Ia menyeka hidungnya perlahan, menyeka air mata yang hendak keluar, dan membetulkan letak gagang kacama
menyelesaikan penampilan terbaiknya sebelum akhirnya ia membuka trench coat-nya dan meletakkannya k
pu dan sendok, tangannyg menatap anaknya dengan perasaan kagum, l
embali melihat tingkah centil ibunya. Tapi, syuku
kasar itu! Idola kamu tet
mendengar celotehan sang ibu, mengusir perasaan berkecamuk,