Eleanor
anya tadi, membuat suasana hatinya terasa tak baik. Sungguh malas ia rasakan untuk menemani ma
esuatu terbersit di pikirannya, rasanya sudah lama ia tak mengecek keadaan apartemen yang saat ini ditempati oleh karyawan butik Mei. Wal
g juga jika tak berpenghuni. Untuk itu ia tawarkan pada Hendrik putra pertama Mei, tap
itu. Alva melihatnya seraya memakan makanannya yang ia pesan lewat jasa pesan antar. Terlalu malas jika ha
emperhatikan rekaman video pada layar laptop yang ada di depannya. Alva membu
si setiap apa yang wanita itu lakukan sampai pada video hari kemarin. Alva terbatuk ketika melihatnya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melingkar di tubuhnya dan membungkus
nuju kamarnya. Alva tak membuka video yang ada di kamar. Tak mungkin ia melihatnya kan. Bisa dibilang setelah 20 meni
selnya selalu tak jauh da
pendeknya dan tak langsung menggunakan pakaiannya di kamar mandi, padahal kamar mandi di apartemen Alva lumayan besar dan tak masalah ji
u saja. Apa dia tak memikirkan keselamatannya," ucap Alva
nya dirinya, Mei dan wanita itu karena Alva hany
ka Rosie sedang ada pekerjaan di luar kota. Alva Pun lebih sering curhat pada Mei tentang apapun itu dan bisa dibi
selnya ber
a
i pulang, jangan lupa u
ji dari jauh-jauh hari. Feli
jangan ca
sa ikut mama malam ini.
lv
n bertemu dengan keluarga Audy apalagi dengan Audy. Alva menangkup kepalanya. Janji dengan siapa? Ia t
*
hampiri Elena di mejanya, matanya memperhatik
nyum. Lalu ia kembali menyimpan beberapa al
mau bertemu. Tapi baru mau masuk butik ini, ponselnya
a. Nyonya Rosie pasti sangat sibuk. Mendengar mau ketem
Tak heran jika kita jarang bertemu dengannya," Elena mengangguk mendengar penje
mang keluar butik tepat jam 8 malam, karena butik sedang ramai dan a
*
itu ia tinggal di kota besar dan baru se
Elena berkecimpung disana. Ia sibuk kesana kemari. Seperti biasa setelah merilekskan tubuhnya dengan mandi air dingin ia bersantai di ruang
makan malam. Elena tak pandai memasak, jadi ia membeli bahan-bahan yang ada di kulkas pun untuk makanan yang sekiranya ia bisa memasaknya dan tak membu
u hal lain seperti mencuci, menyapu, mengepel kecuali memasak. Jadi, kalau soal bersih-bersih Elena sangat ah
a perutnya sebelum merebahkan diri di atas ranjang nyaman itu. Baru
lantai atas. Menghempaskan tubuhn
*
nya diberikan oleh dokter yang ia sengaja datangkan ke tempat ia bekerja kali ini yaitu sebuah
nya. Alva memang tak suka menggunakan sopir, ia lebih suka dan nyaman mengendar
a akan mengerjakannya tanpa lecet sedikitpun. Rosie dan Mei pun terus-menerus mengingatkan Alva beristirahat tapi karena Alva yang kera
ya ia segera membelokkan mobilnya dan memarkirkannya di basement. Menelu
atas ranjang king size yang berada di sana memakai kain yang hangat itu sampai batas dada. Tapi tetap saja hawanya sangat dingin, ia menggi
getaran dari arah belakang dan sesu
ketika ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Elena berbalik dan mendapatkan seseorang
ya dan kembali memeluk Elena. Mata Elena semakin terbebelak. Tubuh A
kini mengangkat tangan Alva yang menahannya agar tid
era mengambil air hangat dan han
ni yang sebenarnya, alias keponakan Nyonya Mei. Sungguh Elena kembali terbelalak. Selama ini, ia ingin bertemu dengan pemilik apartemen ini tapi selalu saja
gigil seperti tadi. Ia kembali mencelupkan handuk itu ke da
aik saja jika ia meninggalkan Alva seorang diri, dan juga tak mungkin dirinya tidur di samping alva. Elena pun bangkit
tidak, Alva memeluknya, menempelkan tubuhnya pada tubuh Elena. Wajah Elena yang berhadapan
pi
erganggu meminta Elena untu
h untuk tetap membuka matanya menunggu Alva benar-benar terlelap, untuk itu ia bisa melepaskan rengkuhan Alva. Tapi rasa kantuknya ini suli
*
iam. Memperhatikan setiap inci wajah cantik itu. Hmm sangat cantik dan juga menarik, gumamnya. Wanita yang menjadi rekannya pada pemotretan saat itu. Si model dadakan.
lupakan beberapa helai rambut panjangnya menutupi wajah bagian atasnya. Elena mengerjap, tak seharusnya ia terus-menerus memandangi wajah Alva. Ia pun mengangkat tangan Alva yang berada di at
at Alva. Mungkin dia masih ti
sayuran dan telur ayam. Tak ada daging di kulkas nya, jadi ia membuat sup han
saja ia tidak sedang memegang penggorengan atau pisau. Bisa-bisa itu membahayakannya. Ia membal
," jawab E
ya gak beli daging." Secara tidak
kalo gak enak bilang aja, biar
n Alva yang kini mengambil sendok
a Alva. Alva mengambil setengah sendok garam dan kembali mengadukannya pada sup. Ia kem
ena hanya diam memandangi Alva ya
nannya baik
a menyodorkan sendok yang be
lutnya. Sungguh Elena terkejut, tapi i
uan
mau makan sendiri." Elena P
ni adalah tuan," ucap Elena disela makannya. "Jadi, ter
dalam mulutnya. Dia hanya bergumam singk
keberatan saya bisa
cepat, dan itu mem
nya dan tolong jangan bicara formal sama gue santai a
lo b
jawab
n makannya. Setelah selesai makan dan merapikan semua alat makan dan mencucinya. Ia menghampiri Alva yang sedang m
t, ada obat di atas nak
h Alva pergi, ia memilih untuk pergi bekerja dengan membiarkan Alva
nin aku tinggal disini,"
tersenyum. Setelah itu Elena kembali
*
an barunya. Setelah ini ia bisa langsung pulang dan sebelumnya ia akan mamp
supermarket yang ta
a, apa
kamu apa kabar
ebih kangen ma.
berbelanja. Ia kembali menaiki taksi menuju apartemen, karena ji
akukan hal mudah yang akan terasa sulit jika kita tak biasakan tapi sekarang ketika tinggal sendiri hal itu tak bisa dihindari dan ternyata
nnya ketika membersihkan diri. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya, ia selalu lupa untuk membawa baju ganti ke kama
inkan ponselnya mengecek media sosial yang ia punya. Tenggorokan yang terasa kering membuat Elena bangkit berjalan m
*
ia sangat ingin datang kesana. Mungkin merindukan suasana yang sudah lama ia tinggalkan a
kan pergi nongkrong bersama teman-temannya. Sengaja mencari-cari kegiatan di luar agar tak pulang cepat. Tapi kal
ng berdiri di depan meja bar dengan tangan kanan memegang segelas air yang sedang ia minum dan tangan kirinya memegang ponsel. Dia hanya menggunaka
adar gue datang. Alva berjalan mendekat t
*