Cinta di Condominium
bar itu memang ia kirim tapi ia tidak pernah mengiriminya. Hanya ibu Dion yang tadi
irang. Ia membalas pes
akan foto yang ingin kumintai tanda tang
u duduk. Ririn keluar dari kamar melihat kelakuan adiknya turun meng
a duduk, ia sudah mengeluarkan semua kemarahannya. Bertemu Dini,
ya itu. Ia pernah melihat Dini pulang dari kantornya dan masuk ke perumahan yang sangat mewah, kondo yan
mpiri sang suami, CEO perusahaan dan pewaris Seiria Group, grup induk perusahaan hotel jaringan serta industri
ar dan merengut. Mereka menaiki mobil membelah malam menuju
asa, mereka akan berhura-hura sejenak sebelum membicarakan topik u
apapun hari ini, Kak ..
" sahut Ririn disambut sumringah Sheila.
ntis di rooftop rumahnya, memberikan kenyamanan penuh kasih, duduk be
ukan pria muda pebisnis hebat itu. Mereka tidak marah sama sekali. Justru Feri yang meras
mudian Sheila mengajaknya ke rooftop dan terkejut mendapat surprise ulang tahunnya. Ia merasa Sheila sangat perhatian,
knya. Feri semakin merasa frustasi, dan meminta untuk merahasiakannya dar
ikut sarapan bersama. Mereka juga berjanji akan
tegur Ririn. Sudah berlalu enam bulan, tet
i ... tapi Feri juga tidak mau la
dah hatinya, segera dekati dia, temui dia di kantor,"
dengan koleganya yang satu ini. Masih muda dan visioner. Kemampuan art concept-nya sama hebatnya dengan t
ajian teh sore di atas meja. Kemudian, ia dikelilingi oleh cucu-cucunya yang bijaksana
ndak melihatnya bahagia bersama keluarga kecil. 'Dan cucuku yang ca
amu lain. Tamu itu menghampiri mereka dan Tuan Frederich menyuruh asist
a terpaku demi menatap ketampanan pria di hadapannya. Ia lalu sadar di
ng ke Indonesia. Tamu pria itu sangat bersemangat dengan antusiasme Tuan Frederich. Berenc
rniat melepaskan pandangannya. Tatapannya sangat l
apan mereka dan mengerti gerak-gerik tubuhnya, namun ia hanya
Kehadirannya disambut meriah. Jabat tangan yang tidak berhenti, tawa keras yang tidak menyinggung, dan su
et perhatian presiden itu. Ia juga tidak menyangka, pemimpin negeri ternyata tergugah dan sangat men
mengajak Dion bergabung, mengatakan ia memiliki perusahaan di bidang industri kreatif dan hiburan. Dion mengangguk tersen
at Tuan Frederich, tidak terusik dengan keadaan itu. Ia sudah mengenal istri koleganya yan
mi itu, ia melirik Rio dan menyadari Rio juga memahami itu. Lalu, Rio memb
hi wajah putih bersih tanpa helai rambut wajah, setiap inchi leher dan tubuh
ri Rio, mungkin. Tapi, ia menertawakan kegairahan yang terpancar dari wanita itu. Melihat sang suami yang berbicara antusias d
n bakal memikat dia." Dion tersenyum mengingat perkataan Rio semalam. Ia melihat ke arah Rio, keduanya tertawa kecil, mene