Pelangi Di Atas Singasari
ang belum juga pulang. Bagaimanakah kalau gurunya itu kembali? Apakah orang tua itu akan menjadi marah, atauka
tu orang. Empu Purwa. Betapa saktinya gurunya dan dengan dirinya sendiri sekali pun, bahkan dengan seluruh penduduk Panawijen, apakah mereka akan dapat melawan Tumapel? Sedang Mahisa Agni pun tahu, setidak-tidaknya dapat menduga, bahwa
n untuk membebaskan Ken Dedes menjadi semakin jauh dari otaknya. Teta
sisnya, "apabila lukaku telah menjadi
mbang pintu. Cantrik yang telah agak tua itu dengan iba memandang
aman," s
ya masih dari luar pintu, "Emban tua,
n. Kalau perlu, aku
an berada terlalu j
meninggalkannya. Kembali bilik
cu kudanya cepat sekali. Mereka sama sekali tidak menghiraukan, bahwa beberapa pasang
telah terjadi?" desis sa
anya. "Entah," jawabnya. Namun mata me
Ken Dedes yang belum juga sadar. Hanya sekali ia m
arena itu ia berpacu lebih cepat lagi. Ia ingin segera sampai ke Tu
bu yang mengepul di bawah kaki kuda yang berpacu di hadapannya dengan pandang yang koso
pana. Dihubungkannya apa yang telah dikatakan oleh Kuda Sempana sebelum mereka berangkat berburu, dan apa yang tel
tuk melihat keadaan sewajarnya. Kalau nanti ia sampai di Tumapel, akan dipanggilnya Witantra, Ken Arok, Kuda Sempana dan Ken Dedes itu. Bahkan kalau perlu a
u itu benar-benar luar biasa. Namun ternyata kakak gadis
u. Sekali lagi dada Tunggul Ametung berdesir. Gadis itu adalah gadis yang aneh di dalam pandangan matanya. Cantik bagai bidadari. Tidak. Meskipun Ken Dedes itu cantik, namun ia adalah seorang gad
rang diri, "Aku tidak tahu. Ap
k pada suatu tikungan. Dilihatnya gadis itu seperti sebuah golek yang indah. Namun d
yang dilihatnya itu. Karena itu maka segera ia berpacu lebih cepa
ana dan diamatinya tubuh Ken Dedes, maka akuwu itu menjadi heran. T
ng menggeleng
ihat nyala pada tubuh itu. Bersinar seperti bara api baja. Tetapi sinar itu
adi bingung dan berdebar-debar. Diketahuinya bahwa Ken Dedes it
istana bersama beberapa orang kawannya. Karena itu, maka Kuda Sempana menjadi bimbang. Apakah Ken Dedes itu akan dibawa ke sana? Apakah dengan demikian tidak akan menimb
ak Tunggul Ame
n itu. Tetapi segera ia menjawab, "Apak
stana," jawab
bahwa Empu Purwa dan Mahisa Agni tidak akan berani mengganggunya seandainya gadis itu berada di istana. Tetapi Kuda Sempana itu sama sekali tidak tahu apa yang tersimpan di dalam hati Akuw
-tiba Akuwu telah kembali tanpa tengara apa pun. Baru pagi tadi mereka berangkat. Dan agaknya Akuwu tidak bermalam di perburuan. Biasanya apa bila akuwu itu kembali, beberapa orang tela
" perintah Akuw
a turun dari kudanya, dan me
ngan penuh pertanyaan di dalam dada mereka. Sehingga kare
apel berteriak dengan lantangnya, "He, kenapa kalian diam saja
api mereka belum tahu bilik mana yang harus dibersihkannya sehing
adi gila?" teriak Akuwu Tumapel itu ke
bersihkannya. Seorang yang paling tenang di antara mereka itu mencoba memberanikan diri bertanyaingungan para emban itu. Tetapi ia pun men
itu menjawab,
sendiri tidak pernah tidur di dalam bilik itu. Sebenarnyalah demikian kebiasaan yang harus dilakukan. Bilik itu akan selalu kosong sebelum Akuwu Tumapel mempunyai sisihan, seoransentong tengen dan membersihkannya dengan penuh hormat. Ditaburnya pembaringan di sentong itu dengan bunga dan dialasinya
epalanya. Tetapi ia tidak ge
ya kawannya. Tetapi emban yan
pakah kau ingin dibaring
erta-merta, "Aku tidak gila. Tetap
nap
ng dipakainya? Kain lurik
i kecewa pula, sehingga mereka berdes
sudah sepantasnya dibaringkan di sentong kanan ini? Tetapi mereka tidak berani menanyakan kepada
ari Akuwu Tunggul Ametung dengan perintahnya itu. Meskipun demikian Kuda Sempana tidak berani bertanya pula kepada Akuwu Tumapel, sepe
bilik yang sebelah kanan ini adalah bilik yang dikosongkannya. Bilik yang hanya akan dipakai kelak apabila Akuwu sudah bepermaisuri. Tetapi kenapa tiba-tiba saja ia memerintahkan membawa Ken Dedes ini k
berkata kepadanya, "Ampun Tuanku. Bilik
uwu itu, "kena
gan dengan penuh kecemasan. Mereka melihat wajah Tunggul Ametung menjadi tegang. Sekali ditatapnya wajah Ken Dedes yang pucat itu. Kini dilihatn
menggeliat. Dan terdengar ia merintih perlahan-lahan. Sehingga tanpa se
tu, maka sekali lagi tanpa dipikirkanny
rena itu maka segera ia masuk ke sentong tengen, dan dibaringkannya Ken Dedes di pembaringan yang
uk mengenal tempat itu. Tetapi ia menjadi bingung. Dan ketika tiba-tiba di lihatnya wajah Kuda Se
. Dengan gelisahnya ia memandangi wajah Akuwu Tun
n lagi Tuanku," d
ong gadis itu. Tunggul Ametung adalah seorang akuwu yang berkuasa. Yang berbuat menurut apa saja yang dikehendakinya. Namun kin
t mendengar teriakan akuwu itu. Seorang emban yang ter
roni. Suruh ia merawat
mban itu sambil bergeser
sayu namun penuh ketenangan seakan-akan di dalam wajah itu terpendam berbag
eorang gadis yang pinggan. Bukan karena sakit dan bukan karena sebab-sebab lain. Tetapi ia pingsan
l berkata, "Hamba Tuanku. Kalau berkenan di hati Tuanku
u," jawab Akuwu Tumapel sam
sentong tengen yang menganga itu. Namun yang dilihatnya hanya
gu anak itu mati!" teria
ia mendengar Akuwu Tunggul Ametung membentak-bentak dan berteriak-teriak. Karena itu maka i
sentong tengen. Ia terkejut ketika d
apakah Angger sed
t Kuda Sem
el itu benar-benar seperti orang yang bingung sehingga dibiarkannya Kuda Sempana berada di dal
n oleh akuwu atau oleh Kuda Sempana terhadap gadis itu, atau siapakah sebenarnya gadis yang pingsan itu. Karena itu maka katanya
triku Nyai Puroni,"
itu benar-benar bakal istri Kuda Sempana, kenapa
orang pelayan dalam. Meskipun pelayan dalam yang paling dekat dengan akuwu. Tetapi apakah
nolong gadis itu. Karena itu, maka ia tidak lagi menghiraukan Kuda Sempana. Apakah gad
bahkan beratus kali ia menolong orang-orang yang pingsan seperti itu. Sehingga segera ia dapat menentukan, apakah yang harus dilakukan. Diambilnya beberapa m
anggilkan emban itu," sahut
Akuwu Tunggul Ametung sedang duduk merenung. Ditundukkan
ta Kuda Sempana
ahnya. Ditatapnya Kuda Sempa
tanya akuw
ukan seorang emban
udian sambil menunjuk seorang
Kuda Sempana pun segera mengikutinya pula. Namun demikian ia sampai di
Kuda Sempa
ang meng
mengganggu. Aku hany
baik. Gadis ini
a tida
berdesah "Aku sedang akan mengurut seluruh tubuhnya. Tun
h. Biarlah
i, "kalau Angger masuk, ak
-ada, Nyai!" be
ia terkejut ketika didengarnya Akuwu Tumapel membentaknya leb
p. Kuda Sempana telah mendengar beribu kali Tunggul Ametung berteriak dan membentak. Namun kali ini Akuwu itu benar-benar sedang marah, Meskipun Kuda Sempana sama sekali tidak tahu, kenapa ak
ketika desah itu kembali diam. Kuda Sempana benar-benar seperti seorang ayah yang untuk pertama kali menunggu bayi
k itu. Namun kembali ia berhenti ketika didengarnya sekali lagi Akuwu Tunggul A
namun ia merasakan sesuatu keanehan pada nada suara Akuwu Tunggul Ametung itu. Kuda Sempana
pada kau menunggu dengan gelisah di muka bilik itu, tinggalkanlah ruanga
k berkedip. Dicobanya untuk mengerti kata-kata itu, namun semak
aka sekali lagi Tunggul Ametung itu berkata, "Tinggal
kata-kata itu, katanya, "Akuwu. Kalau Akuwu tidak berkenan
ncat berdiri dan sambil menunjuk pintu keluar ia berteriak, "Keluarlah le
mpan di dalam hati Akuwu Tunggul Ametung itu. Namun ia kini menyadari bahwa Akuwu Tunggul Ametung benar-benar sedang marah
pun membungkukkan kepa
gar suaranya gemetar, "tetapi
ba-tiba tubuhnya menjadi bergetar. Dengan lantangnya ia berteriak, "Ku
ngan kepala tunduk. Di luar pintu ia masih berpaling. Tetapi ketika dilihatnya Akuwu Tunggul Ametung memandangn
skipun telah dipertunangkannya dengan Wiraprana, serta mendapat perlindungan dari Mahisa Agni yang tak dapat dikalahkannya, namun setiap kali masih juga tumbuh di dalam hatinya, harapan untuk dapat mengambil gadis itu. Tetapi kini, ketika Ken Dedes tel
untuk seterusnya tidak berani lagi mencoba m
nya. Sekali-kali ia mendengar suara dari bilik kanan. Suara Nyai Puroni dan seorang emban yang membantunya. Sekali-kali ia mel
n berjalan hilir mudik sedemiki
gila? Apakah peduliku atas gadis itu. Biar saja aku
sendiri. Seorang juru panebah terkejut bukan kepalang, ketika tiba-tiba saja Akuwu Tunggul Ametung sudah meloncat masuk ke dal
akuwu, "apa k
sedang membenihkan
baru s
nku tidak segera
u panebah itu sambil membentak, "Jadi kalau aku
Maksud hamba, baru nanti senja akan hamba bersihkan, setelah sehari ini dua kali hamba bersihkan.
" bentak akuwu
perlahan-lahan ia bergeser dan keluar dari ruangan itu. Tetapi begitu ia keluar dari pintu bilik, maka segera
bali ke dalam biliknya jauh di belakang. Di sepanjang halaman itu ia mas
irinya di pembaringannya tanpa melepas pakaiannya. Ia m
p di antara ikat pinggangnya, sehingga sambil mengumpat-umpat maka terpaks
. Sehingga demikian, maka akuwu itu seakan-akan tidak mempunyai suatu sikap yang tetap. Namun sebenarnya Akuwu adalah seorang yang sulit untuk dime
sedang dipikirkannya. Demikian gelapnya sehingga Akuwu itu menjadi sangat
, dan diteruskannya, "Melihat keadaan di rumah gad
m, "Aku harus mengetahui
ang dingin seolah-olah membeku telah digosok-gosoknya dengan reramuan penghangat. Jahe, minyak kelapa dan be
n-lahan digerakkannya tangannya, kakinya dan
bisik Nyai Puro
wanya. Orang tua itu bukan embannya. Bukan pemomongnya yang seakan-akan sudah menjadi ibunya sendiri. Karena itu sekali lagi ia menjadi bingung. Diamat-amatin
ang bermimpi?"
sekali tidak bermimp
andanginya wajah dukun tua itu. Kemu
Dukun yang diminta oleh Akuwu men
ulang K
ma Akuwu dan Kuda Semp
rjadi. Selapis demi selapis dikenangnya kembali apa yang sudah terjadi itu.
k seperti bendungan pecah. Ditelungkupkannya tubuhnya sa
aat Nyai Puroni itu terbungkam. Meskipun tangannya membelai rambut Ken Dedes dengan kasih seorang tua
edes menyebut nama ayahnya, Mahisa Agni dan Wiraprana. Namun tidak sedemikian jelas sehingga Nyai Puroni menj