JERAT PESONA PRIA 21 CM
g tuanya. Wajahnya terlihat pucat dan lelah. Dia langsung merebahkan tub
sore beranjak malam, akupun ragu ragu hendak membangunkannya untuk segera
Menatap wajahnya yang tampan
alam," gumamku sembari mengguncang lembut lengannya. Lelak
untuk membangunkannya. Bagaimanapun juga dia adalah i
ah malam. Mas dari so
un, lalu menatapku dengan
uduk ditepi ranjang. Sekilas suamiku memegangi kepalanya. Mungkin dia
malam bersama..." ujarku. Lelaki itu mengangguk kemudian menyandarkan punggungnya ke kepal
kit dari rebahannya. Menyambar handuk yang tergantung di k
ya berupa kaos oblong dan celana pendek se
yur dan lauk pauk yang sejak tadi tersaji diatas meja, namun
ng sedang menyiapkan makan malam. Wajah tampannya terlih
udah lebih dulu makan malam sudah se
ringnya. Mengambilkan lauk pauk, lalu menuang segelas air putih
ernyata ilmu memasak yang diturunkan oleh ibuku sangat berguna sekali setelah aku b
dan duduk diteras seperti biasa.
mencuci piring piring kotor diwastafel, segera menuruti perminta
kursi mas Evans yang terpi
ku sedikit ragu sambil melirik wajah suam
engalihkan sedikitpun ma
ampur. Tapi kan mas tau sendiri kita sudah menikah. Nurul hanya mau kejujuran dari mas
detil kerjaan gua, hah?! Udah sana masuk! Uang Lo yang kemaren gua pinjam sudah ada dibawah bantal,
bibir, lalu masuk kedalam k
dijodohkan. Tapi se tak ber
i pipiku. Aku merebahkan kepalaku diatas bantal. Saat itu tak sen
ti lembaran lembaran uang berw
u meng 'hijau' melihat uang
iah. Aku terlonjak girang mendapati nafkah pertama dari s
*
angan besar sedang meremas rem
anan beraksi meremas buah dadaku, sementara tangan kirinya
an bokongku menyentuh senjata kelel
belakang. Kurasakan bibirnya yang lembut,
daster one piece yang ku kenakan, hingga dalam sekeja
nghadapnya. Sementara lelaki itu mengungkun
rgerak mempreteli tali beha dan juga cel-dal tipis yan
emerahan, menghisapnya dalam dalam dan menyapukan lidah
mendesah karena merasa geli luar biasa bercampur nikmat
in kelojotan dan menggelinjang ke kiri dan kekanan hingga mul
sar itu menyapu habis bibir kemaluanku. Aku mencengkram pinggiran sprei kuat kuat seraya meme
hingga labiya minoraku yang sudah dilelehi lava hanga
uga beraksi, mengobel ngobel bib
suamiku mulai memasuki liang va9inaku dan bergerak keluar masuk. Nafas ku tersengal sengal. Tubuhku menegang meni
ku tak sempat berpikir macam macam dulu, karena sekarang seluruh uju
un mas Evans tak perduli. Sepertinya di hendak membuatku mat
kar itu mengangkat sebelah kakiku ke atas lalu secara perlahan memasukkan senjata kelelaki
l
et
saat kepala benda tumpul berukuran jumbo 2
lnya sambil terus memasukkan senj
s Evans. Perlahan rasa nyeri dan sakit dibagian intimku berubah menjadi rasa
sambil memejamkan mata menikmati setiap penetrasi ya
bil meremas remas dua gunung kemba
mbuan mas Evans seolah kenikmatan surga dunia yang belum pernah
telungkup lalu perlahan kembali memasu
Tubuhku ikut mengentak hentak mengikuti irama pen
gang. Mas Evans memuntahkan cairan kenikmatan di atas pusarku dan mengoc
kali ini. Padahal aku mengharapkan dia mengeluarkan cairan m
samb