icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pelangi Di Atas Singasari

Pelangi Di Atas Singasari

Penulis: Wijaya45
icon

Bab 1 Menculik Bunga Mekar Di Lereng Gunung Kawi

Jumlah Kata:3456    |    Dirilis Pada: 13/02/2024

nesia sekita

lagi dari Witantra. Apa yang dilakukan telah lebih dari cukup. Apalagi kesanggupan Witant

kah masa per

ri Sang Akuwu telah menjadi jemu dan kembali ke istana. Tetapi

diri, tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain. Meskipun demikian, maka Mahisa Agni percaya, apabila Akuwu itu mendengar peristiwa yang sebena

ruan yang tak diketahui ke mana dan berapa lama. Karena itu, maka Witantra itu harus menyiapkan anak panah serta busurnya. Bahkan senjata-s

bali. Mungkin tidak terlalu lama. Dan selama itu ia tidak perlu mencemaskan Kuda Sempana. Sebab Witantra akan dapat mengawasinya. Sedang apabila Kuda Se

dirinya di atas sebuah pembaringan bambu. Dicobanya untuk menenangkan hatinya d

pun matanya tidak terpejamkan. Kuda Sempana itu sedang merenungkan apakah yang baru saja terjadi atasnya. Ia berbesar hati, karena ia mendapat kesempatan melepaskan diri dari Mahisa Agni yang akan menangkapnya, namun ia tidak dapat

ng kawannya berkata kepadanya,

" jawab Ku

ningnya. "Kenapakah kau? Ap

na. Tetapi kawannya itu malahan t

a kita, tiga orang harus mengikutiny

aklah dua ora

ara kita. Aku, kau dan pela

enjemukan," desisnya, "Katakan kepa

Kuda Sempana. Ber

saat. "Kenapa anak i

en Arok m

Y

tu adalah ur

kegagalannya dan tentang kekalahannya. Namun wajah Ken Dedes tidak dapat dilupakannya.

h kawannya itu. Meskipun pada masa-masa yang lampau ia adalah seorang pem

risaukan oleh per

saja ia bangkit dan berteriak kepada kawannya yang masih duduk de

esaat ia memandangi wajah Kuda Sempana, dan kemudian bahk

Sempana, "bukankah aku sela

ak, sehingga pada waktu aku sampaikan kabar itu,

aku tidak mena

u kau benar-

"Mungkin aku agak mabuk. Tetapi aku sekarang sudah b

u belum mengatakan kepadaku ke mana besok akan berburu. Buka

Perburuan kali ini adalah perburuan yang pasti akan mengas

ngannya. Sekali ia berputar ke kiri, sekali ke kanan. Di kepalanya sedang tersusun sebuah cerit

dari Mahisa Agni misalnya. Kalau Akuwu mendengar dari aku lebih dahulu, maka aku kira S

r ceritaku. maka tak seorang pun akan dapat mencegah maksudku besok. Mahisa Agni tidak, dan seluruh penduduk Panawijen pun tidak. Besok aku akan melewati padukuhan itu, dan be

it dan berjalan mondar-mandir di dalam biliknya. Ketika ia melihat kawannya telah tidur nyenyak maka ia berkata, "Hem. Kau tidak tahu, bahwa besok aku akan memetik kembang yang

idak mendengarnya lagi. Kar

ia menarik selimutnya menutupi seluruh badannya. Dan sesaat

irinya, maka dengan tergesa-gesa ia masuk ke istana, mohon mengha

memberinya wibawa yang besar. Umurnya masih belum terlampau banyak. Tidak banyak terpaut dengan Kuda Sempana. Namun

kuwu segera mempersilakannya dan men

anya Akuwu Tu

berkata, "Seorang hamba, pe

?" bentak

an. Tetapi baik emban itu, maupun Kuda Sempana telah mengenal tabiatnya,

ar-debar juga. Apakah Akuwu akan mendengarkan

n itu menjawab. "Yang akan menghada

a?" ulang Tu

Sang

nyanjung dan meladeni keinginan-keinginan akuwu telah membuatnya seorang yang dipercaya. Karena itu, maka kali i

jawab, "Hamba

anak gi

ngsut keluar untuk memanggil Kuda

itu berbisik kepada Kuda Se

ar," sahut Kuda

sudah ka

memangg

aku menyampaikan permohonanmu kepada Akuwu.

erima kasih? Bukankah

. Dengan tergesa-gesa ia pergi ke belakang, meningga

gar suara Tunggul Amet

udian duduk bersila di hadapan Akuwu yang masih sibuk membersihkan busurnya, me

u itu bertanya, "Apa

am diri. Sehingga ia terkejut ketika Tunggu

ah sambil menjawab terbata-bata,

rtawa. Katanya, "Kenapa kau ge

," sahut Kuda Sempana, "

ya wajah Kuda Sempana yang pucat. Kemudian katanya,

ba itu. Karena itu maka jawabnya, "Ampun Akuwu. Hamba kemarin harus pulang ke kampung memenuhi p

kepadaku. Apakah kau sudah tahu,

a Tua

harus

mpana dengan suara gemetar, "

a dengan tajamnya. Sambil menggosok busurnya Akuwu itu be

kali ini hamba dipe

u, ke mana aku

a yang sangat senang pergi berburu. Apalagi kalau aku mendapat perintah untuk mengikuti Akuwu berburu. Sebenarnya k

ya Kemudian katanya, "Aku tidak tahu maks

. Kemudian katanya, "Hamba mempuny

abar. Keras-keras ia membentak "J

mbah. Jawabnya "Hamba belum tahu ke mana Sang Akuwu akan berburu. Ka

anginya kepala Kuda Sempana maka katanya perlahan-lahan, "Aku belum ta

ang Akuwu, ke manapun bagi hamba tidak ada keberatannya

ras, "Aku bertanya kepadamu, ke mana k

an sikap Akuwu itu. Maka jawabnya, "

a ke t

ke barat. Apalagi ke daerah hutan di sekitar, Talrampak dan padang rum

n sambil mengerutkan keningnya ia be

engarnya akuwu itu berkata "Jangan takut Kuda Sempana. Bukankah selama ini kita tidak pernah pergi b

sabutnya, "Itu persoalan hamba sendiri

nya keras-keras. Terdengar Akuwu itu membentak. "Kuda Sempana. Kau sangka aku tidak berhak

ab "Ya, ya, baiklah Tuanku Baiklah hamba katakan perso

ana sambil bergumam "Ingat, aku adalah Akuwu Tumapel

ahan ia berkata, "Sang Akuwu, cerita tentang diri hamba adalah suatu cerita ya

mbuat aku marah. Aku dapat menangkap kep

ormat hamba kepada Tuanku. Karena bakti hamba kepada Sang Akuwu, sehingga amatlah memalukan ba

k-anggukkan kepalanya ia berkata sareh, "Katakan, katakan

lam. Sekali ia menyembah ia berkata, "Ampu

idak Kuda

n kemarin hamba dipanggil oleh orang tua hamba pulang ke kampung halaman. Sebab

ncang. Dengan busurnya itu, dipukulnya kepala Kuda Sempana sambil berkata, "Itukah ya

Kau akan mendapat seorang istri. Begitu?" tetapi sebelum Kuda Sempana menjawab Tunggul Ametung itu membentaknya, "Hanya itu? He?

bepermaisuri. Apakah hamba akan kawin sebelum Sang Akuwu? Bukankah hamba

a memukul kepala Kuda Sempana dengan busurnya, "Kau anak ya

u boleh kawin sesukamu. Sekarang, besok atau kapan saja. Kau akan mendapat hadiah yang berharga d

Cerita hamba

rajuk supaya aku memberim

inya menyentuh tanah. "Tidak Tuan

lu

ri pandang wajah Sang Akuwu. Tetapi Kuda Sempana itu terkejut ketika

ut Kuda Sempana, "hamba ha

, "kalau kau sekali lagi berkata takut kepada

ana cepat-cepat, "akan hamba katak

memenuhi permintaan orang tua hamba itu, pulang ke kampung halaman hamba. Di rumah, orang tua hamba memberita

umapel itu menggeram, "S

wab Kuda Sempana,

desa itu? Apakah ia nanti akan dapat menyesuaikan dirinya dengan cara hidupmu? He? Kenapa kau tidak memilih gadis-gadis kota? Bukankah banyak gadis-gadis yang dapat kau ambil di T

a hamba. Namun orang tua hamba telah berbuat di luar tahu hamba. Karen

guk-anggukkan kepalanya. Katan

ari yang celaka bagi hamba. Hamba yang sebenarnya sama sekali tidak mengin

Ametung terk

ut mengata

ika tangan Tunggul Ametung tanpa disang

renanya Tetapi kemudian Akuwu itu berkata, "Tetapi, aku maafkan kali ini

pi ketika kemudian lehernya dilepask

aku menjadi gila mendengar ceritamu yan

ah hamba mengadukan nasib hamba kepada Tuanku,

keras sehingga seakan-akan dindi

arin, hamba pulang ke kampung. Hamba dibawa oleh orang tua hamba ke rumah gadis yang sudah dipertunangkan dengan hamba itu. Maksud orang tua hamba, ad

ggul Ametung tiba-tiba, "ke

mba bertanya kepada Sang Akuwu. Tetapi hamba hanya

ah Tunggu

ngingkarinya. Aku sudah tidak diterima l

enganggukkan kepalanya. Kem

a Tua

ambil gadis itu karena orang tuamu? Kalau demikian, maka peristiwa itu akan menguntungkan bagimu. Kau akan dapat mengambil seorang gadis lain. Gadis kota yang aka

ajahnya menjadi semakin, suram, dan d

a hamba kurang tampan atau karena hamba sudah terlalu tua, bukanlah soal bagi hamba. Tetapi orang t

ng itu pun terbelalak, "k

a Tua

Tetapi sebenarnya demikian. Kau memang hanya seorang abdi. Ternyata

emandang wajah Tunggul Ametung. Namun hanya sesaat, seb

empana. Supaya kau tidak menjadi sakit karenanya. Lupakan persoalan itu, s

yum. Senyum yang hanya sepintas melintas di bibirnya,

kan sakit hati seandainya orang tua Ken Dedes menolak ham

tiba-tiba kembali berteriak, "Kau

a, "Ampun Tuanku. Hamba tidak takut mengatak

takut lagi. Tetapi jangan ragu-ragu. Kalau kau rag

ang abdi di Kediri, misalnya, maka hamba tidak akan mengalami nasib yang jelek itu. Hamba tidak menyesal atas gadis itu, tetapi hamba menye

menyala. Dengan gemetar ia meloncat maju dan berjongkok di hadapan

, "Ampun Tuan. Hamba telah mengatakannya, bahwa orang tua itu mengan

He?" teriak Tunggu

Akuwu. Seorang pendet

Ametung itu pun berteriak keras-keras, "Ku

ut Kuda Sempana, "sebaikny

Panawijen. Akan aku

mengharap gadis itu. Biarlah gadis i

gul Ametung yang perkasa. Kau dengar? Gadis itu akan aku ambil. Akan aku hadiahk

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka