KUTEBUS TALAKKU
matanya dan di taruh di sebelahnya. Dr. Anton bersandar dan memandang pasien di depannya. Salah seorang pri
n. Jika terus di biarkan ... Bisa mendatangkan bahaya yang lainnya nanti." Kata Dr.
enjak setahun terakhir ini, kenapa bisa semakin menurun ...?" Pertanyaan Dr.Anton lagi, kali ini lebih serius. Mereka hanya bertemu setiap 6 bulan sekali, tidak terlalu sering karena
a di turunkan perlahan setelah memeriksa tekanan darah. Sangat jelas otot di tangannya yang sangat ketara. Dia masih aktif melakukan
ah kecil lagi Tuan Raqeef." Balas Dr.Anton sea
m. "Saya masih
dan memandang pria itu. "You need somebody to
g. Tidak menyangka itu n
f. Saya hanya turun sedik
iasaan makan Tuan
e, jika tidak orang tua saya mana mungkin mengizinkan saya pindah keluar. Tapi masalahnya.... Saya harus masak sendiri dan saya
elewatkan mak
menga
ang kerja juga sudah lambat. Akhirnya tidak cukup zat dan nutrisi. Seperti yang saya sarankan s
erfek saran yang pertama. Karena saya sudah mencoba m
ih..?" Dr.Anton tertawa ringan sehingga m
angan berbelit belit. Kita sedang
on anton menyembunyikan senyumnya. Raqeef ad
ketemu dengan saya lagi. Saya mau melihat perkembangan Tuan saa
a-tiba..?" Raqeef mengernyitkan kening. Sudah lama dia b
ak minum lagi. Karena Tuan membayangkan gelas itu di pa
sangat haus. Tetapi dia tidak mam
ia tidak makan di luar atau restoran. Bahkan ... dia sanggup menahan lapar...dan kadang kadang kelaparan. Ketika dia berusia 20 tahun barulah dia menemui dokter spesialis dan di rujuk ke pisik
ratur dan tepat waktu. Tuan hanya tidak bisa makan makanan di luar. Sebelumnya Bu Ajeng yang menyediakan makanan untuk Tuan dari dulu. Sekarang jika Tuan ingin mand
af dokter untuk makan siang hari
udah kenal dengan sikap anak laki-laki
ef langsung bergegas bangun dan m
a!!" Dr.Anton sempat berpesan lalu Raqee
mengeluh sambil me
*
nch Meeting di Grand Hotel." Daus, Asisten Pribadi pria itu, mengulurkan amplop cokl
erti biasa, beri alasan kalau kita su
erintah bosnya. Saat itu juga terdengar perutnya berke
Raqeef sambil membalik ba
u berhenti d
bisa makan roti." Daus mengetapkan
h makan dengan orang perwak
gan seperti itu, Bos enggak ma
k Daus bisa hantar saya ke kanto
k, B
ebih banyak diam. Hanya ngomong masalah yang penting penting sa
akhir kali dia makan saat makan malam pada pukul 8.00 malam. Dia tidak sempat membuat sarapan pagi karena harus meng
s karena tubuhnya t
*
saja pulang dari Thailand, dia bilang sekarang memang banyak orang berli
ng nomer 1 iya." Canda suamin
ya saja. Enggak mengikuti selera kita. Bersemangat mencoba masakan ini itu, seperti mau jadi koki sa
Imelda sambil melirik Indah. Tangannya yang sedang menulis di kertas put
kan selalu bisa pergi berlibur bersama keluarga. Semua orang sibuk." Sandra
nya terasa seperti orang asing. Ya, dia seperti pembantu saja dirumah itu. Tetapi, Indah sudah tidak meras
nya tidak pernah selesai dari pagi hingga kemalam. Mungkin ini nasib perempuan yang tidak bekerja sepertinya? Di pandang rendah dan seperti tidak
dan terasa kakinya pegel karena duduk terlalu lama. Dia masih mendengar gelak tawa ahli keluarga itu di ruang tamu lantai
good n
ri berada di dalam kamarnya dan
g..? Aku enggak t
p layar ponselnya. Dia sedang bersiap untuk mandi. H
alam rumah ini ? Hanya
bir. "Aku suka memas
amu. Sudahlah. Aku mau pergi mandi."
n perjalanan
ah, saat mendengar pertanya
aku harus minta izi
ak ada tiket untuk aku ? Dan
alau pencuri masuk bagaimana..?" Hairi mulai meninggikan suara. S
ripada aku ? Saya di tinggal sendirian... " Indah
kan ? Selama ini kau kan yan
antu keluarga ini juga. Tapi kenapa saya di anggap seperti orang asing. Seperti pembantu..?!" Indah menahan su
an seperti permaisuri ? Hakikatnya, apa apa pun kamu enggak bisa ngasih kepada aku. Anak juga kamu enggak bisa kasih. Aku bertahan sama kamu ini ju
lagi, Hairi langsung masuk ke kamar mandi
nnya lagi. Air matanya jatuh juga walaupun ditahannya. Genggaman tang
sering berkata seperti itu tanpa melakukan pemeriksaan. Dia sudah mengajak Hairi pergi untuk menjalani tes kesuburan t
a sangat amat bersyukur karena belum di karuniai anak. Apa lagi
untuk mengadu dan berlindung. Dia anak yatim yang di besarkan oleh kake dan neneknya. Ketik
sudah tidak perduli dengan hidupnya lagi. Indah sadar, hanya rumah S
*
a penuh dengan ke khawatiran dan nafasnya naik turun ketika berjalan dengan cepat
.?!" Tanya Ajeng dengan tegas.
ena matanya takut bertentan
en telpon saya karena dia merasa tidak sehat. Mungkin lambungnya kambuh. Saat saya sampai k
issshhh anak keras kepala ini !!" Marah Ajeng , sebenarnya dia marah sama ana
masuk se
watir karena Raqeef sudah berpesan supaya jangan memberi tahukan kepada Ajeng. Teta
menuju ranjang pasien. Dia melihat anak
a harus pindah keluar kalau enggak bisa
eef membuka m
tanya dan lantas men
mamah
ah ..." Raqeef bangun untuk duduk. Ajen
t dia. Ini masalah serius, Qeef. Sampai bisa pingsan sendirian di ru
ef mengeluh sedikit sak
k ke rumah keluarga kita. Mamah sudah tidak mau menden
nekat. Tidak mungkin dia kembali lagi kerumah itu.
membuat Qeef nekat banget mau keluar
t's all mamah." Raqeef menyimpan ra
ndah lagi kerumah, cepat cari
f bertambah stres, k
nya masih muda. Umur juga sudah 32 tahun." Ajeng sadar
a sudah naik ? Bukan mudah untuk meng
Raqeef menekan su
tiba membesa
Qeef. Enggak mungkin Qeef ju
ng ini..?" Ibu Linda semakin khawatir saat
merah padam. Apa lagi
ti mamah tidak mau yang papah tau kan
, belum gila lagi. Papah pas
u. Qeef akan menyelesaikan masalah Q
h akan paksa Qeef pindah balik ke rumah. Dan mamah ak
ngguk saja supaya
qeef kembali berbaring
..." Keluh Ajeng, la
AMBU