Pelangi Di Atas Singasari
Hamba telah mengikhlaskannya seperti nasihat Tuanku. Biarlah gadis itu menemui kebahagiaan
ku! Siapkan para pengikut.
ak ke Panaw
hakku untuk menentukan,
akuwu itu lantang, "Kuda Sempana. Aku hargai kebaikan hatimu. Kau adalah seorang yang tidak mau memerkosa per
gul Ametung itu berkata pula, "Siapkan kudaku! Bunyikan tand
mematuhi perintah itu. Segera ia menyembah d
h menjadi cerah. Betapa sebuah senyum yang segar terbayang di bibirnya
ngan yang dicapainya. Akuwu telah dapat dipaksanya untuk menuruti kehendaknya dengan caranya. Karena itu, maka Kuda Sempana itu kadang-kadang tertawa dengan sendirinya. Kadang-k
s," gumamnya seorang diri, "mudah-mudahan Mahisa
stana. Bunyinya menggema memancar hampir ke segenap penjuru kota. Para prajuri
yiapkan dirinya. Namun kepada Mahisa Agni ia berkata, "Terlalu pa
ilih daerah perburuan yang a
, aku akan berangkat. Kentong pertama sudah berbunyi. Kentong kedua
gu di sini. Aku mengucapkan terima
a. Aku hanya berbuat sekedarnya.
antra itu pun kemudian meloncat ke atas punggung kudany
dalam yang ternyata tidak kalah tangguhnya dengan para prajurit itu. Mereka adalah Kuda Sempana, Watangan dan seorang pelayan dalam yang baru, yang diserahkan oleh seorang pendeta kepada akuwu, Ken Arok. Mesk
" terdengar seorang prajuri
a. "Entahlah," jawabnya, "aku b
luap-luap di dadanya tiba-tiba menjawab, "Ke barat, ke sek
ebetulan, bahwa semalam ia sedang mendengar persoalan yang terjadi di Panawijen. Jadi
kan kau acuh tak acuh, "Karautan adalah sebuah padan
terbentang sebuah hutan yang sangat banyak menyimpan binatang-bin
alah seorang yang gemar kepada pengalaman-pengalaman yang dahsyat. Bukankah
aknya, "Entahlah. Kali ini A
dakinya ia telah terlibat dalam persoalan antara Mahisa Agni dan Kuda Sempana. Karena i
tahu apakah yang tersimpan di hati Witantra itu. Karena
nghadap," gu
ya Kuda Sempana den
a Sang Akuwu, adikku ingin
Kuda Sempana menj
," jawab
Karena itu maka Kuda Sempana belum mendengar apakah yang pernah terjadi atas anak mud
nnya disampaikan oleh seorang emban, maka Sang Akuwu yang sudah siap untuk be
k berani bertanya. Setelah menyembah maka katanya, "Sang Akuwu, perkenank
atau ke mana? Aku sudah menentukan arah. Tak seor
. Hamba hanya memohon izin kepada Tuanku. Apabila Tuanku berkenan di
rtanya Tunggul Ametung sa
ndra
r sejenak. Kemudian katan
nku hendak pergi ke barat, maka menurut perhitungan hamba perburuan ini tidak akan sedemikian berat daripada apabila Tuanku pergi ke hutan
dengar he?" b
Kuda S
g dikata
a Sang Akuwu akan
a beg
a Tua
terampil, maka ia akan mendapa
kasih
udian mohon diri unt
ndra heran, kenapa ia harus ikut serta berburu bersama akuwu. Namun akhirnya ia tahu juga maksudnya. Ka
membawa bekal apapun, Ka
, bekalku c
iapkan kudanya pula, dan i
itantra dan Mahendra memasuki alun-alun itu, demikian mereka mendengar kentongan di
Seorang pekatik telah siap di ujung tangga dengan seekor kuda berwarna hitam mengkilat. Kuda yang telah siap berangkat ber
yang sudah menunggu. Dilihatnya ketiga orang pelayan dalam istana, di antaranya Kuda Sempan
adikmu W
lam-dalam, kemudian ja
segagah kau. Mudah-mudahan
birnya. Namun ia tida
at. Maka terdengarlah suara kentongan yang ketiga kalinya. Demikian kentongan
s kuda masing-masing. Dan sesaat kemudian mereka mend
di atas kuda hitam mengkilat. Kuda yang tegar dan besar. Di belakangnya Kuda Sempana mengiringinya sambil tersenyum. Ia merasa bahwa hari ini adalah
ipadanya bernama Ken Arok. Seorang anak muda pendiam, namun di balik kediamannya itu ters
n dalam itu, berkuda para prajurit. Lima orang d
uwu memilih arah ke barat, atau ada hubungan yang erat dengan maksud Kuda Sempana? Witantra menjadi ragu-ragu. Ia ingin segera memberitahukan persoa
isah. Meskipun demikian ia masih ingin t
setinggi langit, katanya, "Tak ada akuwu segagah Akuwu Tumapel. Carilah di seluruh Kediri. Tubuhnya yang kok
in berburu. Apakah kemajuan yang pernah dicapainya selama ia menjadi akuwu.
ling bermurah hati di dunia ini, namun ada yang mengumpatinya sebagai seorang yang paling kejam di muka bumi. Sebab akuwu itu berbuat apa sa
buh tegap kekar. Mereka semuanya telah siap dalam kelengkapan seorang pemburu. Namun para prajurit itu tidak saja siap untuk berburu, namun apabila ada bahaya di sepanjang perjalanan
kan sinarnya yang segar ke puncak-puncak pepohonan, menyentuh daun-daunan yang bergerak-gerak ditiup angin yang lembut. Di sebel
elah terlanjur terlibat ke dalamnya. Karena itu, di sepanjang perjalanan itu. Ia selalu berusaha mengetahui, apakah kira-kira yang akan dilakukan ole
kepada Ken Arok. "Adi, ke manaka
aku belum tahu pasti. Menurut Kuda Sempana kita
banya untuk menyembunyikan perasaannya. Dijawabnya, "Ya per
Witantra, "tetapi hutan itu bukan
lih, maka lebih baik baginya untuk tidak ikut di dalam rombongan itu. Sebab baik hutannya maupun padang rumput Karautan membawa kenangan yang pedih di dalam hatinya. Teringatlah ia akan pertemuannya dengan seorang Empu yang bernama Empu Purwa beserta muridnya. Berkata Empu itu kepadanya, bahwa apabila ia dapat menempuh cara hidup y
berdiri serentak. Dan ia
uriga. Apakah ada maksud-maksud yang tersembunyi dalam perburuan kali ini
membuat keributan apabila persoalannya belum jelas. Karena itu ia kemudian b
apel memperlambat kudanya. Kemudian ia berpaling kepada Kuda S
ku," jawab
sudah itu, aku senang berburu ke timur. Karena itu, maka ber
yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Dan tiba-tiba Kuda Sempanalah yang
ling belakang. Di dalam hatinya Witantra berkata, "Hem. Apakah semuanya ini suatu
ra itu menjadi
aan. Karena itu maka berkata Witantra itu di dalam hatinya, "Kenapa aku tidak memberitahukan saja kepada Wiraprana apa yang akan dilakukan oleh Kuda Sempana. Sebaiknya Wiraprana berusaha untuk mencegah hal
lan itulah yang dapat ditempuh sebaiknya. Seandainya kemudian akuwu tidak mempunyai k
mbalilah. Beri tahukanlah kepada Wiraprana bahwa kami sekarang berburu ke barat. Mungkin kami akan melewati Panawijen. Karena itu, usah
gukkan kepalanya
henti di hutan perburuan meskipun hanya sebentar, sehingga Wiraprana akan dapat mendahului perjala
k Ka
kudanya dan dengan hati-hati ia
nya. Kemudian ketika melihat Witantra menganggukkan kepal
aling dengan penuh kecurigaan. Dengan hati
kami berangkat, adik hamba terlalu tergesa-gesa. Kini perkenankanlah adik hamba itu pulang
hak. Katanya, "Adikmu itu gagah, segagah kau Witantra, namun ternyata ia lebih b
nak itu hanya mem
tidak berkeberatan anak itu pulang mengambil busurn
akang, maka tiba-tiba akuwu itu berkata "Tak ada gunanya adikmu it
ngga sekali lagi ia berpaling. Witantra pun tidak kalah t
a. Namun tiba-tiba ia membentak, "Apapun yang akan dilakukan oleh adikmu itu aku tidak peduli. Kalau ia m
dalam-dalam sambil b
endra "Cepat! Pulanglah beri tahukan kepada Wiraprana supaya ia cepat-cepat
ti angin ia berpacu kembali ke Tumapel. Debu yang putih melonjak naik ke
erti anak panah yang meluncur cepat sekali. Tiba-tiba, akuwu
a. Ak
ndai berkuda. Aku senan
kasih
ia pergi berperang, dan ia lupa membaw
erlalu muda dan k
elujur di hadapannya. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya Akuwu itu berkata "Sawah-sawah di sini cuku
ya Wiraprana. Meskipun demikian, maka Witantra itu akan berusaha untuk memperlambat perjalanan mereka. Katanya, "Akuwu. Hutan-hutan di sekitar Karautan memang banyak menyimpan binatang-binatang yang baik un
epada kata-kata Witantra. Katanya, "Apaka
tetapi di hutan-hutan di sek
itu, "kita berburu kijang berbulu
ntah Akuwu itu. Karena itu ia bertanya,
yaan Kuda Sempana itu justru tentang perburuan itu sendiri? Karena itu, maka Witantra itu se
sehingga aku terlambat memberitahukannya kepada Wiraprana.
ingat kepada cerita Kuda Sempana tentang seorang Empu yang telah merendahkan derajatnya
ujuk akuwu untuk kepentingannya. Karena itu maka penyesalan yang bergolak di dalam
ata, "Ampun Akuwu, tidak di Panawije
kuwu itu sambil m
ang. Tidak saja bulunya Tuanku, tetapi kulitnya. Hamba pernah mendapa
il mengangguk-anggukkan kepalanya ia berkata, "Bagu
ulitnya sebaik-baiknya untuk sebuah permadani di bawah kaki di muka tem
belang itu. Kalau tidak, maka aku akan mengul
ng kecemasan berkata, "Ki
terkejut, "Apakah
ma aku telah melihatnya, seorang p
apel bukan Raja Kediri. Kenapa mesti menirunya? Biarlah suatu ketika Kediri men
"Apakah kau sangka dalam menilai keindahan, Akuwu Tumapel iri ada di bawah Baginda Kertajaya. Kalau Baginda Kertajaya itu senang kepa
a-tiba Akuwu Tuma
u. Karena itu maka jawabnya, "Kita belum menemukan
an kita dapatkan," g
menjadi semakin gelisah. Apa lagi ketika
n cepat. Beberapa persoalan menghentak- hentak dadanya sehingga akhirnya Witantra itu tidak tahan lagi menyimpan pertanyaan-per
ang?" sahu
adi Kuda Sempana bertanya, apakah kita pergi berburu dahulu.
Sambil meraba-raba suri kudanya Tunggul Ametung itu
ak, kemudian katanya seterusnya, "
rtanyaan itu. Meskipun demiki
yang belum kawin he?" bertanya A
itu. Meskipun demikian beberapa orang
arilah kita memberi kesempatan pertama kepada Kuda Sempa
u. Sebenarnyalah apa yang telah diduganya. Karena itu, tanpa disadar
a itu menggeram
orang menjadi heran karenanya.
siapa pun juga. Penghinaan terhadap orang-orangku hanya karena ia hamba akuwu adal
asan. Karena itu maka alangkah ia menjadi bersedih hati. Ia tidak tahu, alasan-alasan apakah yang dipakai oleh akuwu itu untuk meluluska
ki kuda-kuda itu seakan-akan suara sangkakala yang meneriakkan kekuasaan di tangan Akuwu Tumapel kekuas
ada orang yang mencoba menolak keputusanku, maka aku akan memaksanya dengan kekerasan. Aku mempunyai cukup
menjadi semakin sedih, sehingga ketika ia tidak dapat menahan hati lagi, diberanikannya sekali lagi bert
nunjukkan kekuasaanku. Kalau aku sedang melakukan sesuatu untuk menunjukkan bahwa
kan berbuat demikian. Tetapi untuk kali ini, kekua
ur Gunung Kawi itu, "aku akan mengambil seorang gadis bernama Ken Dedes di desa Panawijen. Orang tua itu menol
gul Ametung itu berkata pula, "Nah, apakah it
enentang perbuatan yang nurani dari adiknya itu. Kini ternyata Kuda Sempana lah yang berbuat curang. Karena itu Witantra itu benar-benar menjadi sedih. Sedih atas peristiwa yang akan terjadi Peristiwa yang pasti akan menyinggung rasa keadilan. Sebagai seorang prajurit Witantra menyadari tugasnya. Ia tidak dapat mengingkari perintah yang diberikan oleh atasannya. Oleh Akuwu Tumapel itu. Namun ia tahu pasti, bahwa apa yang dilakukan
nya, bahwa kini ia sedang menunjukkan kekuas
dan pedang yang tergan
jalan kudanya. Di hadapannya kini telah terbentang padang rumput Karau
g yang terbentang luas di hadapannya itu dengan wajah yang
pakan semua yang telah terj
pakah yang Maha Agung mau menerima aku menghadap dengan tangan yang dikotori
ebentar lagi mereka akan sampai ke Panawijen. Tempat tinggal seorang gadis yang baru tumbuh dan berkembang. Na
uruh penduduk Panawijen, apalagi anak-anak mudanya, menjadi ketakutan. Langsung mereka dapat menebak, bahwa Kuda Sempana telah datang kembali dengan kawan-kawannya. Apalagi k
a yang lain dengY
erputus asa untuk menyelamatkan gadis itu. Mahendra pasti terlambat, sehingga Mahi
nya. Ia adalah prajurit akuwu, sehingga dengan demik
n dengan rasa keadilannya. Ia harus melindungi suatu perbuatan yang ia tahu, bahwa perbuatan itu melanggar sendi penghidupan dan kebenaran.
. Pergulatan antara kesetiaannya kepada Aku
rus menjadi bahan pertimbangannya. Kalau ia menentang perintah Akuwu Tunggul Ametung, maka akibatnya, ia akan kehilangan pangkat dan jabatannya Bahkan mungkin ia akan diusi
hkan istrinya itu bersedia dikawininya, karena Witantra adalah salah seorang pemimpin prajurit pengawal ak
n setiap penduduk Panawijen. Beberapa orang menjadi gemetar karenanya, dan beberapa orang mengeluh
ke telinga Ki Buyut Panawijen. Dengan debar di dalam d
yang memberitahuka
akah Wi
i rumah Em
an saja untuk menyembun
umapel itu berkuda. Aku ta
ut itu, "aku akan sege
i menerobos halaman-halaman rumah tetangga-tetangganya dan memintasi kebun-kebun yang rimbun. Akhirnya ia
a segera ia bercerita tent
ukan buatan. Wajah gadis itu tiba-tiba men
ka sedang me
Y
a Agni belum juga pulang. Ternyata ia hanya berbuat menurut
g Agni," potong Ken Dedes, "lal
nya "Pendapat ayah baik sekali. Mari
orang cantrik ia berkata "Katakan bahwa kami tidak ad
anya sambil berkata, "Baik. Bai
ng masih sangat lemahnya setelah ia
kan mencari kita di seluruh p
u membentak, "Jangan ributkan h
an atas sikap emban yang tiba-tiba menjadi garang itu.
encapai regol halaman, maka tiba-tiba merek
k emban tua itu, "panj
. Seekor, disusul oleh yang lain dan akhirnya halaman itu pun telah hampir penuh dengan kuda-kuda dan penunggangnya. Meskipun demikian,
tulang belulangnya. Dilihatnya Kuda Sempana tersenyum di atas punggun
uda Sempana itu? Karena itu, maka terdengar suaranya berat parau, "Ku
keningnya. Sahutnya "
hanya menduga. Gadis ini ada
n Dedes menjadi pucat sepucat mayat. Tetapi Kuda Sempana tidak memedulikannya. Dengan lantang ia b
pa sesadarnya, Ken Dedes itu berpegangan lengan Wiraprana dengan eratnya seolah-olah tak akan dapat dipisahkan oleh kekuatan apapun. Namun mereka adalah manusia biasa. Manusia yang memili
"Ken Dedes. Kali ini jangan menentang kehendak Akuwu. Meskipun aku sendiri tidak terlalu bernafsu
ejut mendegar kata-kata Kuda Sempana, namun timbul
itu berkata dengan suara yang berg
pana, "kau harus melepaskan Ken Dedes
bantah
tan terlalu lama, sebab dengan demikian, maka persoalan yang sebenarnya akan mungkin didengar oleh T
Wiraprana pula. Namun sementara itu ia tidak mau memikirkan keanehan itu yang berputar-putar di dalam kepalanya adalah kekejian Kuda Sempana. Karena itu
tkan keningnya. Tiba-ti
aban itu. Namun sebelum ia sempat menyahut, Witantra telah bertanya pula,
g-orang yang belum pernah melihat Tunggul Ametung itu menjeriak. Apalagi kini dadanya sedang dipenuhi oleh perasaan muak atas perbuatan Kuda Sempan
i-tinggi. Kemudian ditatapnya wajah Kuda Sempana sam
. Kemudian katanya kepada Kuda Sem
ampur dalam persoalan ini. Apakah kau akan ik
sekali lagi Akuwu itu berteriak, "He, Witantra, apa kepentinganmu atas persoalan ini? Aku tel
ia akan tugas-tugas hamba. Namun selama ini hamba belum pernah melihat Akuwu Tunggul Ametung berbuat tergesa-gesa seperti kali ini. Tuanku, kali ini, Tuanku berhadapan dengan Kuda Sempa
mpana akan menyahut, maka Akuwu itu membentak, "Jangan bert
ba telah mengatakan bahwa hamba telah memutuskan untuk menerima nasib hamba yang malang itu. Namun Tuanku memaksa hamba untuk
ng. Sesaat kemudian ia berkata, "Ya,
g tidak benar. Sekarang, apakah perintah Tuanku itu sudah didasari atas keterangan-keterangan yang benar? Kalau Tu
ri ketakutan di halaman rumahnya itu. Wajah seorang gadis yang tulus dan wajar, sewajar gadis pede
ang. Semuanya memandang wajah Akuwu Tumapel.
u lah Akuwu Tumapel. Semua kekuasaan berada di tanganku." Kemudia
" potong
menutup segala kemungkinan yang membisiki relung
egera ia meloncat dari kudanya dan berjalan memakan pahit asamnya kehidupan, "Ikutlah, se
kan nasihat itu. Bahkan ia bergumam
ributk
i sekitarnya beberapa orang berkuda memandangnya de
pernah berbuat hal-hal yang serupa dengan apa yang disaksikannya, meskipun caranya berbeda. Cara yang pernah dilakukannya adalah cara seorang hantu yang hidup di padang-padang rumput dan hutan-hutan. Namun kini ia melihat cara yang lain, cara seorang yang sedang m
Dan ia belum sempat melihat perkembangan nasib itu. Karena itu, ia tidak mau berbuat
ngan Wiraprana. Dan Wiraprana itu berkata di
hat seorang anak muda yang mencoba menghalangi Kuda Sempana
," sahut K
pana mengambil gadis itu. Itu
ga Akuwu Tumapel itu berteriak pula "Witantra Kau adal
di pertempuran yang sengit di dalam dadanya. A
ar sekali lagi Tunggul Ametung berkata
ketika ia mendengar Witantra itu menjawab "
emikian dari bawahannya. Namun kini Witantra itu menolak melakukan perintahnya. Karena tiba-tiba ia memuta yang bergerak. Merela menjadi ragu-ragu. Witantra adalah seorang pemimpin yang mereka segani dan mereka senangi. Meskipun kadang-kadang W
cukup jauh, dan ia sendiri berada di antara para prajuritnya itu, muka ia tidak berani berbuat lebih daripada men
Aku akan pergi dari halaman ini. Aku tetap setia kepada tugasku seba
engan segera ia memutar kudanya dan pergi keluar halaman.
gan marahnya, "besok aku dapat memerintahkan menggantung kau di alun-alun
ng menjadi ragu-ragu. Namun ada pula seorang yang berkumis tebal menjadi gembira melihat perselisihan itu. Dengan membungkuk-b
at pangkat yang baik,"
erkata, "Tak perlu bantuan orang lain. B
seorang di antara mereka memberinya bantuan. Tetapi ia menjadi kecewa ketika Witantra itu tidak berbuat
tu maka segera ia melangkah pula maju sambil berkata, "Kuda