Di Ujung Lelah
a
Mas Farid, lebih banyak yang pah
udah menjual cincin kawin mahar pernikahan kami. Ya, me
n menikahiku dulu dia berhutang uang pada temannya yang rentenir. Aku baru tahu itu
na itu adalah benda sakral lambang pernikahan kami, la
gak bayar hutang itu, maka
ikan godam mengha
jara? Kenapa Mas berhutan
tu satunya agar kita bisa menikah. " Ucapnya me
ominya berkecukupan, kenapa mas gak
sudah mapan semua, kecuali a
abang lagi kurang baik. Mana mun
a meminjam ? " Tanya ku
uan dalam
ya pelan, waja
ba pinjam sama Abang Mas, pas
harus cincin Mas kawinku
lau mau kasih ya kasih, Mas lagi pu
al cincin kawin ini. Ini adalah milikku sepenuhnya. Ini adala
al cincin kawin ku. Apalagi yang cu
dipenjara? " Ucapny
i mas, kenapa kamu h
amu bisa jadi istri ku. Kamu ngerti gak
menikahiku, aku bahkan rela nunggu kamu ber
lagi sama kamu, kamu mau aku di penjara atau engg
s farid. Padahal dua bulan yang lalu dia tak pernah bilang kal
k nya membuat
. " Jawab ku t
sini cincin nya
, mas
akut, nanti
kamu
i, kalau
merelakan cincin kaw
, kamu ganti
, ba
ng dia inginkan, segera
an nya baru dua bulan. Tapi, apa yang harus ku jawab sa
u kira setelah menikah dengan mas Farid
g dia lakukan, bagaimana kedepan nya
alam hati, kenapa aku ha
lu? Jangan menikah dengan nya, ibu tidak ya
ua memori tentang nasihat i
bu merasakan gak yakin sama si Farid, apalag
bilang g
d gak bawa cincin lamaran, gak bawa hantaran, gak bawa petua kampung
ng akan bawa tetua kampung, orang tua nya, dan akan membawa tanda( Emas). Tapi b
kaleng yang dibung
u pikir nak? Seumur hidup ibu gak
n keluarga nya tega ingkar janji
rima dia dan menikah dengannya. Padahal ibu dan kelu
nyesali keputusa
aku baru sadar, ken
nya, apa mungkin aku akan menjan