icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pelangi Di Atas Singasari

Bab 2 Bagian 2 Menculik Bunga Mekar Di Lereng Gunung Kawi

Jumlah Kata:6873    |    Dirilis Pada: 13/02/2024

Hamba telah mengikhlaskannya seperti nasihat Tuanku. Biarlah gadis itu menemui kebahagiaan

ku! Siapkan para pengikut.

ak ke Panaw

hakku untuk menentukan,

akuwu itu lantang, "Kuda Sempana. Aku hargai kebaikan hatimu. Kau adalah seorang yang tidak mau memerkosa per

gul Ametung itu berkata pula, "Siapkan kudaku! Bunyikan tand

mematuhi perintah itu. Segera ia menyembah d

h menjadi cerah. Betapa sebuah senyum yang segar terbayang di bibirnya

ngan yang dicapainya. Akuwu telah dapat dipaksanya untuk menuruti kehendaknya dengan caranya. Karena itu, maka Kuda Sempana itu kadang-kadang tertawa dengan sendirinya. Kadang-k

s," gumamnya seorang diri, "mudah-mudahan Mahisa

stana. Bunyinya menggema memancar hampir ke segenap penjuru kota. Para prajuri

yiapkan dirinya. Namun kepada Mahisa Agni ia berkata, "Terlalu pa

ilih daerah perburuan yang a

, aku akan berangkat. Kentong pertama sudah berbunyi. Kentong kedua

gu di sini. Aku mengucapkan terima

a. Aku hanya berbuat sekedarnya.

antra itu pun kemudian meloncat ke atas punggung kudany

dalam yang ternyata tidak kalah tangguhnya dengan para prajurit itu. Mereka adalah Kuda Sempana, Watangan dan seorang pelayan dalam yang baru, yang diserahkan oleh seorang pendeta kepada akuwu, Ken Arok. Mesk

" terdengar seorang prajuri

a. "Entahlah," jawabnya, "aku b

luap-luap di dadanya tiba-tiba menjawab, "Ke barat, ke sek

ebetulan, bahwa semalam ia sedang mendengar persoalan yang terjadi di Panawijen. Jadi

kan kau acuh tak acuh, "Karautan adalah sebuah padan

terbentang sebuah hutan yang sangat banyak menyimpan binatang-bin

alah seorang yang gemar kepada pengalaman-pengalaman yang dahsyat. Bukankah

aknya, "Entahlah. Kali ini A

dakinya ia telah terlibat dalam persoalan antara Mahisa Agni dan Kuda Sempana. Karena i

tahu apakah yang tersimpan di hati Witantra itu. Karena

nghadap," gu

ya Kuda Sempana den

a Sang Akuwu, adikku ingin

Kuda Sempana menj

," jawab

Karena itu maka Kuda Sempana belum mendengar apakah yang pernah terjadi atas anak mud

nnya disampaikan oleh seorang emban, maka Sang Akuwu yang sudah siap untuk be

k berani bertanya. Setelah menyembah maka katanya, "Sang Akuwu, perkenank

atau ke mana? Aku sudah menentukan arah. Tak seor

. Hamba hanya memohon izin kepada Tuanku. Apabila Tuanku berkenan di

rtanya Tunggul Ametung sa

ndra

r sejenak. Kemudian katan

nku hendak pergi ke barat, maka menurut perhitungan hamba perburuan ini tidak akan sedemikian berat daripada apabila Tuanku pergi ke hutan

dengar he?" b

Kuda S

g dikata

a Sang Akuwu akan

a beg

a Tua

terampil, maka ia akan mendapa

kasih

udian mohon diri unt

ndra heran, kenapa ia harus ikut serta berburu bersama akuwu. Namun akhirnya ia tahu juga maksudnya. Ka

membawa bekal apapun, Ka

, bekalku c

iapkan kudanya pula, dan i

itantra dan Mahendra memasuki alun-alun itu, demikian mereka mendengar kentongan di

Seorang pekatik telah siap di ujung tangga dengan seekor kuda berwarna hitam mengkilat. Kuda yang telah siap berangkat ber

yang sudah menunggu. Dilihatnya ketiga orang pelayan dalam istana, di antaranya Kuda Sempan

adikmu W

lam-dalam, kemudian ja

segagah kau. Mudah-mudahan

birnya. Namun ia tida

at. Maka terdengarlah suara kentongan yang ketiga kalinya. Demikian kentongan

s kuda masing-masing. Dan sesaat kemudian mereka mend

di atas kuda hitam mengkilat. Kuda yang tegar dan besar. Di belakangnya Kuda Sempana mengiringinya sambil tersenyum. Ia merasa bahwa hari ini adalah

ipadanya bernama Ken Arok. Seorang anak muda pendiam, namun di balik kediamannya itu ters

n dalam itu, berkuda para prajurit. Lima orang d

uwu memilih arah ke barat, atau ada hubungan yang erat dengan maksud Kuda Sempana? Witantra menjadi ragu-ragu. Ia ingin segera memberitahukan persoa

isah. Meskipun demikian ia masih ingin t

setinggi langit, katanya, "Tak ada akuwu segagah Akuwu Tumapel. Carilah di seluruh Kediri. Tubuhnya yang kok

in berburu. Apakah kemajuan yang pernah dicapainya selama ia menjadi akuwu.

ling bermurah hati di dunia ini, namun ada yang mengumpatinya sebagai seorang yang paling kejam di muka bumi. Sebab akuwu itu berbuat apa sa

buh tegap kekar. Mereka semuanya telah siap dalam kelengkapan seorang pemburu. Namun para prajurit itu tidak saja siap untuk berburu, namun apabila ada bahaya di sepanjang perjalanan

kan sinarnya yang segar ke puncak-puncak pepohonan, menyentuh daun-daunan yang bergerak-gerak ditiup angin yang lembut. Di sebel

elah terlanjur terlibat ke dalamnya. Karena itu, di sepanjang perjalanan itu. Ia selalu berusaha mengetahui, apakah kira-kira yang akan dilakukan ole

kepada Ken Arok. "Adi, ke manaka

aku belum tahu pasti. Menurut Kuda Sempana kita

banya untuk menyembunyikan perasaannya. Dijawabnya, "Ya per

Witantra, "tetapi hutan itu bukan

lih, maka lebih baik baginya untuk tidak ikut di dalam rombongan itu. Sebab baik hutannya maupun padang rumput Karautan membawa kenangan yang pedih di dalam hatinya. Teringatlah ia akan pertemuannya dengan seorang Empu yang bernama Empu Purwa beserta muridnya. Berkata Empu itu kepadanya, bahwa apabila ia dapat menempuh cara hidup y

berdiri serentak. Dan ia

uriga. Apakah ada maksud-maksud yang tersembunyi dalam perburuan kali ini

membuat keributan apabila persoalannya belum jelas. Karena itu ia kemudian b

apel memperlambat kudanya. Kemudian ia berpaling kepada Kuda S

ku," jawab

sudah itu, aku senang berburu ke timur. Karena itu, maka ber

yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Dan tiba-tiba Kuda Sempanalah yang

ling belakang. Di dalam hatinya Witantra berkata, "Hem. Apakah semuanya ini suatu

ra itu menjadi

aan. Karena itu maka berkata Witantra itu di dalam hatinya, "Kenapa aku tidak memberitahukan saja kepada Wiraprana apa yang akan dilakukan oleh Kuda Sempana. Sebaiknya Wiraprana berusaha untuk mencegah hal

lan itulah yang dapat ditempuh sebaiknya. Seandainya kemudian akuwu tidak mempunyai k

mbalilah. Beri tahukanlah kepada Wiraprana bahwa kami sekarang berburu ke barat. Mungkin kami akan melewati Panawijen. Karena itu, usah

gukkan kepalanya

henti di hutan perburuan meskipun hanya sebentar, sehingga Wiraprana akan dapat mendahului perjala

k Ka

kudanya dan dengan hati-hati ia

nya. Kemudian ketika melihat Witantra menganggukkan kepal

aling dengan penuh kecurigaan. Dengan hati

kami berangkat, adik hamba terlalu tergesa-gesa. Kini perkenankanlah adik hamba itu pulang

hak. Katanya, "Adikmu itu gagah, segagah kau Witantra, namun ternyata ia lebih b

nak itu hanya mem

tidak berkeberatan anak itu pulang mengambil busurn

akang, maka tiba-tiba akuwu itu berkata "Tak ada gunanya adikmu it

ngga sekali lagi ia berpaling. Witantra pun tidak kalah t

a. Namun tiba-tiba ia membentak, "Apapun yang akan dilakukan oleh adikmu itu aku tidak peduli. Kalau ia m

dalam-dalam sambil b

endra "Cepat! Pulanglah beri tahukan kepada Wiraprana supaya ia cepat-cepat

ti angin ia berpacu kembali ke Tumapel. Debu yang putih melonjak naik ke

erti anak panah yang meluncur cepat sekali. Tiba-tiba, akuwu

a. Ak

ndai berkuda. Aku senan

kasih

ia pergi berperang, dan ia lupa membaw

erlalu muda dan k

elujur di hadapannya. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya Akuwu itu berkata "Sawah-sawah di sini cuku

ya Wiraprana. Meskipun demikian, maka Witantra itu akan berusaha untuk memperlambat perjalanan mereka. Katanya, "Akuwu. Hutan-hutan di sekitar Karautan memang banyak menyimpan binatang-binatang yang baik un

epada kata-kata Witantra. Katanya, "Apaka

tetapi di hutan-hutan di sek

itu, "kita berburu kijang berbulu

ntah Akuwu itu. Karena itu ia bertanya,

yaan Kuda Sempana itu justru tentang perburuan itu sendiri? Karena itu, maka Witantra itu se

sehingga aku terlambat memberitahukannya kepada Wiraprana.

ingat kepada cerita Kuda Sempana tentang seorang Empu yang telah merendahkan derajatnya

ujuk akuwu untuk kepentingannya. Karena itu maka penyesalan yang bergolak di dalam

ata, "Ampun Akuwu, tidak di Panawije

kuwu itu sambil m

ang. Tidak saja bulunya Tuanku, tetapi kulitnya. Hamba pernah mendapa

il mengangguk-anggukkan kepalanya ia berkata, "Bagu

ulitnya sebaik-baiknya untuk sebuah permadani di bawah kaki di muka tem

belang itu. Kalau tidak, maka aku akan mengul

ng kecemasan berkata, "Ki

terkejut, "Apakah

ma aku telah melihatnya, seorang p

apel bukan Raja Kediri. Kenapa mesti menirunya? Biarlah suatu ketika Kediri men

"Apakah kau sangka dalam menilai keindahan, Akuwu Tumapel iri ada di bawah Baginda Kertajaya. Kalau Baginda Kertajaya itu senang kepa

a-tiba Akuwu Tuma

u. Karena itu maka jawabnya, "Kita belum menemukan

an kita dapatkan," g

menjadi semakin gelisah. Apa lagi ketika

n cepat. Beberapa persoalan menghentak- hentak dadanya sehingga akhirnya Witantra itu tidak tahan lagi menyimpan pertanyaan-per

ang?" sahu

adi Kuda Sempana bertanya, apakah kita pergi berburu dahulu.

Sambil meraba-raba suri kudanya Tunggul Ametung itu

ak, kemudian katanya seterusnya, "

rtanyaan itu. Meskipun demiki

yang belum kawin he?" bertanya A

itu. Meskipun demikian beberapa orang

arilah kita memberi kesempatan pertama kepada Kuda Sempa

u. Sebenarnyalah apa yang telah diduganya. Karena itu, tanpa disadar

a itu menggeram

orang menjadi heran karenanya.

siapa pun juga. Penghinaan terhadap orang-orangku hanya karena ia hamba akuwu adal

asan. Karena itu maka alangkah ia menjadi bersedih hati. Ia tidak tahu, alasan-alasan apakah yang dipakai oleh akuwu itu untuk meluluska

ki kuda-kuda itu seakan-akan suara sangkakala yang meneriakkan kekuasaan di tangan Akuwu Tumapel kekuas

ada orang yang mencoba menolak keputusanku, maka aku akan memaksanya dengan kekerasan. Aku mempunyai cukup

menjadi semakin sedih, sehingga ketika ia tidak dapat menahan hati lagi, diberanikannya sekali lagi bert

nunjukkan kekuasaanku. Kalau aku sedang melakukan sesuatu untuk menunjukkan bahwa

kan berbuat demikian. Tetapi untuk kali ini, kekua

ur Gunung Kawi itu, "aku akan mengambil seorang gadis bernama Ken Dedes di desa Panawijen. Orang tua itu menol

gul Ametung itu berkata pula, "Nah, apakah it

enentang perbuatan yang nurani dari adiknya itu. Kini ternyata Kuda Sempana lah yang berbuat curang. Karena itu Witantra itu benar-benar menjadi sedih. Sedih atas peristiwa yang akan terjadi Peristiwa yang pasti akan menyinggung rasa keadilan. Sebagai seorang prajurit Witantra menyadari tugasnya. Ia tidak dapat mengingkari perintah yang diberikan oleh atasannya. Oleh Akuwu Tumapel itu. Namun ia tahu pasti, bahwa apa yang dilakukan

nya, bahwa kini ia sedang menunjukkan kekuas

dan pedang yang tergan

jalan kudanya. Di hadapannya kini telah terbentang padang rumput Karau

g yang terbentang luas di hadapannya itu dengan wajah yang

pakan semua yang telah terj

pakah yang Maha Agung mau menerima aku menghadap dengan tangan yang dikotori

ebentar lagi mereka akan sampai ke Panawijen. Tempat tinggal seorang gadis yang baru tumbuh dan berkembang. Na

uruh penduduk Panawijen, apalagi anak-anak mudanya, menjadi ketakutan. Langsung mereka dapat menebak, bahwa Kuda Sempana telah datang kembali dengan kawan-kawannya. Apalagi k

a yang lain deng

Y

erputus asa untuk menyelamatkan gadis itu. Mahendra pasti terlambat, sehingga Mahi

nya. Ia adalah prajurit akuwu, sehingga dengan demik

n dengan rasa keadilannya. Ia harus melindungi suatu perbuatan yang ia tahu, bahwa perbuatan itu melanggar sendi penghidupan dan kebenaran.

. Pergulatan antara kesetiaannya kepada Aku

rus menjadi bahan pertimbangannya. Kalau ia menentang perintah Akuwu Tunggul Ametung, maka akibatnya, ia akan kehilangan pangkat dan jabatannya Bahkan mungkin ia akan diusi

hkan istrinya itu bersedia dikawininya, karena Witantra adalah salah seorang pemimpin prajurit pengawal ak

n setiap penduduk Panawijen. Beberapa orang menjadi gemetar karenanya, dan beberapa orang mengeluh

ke telinga Ki Buyut Panawijen. Dengan debar di dalam d

yang memberitahuka

akah Wi

i rumah Em

an saja untuk menyembun

umapel itu berkuda. Aku ta

ut itu, "aku akan sege

i menerobos halaman-halaman rumah tetangga-tetangganya dan memintasi kebun-kebun yang rimbun. Akhirnya ia

a segera ia bercerita tent

ukan buatan. Wajah gadis itu tiba-tiba men

ka sedang me

Y

a Agni belum juga pulang. Ternyata ia hanya berbuat menurut

g Agni," potong Ken Dedes, "lal

nya "Pendapat ayah baik sekali. Mari

orang cantrik ia berkata "Katakan bahwa kami tidak ad

anya sambil berkata, "Baik. Bai

ng masih sangat lemahnya setelah ia

kan mencari kita di seluruh p

u membentak, "Jangan ributkan h

an atas sikap emban yang tiba-tiba menjadi garang itu.

encapai regol halaman, maka tiba-tiba merek

k emban tua itu, "panj

. Seekor, disusul oleh yang lain dan akhirnya halaman itu pun telah hampir penuh dengan kuda-kuda dan penunggangnya. Meskipun demikian,

tulang belulangnya. Dilihatnya Kuda Sempana tersenyum di atas punggun

uda Sempana itu? Karena itu, maka terdengar suaranya berat parau, "Ku

keningnya. Sahutnya "

hanya menduga. Gadis ini ada

n Dedes menjadi pucat sepucat mayat. Tetapi Kuda Sempana tidak memedulikannya. Dengan lantang ia b

pa sesadarnya, Ken Dedes itu berpegangan lengan Wiraprana dengan eratnya seolah-olah tak akan dapat dipisahkan oleh kekuatan apapun. Namun mereka adalah manusia biasa. Manusia yang memili

"Ken Dedes. Kali ini jangan menentang kehendak Akuwu. Meskipun aku sendiri tidak terlalu bernafsu

ejut mendegar kata-kata Kuda Sempana, namun timbul

itu berkata dengan suara yang berg

pana, "kau harus melepaskan Ken Dedes

bantah

tan terlalu lama, sebab dengan demikian, maka persoalan yang sebenarnya akan mungkin didengar oleh T

Wiraprana pula. Namun sementara itu ia tidak mau memikirkan keanehan itu yang berputar-putar di dalam kepalanya adalah kekejian Kuda Sempana. Karena itu

tkan keningnya. Tiba-ti

aban itu. Namun sebelum ia sempat menyahut, Witantra telah bertanya pula,

g-orang yang belum pernah melihat Tunggul Ametung itu menj

eriak. Apalagi kini dadanya sedang dipenuhi oleh perasaan muak atas perbuatan Kuda Sempan

i-tinggi. Kemudian ditatapnya wajah Kuda Sempana sam

. Kemudian katanya kepada Kuda Sem

ampur dalam persoalan ini. Apakah kau akan ik

sekali lagi Akuwu itu berteriak, "He, Witantra, apa kepentinganmu atas persoalan ini? Aku tel

ia akan tugas-tugas hamba. Namun selama ini hamba belum pernah melihat Akuwu Tunggul Ametung berbuat tergesa-gesa seperti kali ini. Tuanku, kali ini, Tuanku berhadapan dengan Kuda Sempa

mpana akan menyahut, maka Akuwu itu membentak, "Jangan bert

ba telah mengatakan bahwa hamba telah memutuskan untuk menerima nasib hamba yang malang itu. Namun Tuanku memaksa hamba untuk

ng. Sesaat kemudian ia berkata, "Ya,

g tidak benar. Sekarang, apakah perintah Tuanku itu sudah didasari atas keterangan-keterangan yang benar? Kalau Tu

ri ketakutan di halaman rumahnya itu. Wajah seorang gadis yang tulus dan wajar, sewajar gadis pede

ang. Semuanya memandang wajah Akuwu Tumapel.

u lah Akuwu Tumapel. Semua kekuasaan berada di tanganku." Kemudia

" potong

menutup segala kemungkinan yang membisiki relung

egera ia meloncat dari kudanya dan berjalan me

makan pahit asamnya kehidupan, "Ikutlah, se

kan nasihat itu. Bahkan ia bergumam

ributk

i sekitarnya beberapa orang berkuda memandangnya de

pernah berbuat hal-hal yang serupa dengan apa yang disaksikannya, meskipun caranya berbeda. Cara yang pernah dilakukannya adalah cara seorang hantu yang hidup di padang-padang rumput dan hutan-hutan. Namun kini ia melihat cara yang lain, cara seorang yang sedang m

Dan ia belum sempat melihat perkembangan nasib itu. Karena itu, ia tidak mau berbuat

ngan Wiraprana. Dan Wiraprana itu berkata di

hat seorang anak muda yang mencoba menghalangi Kuda Sempana

," sahut K

pana mengambil gadis itu. Itu

ga Akuwu Tumapel itu berteriak pula "Witantra Kau adal

di pertempuran yang sengit di dalam dadanya. A

ar sekali lagi Tunggul Ametung berkata

ketika ia mendengar Witantra itu menjawab "

emikian dari bawahannya. Namun kini Witantra itu menolak melakukan perintahnya. Karena tiba-tiba ia memut

a yang bergerak. Merela menjadi ragu-ragu. Witantra adalah seorang pemimpin yang mereka segani dan mereka senangi. Meskipun kadang-kadang W

cukup jauh, dan ia sendiri berada di antara para prajuritnya itu, muka ia tidak berani berbuat lebih daripada men

Aku akan pergi dari halaman ini. Aku tetap setia kepada tugasku seba

engan segera ia memutar kudanya dan pergi keluar halaman.

gan marahnya, "besok aku dapat memerintahkan menggantung kau di alun-alun

ng menjadi ragu-ragu. Namun ada pula seorang yang berkumis tebal menjadi gembira melihat perselisihan itu. Dengan membungkuk-b

at pangkat yang baik,"

erkata, "Tak perlu bantuan orang lain. B

seorang di antara mereka memberinya bantuan. Tetapi ia menjadi kecewa ketika Witantra itu tidak berbuat

tu maka segera ia melangkah pula maju sambil berkata, "Kuda

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka