icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pelangi Di Atas Singasari

Bab 5 Bagian 2 Bunga Tertawan Di Istana Pakuwon

Jumlah Kata:4133    |    Dirilis Pada: 13/02/2024

ang belum juga pulang. Bagaimanakah kalau gurunya itu kembali? Apakah orang tua itu akan menjadi marah, atauka

tu orang. Empu Purwa. Betapa saktinya gurunya dan dengan dirinya sendiri sekali pun, bahkan dengan seluruh penduduk Panawijen, apakah mereka akan dapat melawan Tumapel? Sedang Mahisa Agni pun tahu, setidak-tidaknya dapat menduga, bahwa

n untuk membebaskan Ken Dedes menjadi semakin jauh dari otaknya. Teta

sisnya, "apabila lukaku telah menjadi

mbang pintu. Cantrik yang telah agak tua itu dengan iba memandang

aman," s

ya masih dari luar pintu, "Emban tua,

n. Kalau perlu, aku

an berada terlalu j

meninggalkannya. Kembali bilik

cu kudanya cepat sekali. Mereka sama sekali tidak menghiraukan, bahwa beberapa pasang

telah terjadi?" desis sa

anya. "Entah," jawabnya. Namun mata me

Ken Dedes yang belum juga sadar. Hanya sekali ia m

arena itu ia berpacu lebih cepat lagi. Ia ingin segera sampai ke Tu

bu yang mengepul di bawah kaki kuda yang berpacu di hadapannya dengan pandang yang koso

pana. Dihubungkannya apa yang telah dikatakan oleh Kuda Sempana sebelum mereka berangkat berburu, dan apa yang tel

tuk melihat keadaan sewajarnya. Kalau nanti ia sampai di Tumapel, akan dipanggilnya Witantra, Ken Arok, Kuda Sempana dan Ken Dedes itu. Bahkan kalau perlu a

u itu benar-benar luar biasa. Namun ternyata kakak gadis

u. Sekali lagi dada Tunggul Ametung berdesir. Gadis itu adalah gadis yang aneh di dalam pandangan matanya. Cantik bagai bidadari. Tidak. Meskipun Ken Dedes itu cantik, namun ia adalah seorang gad

rang diri, "Aku tidak tahu. Ap

k pada suatu tikungan. Dilihatnya gadis itu seperti sebuah golek yang indah. Namun d

yang dilihatnya itu. Karena itu maka segera ia berpacu lebih cepa

ana dan diamatinya tubuh Ken Dedes, maka akuwu itu menjadi heran. T

ng menggeleng

ihat nyala pada tubuh itu. Bersinar seperti bara api baja. Tetapi sinar itu

adi bingung dan berdebar-debar. Diketahuinya bahwa Ken Dedes it

istana bersama beberapa orang kawannya. Karena itu, maka Kuda Sempana menjadi bimbang. Apakah Ken Dedes itu akan dibawa ke sana? Apakah dengan demikian tidak akan menimb

ak Tunggul Ame

n itu. Tetapi segera ia menjawab, "Apak

stana," jawab

bahwa Empu Purwa dan Mahisa Agni tidak akan berani mengganggunya seandainya gadis itu berada di istana. Tetapi Kuda Sempana itu sama sekali tidak tahu apa yang tersimpan di dalam hati Akuw

-tiba Akuwu telah kembali tanpa tengara apa pun. Baru pagi tadi mereka berangkat. Dan agaknya Akuwu tidak bermalam di perburuan. Biasanya apa bila akuwu itu kembali, beberapa orang tela

" perintah Akuw

a turun dari kudanya, dan me

ngan penuh pertanyaan di dalam dada mereka. Sehingga kare

apel berteriak dengan lantangnya, "He, kenapa kalian diam saja

api mereka belum tahu bilik mana yang harus dibersihkannya sehing

adi gila?" teriak Akuwu Tumapel itu ke

bersihkannya. Seorang yang paling tenang di antara mereka itu mencoba memberanikan diri bertanya

ingungan para emban itu. Tetapi ia pun men

itu menjawab,

sendiri tidak pernah tidur di dalam bilik itu. Sebenarnyalah demikian kebiasaan yang harus dilakukan. Bilik itu akan selalu kosong sebelum Akuwu Tumapel mempunyai sisihan, seoran

sentong tengen dan membersihkannya dengan penuh hormat. Ditaburnya pembaringan di sentong itu dengan bunga dan dialasinya

epalanya. Tetapi ia tidak ge

ya kawannya. Tetapi emban yan

pakah kau ingin dibaring

erta-merta, "Aku tidak gila. Tetap

nap

ng dipakainya? Kain lurik

i kecewa pula, sehingga mereka berdes

sudah sepantasnya dibaringkan di sentong kanan ini? Tetapi mereka tidak berani menanyakan kepada

ari Akuwu Tunggul Ametung dengan perintahnya itu. Meskipun demikian Kuda Sempana tidak berani bertanya pula kepada Akuwu Tumapel, sepe

bilik yang sebelah kanan ini adalah bilik yang dikosongkannya. Bilik yang hanya akan dipakai kelak apabila Akuwu sudah bepermaisuri. Tetapi kenapa tiba-tiba saja ia memerintahkan membawa Ken Dedes ini k

berkata kepadanya, "Ampun Tuanku. Bilik

uwu itu, "kena

gan dengan penuh kecemasan. Mereka melihat wajah Tunggul Ametung menjadi tegang. Sekali ditatapnya wajah Ken Dedes yang pucat itu. Kini dilihatn

menggeliat. Dan terdengar ia merintih perlahan-lahan. Sehingga tanpa se

tu, maka sekali lagi tanpa dipikirkanny

rena itu maka segera ia masuk ke sentong tengen, dan dibaringkannya Ken Dedes di pembaringan yang

uk mengenal tempat itu. Tetapi ia menjadi bingung. Dan ketika tiba-tiba di lihatnya wajah Kuda Se

. Dengan gelisahnya ia memandangi wajah Akuwu Tun

n lagi Tuanku," d

ong gadis itu. Tunggul Ametung adalah seorang akuwu yang berkuasa. Yang berbuat menurut apa saja yang dikehendakinya. Namun kin

t mendengar teriakan akuwu itu. Seorang emban yang ter

roni. Suruh ia merawat

mban itu sambil bergeser

sayu namun penuh ketenangan seakan-akan di dalam wajah itu terpendam berbag

eorang gadis yang pinggan. Bukan karena sakit dan bukan karena sebab-sebab lain. Tetapi ia pingsan

l berkata, "Hamba Tuanku. Kalau berkenan di hati Tuanku

u," jawab Akuwu Tumapel sam

sentong tengen yang menganga itu. Namun yang dilihatnya hanya

gu anak itu mati!" teria

ia mendengar Akuwu Tunggul Ametung membentak-bentak dan berteriak-teriak. Karena itu maka i

sentong tengen. Ia terkejut ketika d

apakah Angger sed

t Kuda Sem

el itu benar-benar seperti orang yang bingung sehingga dibiarkannya Kuda Sempana berada di dal

n oleh akuwu atau oleh Kuda Sempana terhadap gadis itu, atau siapakah sebenarnya gadis yang pingsan itu. Karena itu maka katanya

triku Nyai Puroni,"

itu benar-benar bakal istri Kuda Sempana, kenapa

orang pelayan dalam. Meskipun pelayan dalam yang paling dekat dengan akuwu. Tetapi apakah

nolong gadis itu. Karena itu, maka ia tidak lagi menghiraukan Kuda Sempana. Apakah gad

bahkan beratus kali ia menolong orang-orang yang pingsan seperti itu. Sehingga segera ia dapat menentukan, apakah yang harus dilakukan. Diambilnya beberapa m

anggilkan emban itu," sahut

Akuwu Tunggul Ametung sedang duduk merenung. Ditundukkan

ta Kuda Sempana

ahnya. Ditatapnya Kuda Sempa

tanya akuw

ukan seorang emban

udian sambil menunjuk seorang

Kuda Sempana pun segera mengikutinya pula. Namun demikian ia sampai di

Kuda Sempa

ang meng

mengganggu. Aku hany

baik. Gadis ini

a tida

berdesah "Aku sedang akan mengurut seluruh tubuhnya. Tun

h. Biarlah

i, "kalau Angger masuk, ak

-ada, Nyai!" be

ia terkejut ketika didengarnya Akuwu Tumapel membentaknya leb

p. Kuda Sempana telah mendengar beribu kali Tunggul Ametung berteriak dan membentak. Namun kali ini Akuwu itu benar-benar sedang marah, Meskipun Kuda Sempana sama sekali tidak tahu, kenapa ak

ketika desah itu kembali diam. Kuda Sempana benar-benar seperti seorang ayah yang untuk pertama kali menunggu bayi

k itu. Namun kembali ia berhenti ketika didengarnya sekali lagi Akuwu Tunggul A

namun ia merasakan sesuatu keanehan pada nada suara Akuwu Tunggul Ametung itu. Kuda Sempana

pada kau menunggu dengan gelisah di muka bilik itu, tinggalkanlah ruanga

k berkedip. Dicobanya untuk mengerti kata-kata itu, namun semak

aka sekali lagi Tunggul Ametung itu berkata, "Tinggal

kata-kata itu, katanya, "Akuwu. Kalau Akuwu tidak berkenan

ncat berdiri dan sambil menunjuk pintu keluar ia berteriak, "Keluarlah le

mpan di dalam hati Akuwu Tunggul Ametung itu. Namun ia kini menyadari bahwa Akuwu Tunggul Ametung benar-benar sedang marah

pun membungkukkan kepa

gar suaranya gemetar, "tetapi

ba-tiba tubuhnya menjadi bergetar. Dengan lantangnya ia berteriak, "Ku

ngan kepala tunduk. Di luar pintu ia masih berpaling. Tetapi ketika dilihatnya Akuwu Tunggul Ametung memandangn

skipun telah dipertunangkannya dengan Wiraprana, serta mendapat perlindungan dari Mahisa Agni yang tak dapat dikalahkannya, namun setiap kali masih juga tumbuh di dalam hatinya, harapan untuk dapat mengambil gadis itu. Tetapi kini, ketika Ken Dedes tel

untuk seterusnya tidak berani lagi mencoba m

nya. Sekali-kali ia mendengar suara dari bilik kanan. Suara Nyai Puroni dan seorang emban yang membantunya. Sekali-kali ia mel

n berjalan hilir mudik sedemiki

gila? Apakah peduliku atas gadis itu. Biar saja aku

sendiri. Seorang juru panebah terkejut bukan kepalang, ketika tiba-tiba saja Akuwu Tunggul Ametung sudah meloncat masuk ke dal

akuwu, "apa k

sedang membenihkan

baru s

nku tidak segera

u panebah itu sambil membentak, "Jadi kalau aku

Maksud hamba, baru nanti senja akan hamba bersihkan, setelah sehari ini dua kali hamba bersihkan.

" bentak akuwu

perlahan-lahan ia bergeser dan keluar dari ruangan itu. Tetapi begitu ia keluar dari pintu bilik, maka segera

bali ke dalam biliknya jauh di belakang. Di sepanjang halaman itu ia mas

irinya di pembaringannya tanpa melepas pakaiannya. Ia m

p di antara ikat pinggangnya, sehingga sambil mengumpat-umpat maka terpaks

. Sehingga demikian, maka akuwu itu seakan-akan tidak mempunyai suatu sikap yang tetap. Namun sebenarnya Akuwu adalah seorang yang sulit untuk dime

sedang dipikirkannya. Demikian gelapnya sehingga Akuwu itu menjadi sangat

, dan diteruskannya, "Melihat keadaan di rumah gad

m, "Aku harus mengetahui

ang dingin seolah-olah membeku telah digosok-gosoknya dengan reramuan penghangat. Jahe, minyak kelapa dan be

n-lahan digerakkannya tangannya, kakinya dan

bisik Nyai Puro

wanya. Orang tua itu bukan embannya. Bukan pemomongnya yang seakan-akan sudah menjadi ibunya sendiri. Karena itu sekali lagi ia menjadi bingung. Diamat-amatin

ang bermimpi?"

sekali tidak bermimp

andanginya wajah dukun tua itu. Kemu

Dukun yang diminta oleh Akuwu men

ulang K

ma Akuwu dan Kuda Semp

rjadi. Selapis demi selapis dikenangnya kembali apa yang sudah terjadi itu.

k seperti bendungan pecah. Ditelungkupkannya tubuhnya sa

aat Nyai Puroni itu terbungkam. Meskipun tangannya membelai rambut Ken Dedes dengan kasih seorang tua

edes menyebut nama ayahnya, Mahisa Agni dan Wiraprana. Namun tidak sedemikian jelas sehingga Nyai Puroni menj

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka