ANTARA BISNIS DAN CINTA
lukis jelas di raut wajahnya. Bu Windi dan Arnold sedang sarapan bersama ketika Jessica masuk ke ruang makan yang jendela-jendela bes
ipi Arnold dengan keras
Windi terkejut. "A
di?" jawab Jessica sambil menunjuk muka Arnold. Kedua matany
tergopoh-gopoh masuk ke ruang makan karena mendengar suara Bu Windi dan Jessica y
a-tiba mencekam itu. Setelah mereka pergi, Bu Windi menatap tajam ke arah Je
d lakukan, kamu tidak boleh
pantas menj
nmu! Mama tidak pernah mengajarkanmu un
ungkap Jessica dengan suara yang meninggi. Hati Jessica sakit sekali ketika pagi ini pengacara keluarganya mengh
ada satu patah kata pun yang keluar. Anak sulungnya yang selama ini digadang-gadang menja
ak ada pilihan." Arnold segera b
Papa masih hidup, sudah pasti namamu dicoret dari akta perusahaan!" pekik Jess
as. Dia masih berlutut memeluk kedua kaki ibunya. Mata
si sulung membasahi celana sutra yang dipakainya. Dengan sedikit paksaan, tangan Arnold akhirnya mengendur. Bu W
, ternyata selama ini kamu masih melakukannya sembunyi-sembunyi. Kamu bohong sama Mama.
a lalu sehingga kamu
-benar menyesal. Ini ter
nji-janji palsu anaknya itu. "Mama sudah nggak percaya lagi sama kamu
Windi berjalan ke arah Jessica. "Minta Pak Eric dan Bu Maria ke kantor
t ke arah kakaknya yang masih berlutut dan menangis. Kemarahannya yang meledak-ledak tadi tiba-tiba surut. Dia iba melihat kakaknya yang usianya hanya terpaut
melihatmu dalam keadaan memalukan seperti ini," kata Jessi
ess. Sudah nggak ada gunanya aku hid
kan melakukan hal yang nekat untuk mengakhiri hidupnya.
na caran
sahammu ke Danujaya,
endengar ucapan Jessica. "Membatalkan penj
ya Jessica sambil m
sudah n
ikit pun nggak ada?" de
bulan lalu," jawabnya menyebut kasino
ran mesin-mesin industri hanyalah dusta. Dia berjudi habis-habisan di sana. Kali ini dia bertekad memaksa ib
*
icara di dalam mobil. Mereka disibukkan dengan pikirannya masing-masing. Lingkar
i?" Tanya Jessica ketika mobil mereka berhen
mui keluarga Danujaya. Mama akan mem
punya ua
alau keluarga Danujaya mau menjualnya dengan harga yang sama, kita punya uangnya. Tapi kalau mereka memi
p, Mama dan aku tidak akan dipusingkan deng
melangkah keluar dari mobil mewah yang baru dibelinya tahun lalu itu. Jessica tidak menunggu Pak Toni membukakan pintu u
reka. Mila tampak gugup melihat Bu Windi. Memang Bu Windi sudah jarang ke kantor kecual
mood," kata Jessica sambil menepuk pundak si resepsionis. Seketika Mila menyunggingkan
ssica segera menuju kursi yang biasa didudukinya. Kursi di samping kursi CEO yang dulu diduduki almarhum ayahnya. T
ikal dan tampak sedikit basah. Jessica yakin itu efek pommade. Matanya yang sipit dibingk
as untuk para pemegang saham," kata Bu Wi
katanya sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Bu Windi. "Saya pemegang lim