Apa Salahku Padamu, Bu?
hari sebelumnya, Mutia bekerja dengan sangat lincah. Dia memang se
menyadari jika dari kejauhan sana ada sepasan
iiii
iiii
iiii
ari tempatnya bekerja dan berjalan perlahan menuju ke kantin pabrik. Dia sudah membawa bekal dari rum
ya seorang laki-laki tinggi dengan rambut
silahkan,"
kamu Mutia kan, si anak
" jawab Mu
lit loh Mut." Andi berkata sambil terkiki
ana nih?" tan
ideres mas," j
baru tidak mau jika nanti dia akan menjadi bahan omongan orang-orang,
eh kan, Mut?" tanya Andi sambil tersenyum, kemudian dia pu
dimulai. Andi sering mengajak Mutia untuk makan bersama d
a, dia semakin akrab dengan Andi. Karena ternyata memang mereka satu b
ng bukanlah seorang gadis yang cantik, kulitnya juga tidak terlalu putih. Tapi An
am-diam selalu mendekati Mutia. 'Jangan sam
utia. Betapa bahagia nya dia. Dia bek
segede bola tenis itu loh di warunge kang Ujang, deket prapatan, tenaaang
Mas." Mutia ter
an aku mau ambil gaji di ATM dekat sit
lan yang terjadi di antara mereka berdua. Cahanya kemerahan mulai terlihat di langit
bisa membuka diri untuk berbagi cerita, setelah sekian lamanya semua luka itu ia pendam sendiri. Ia terus mengatakan ap
a karna materi yang selalu dianggapnya kurang. Dan bagaimana sakitnya perasaan Mutia saat setiap hari dia harus memin
itu terhadap darah dagingnya sendiri. Yang sabar ya, Mut. Kok aku jadi geregeten yo sama ibumu, kalau tak BOM n
kan tempat pelampiasan dari amarah ibu." Sekarang, Mutia sudah tak kuasa lagi untuk membendung tangisnya
unya Allah untuk mengadukan seluruh keluh kesahmu. Dan kamu masih punya aku yang dapat kamu jadikan se
🍁