Pria Yang Disimpan
dumel Riska sembari memasukan potongan daging bakar ke mulutnya. Kunyahannya cepat sepert
Nadia masih berusaha untuk tidak terlalu menyudutkan ibu mertuanya di hadapa
owok satu-satunya. Tapi, untung deh, i
rtuamu. Jadi ya wajar aja kamu gak dituntut hamil. Lah, kalau aku ...." Nadia tidak
egitulah yang Riska nilai selama menjadi teman dekat Nadia. Selama ini, Nadia tidak punya keluhan yang berart
a bagian dari Nadia yang tidak sempurna. Tidak kunju
mu
t Nadia yang sibuk men
a dikel
utan di antara kedua mata. Itu pertanyaan mudah tapi tidak dim
Gak nyembur di dalam?" Sembari bertanya, Riska mengarahkan kedua bol
yang nyaman untuk dijawab biasa saja. Dari semua keluh kesahnya ke Riska, hanya ada satu
ab sambil lalu dan kemba
Riska yang mera
m menjawab, "Mas Robin kalau dah munc
sedang menyepakati k
a, berharap kebohong
si ibu. Biar jelas kenapa kamunya gak hamil-hamil. Biar gak dikir
benaran yang ingin disampaikannya ke Riska. Tapi dia menahan diri sekuat-kuatnya.
un. Mikirin apa l
Sedikitnya dia ragu untuk bertanya, t
tanya aja. Kaku amat," jaw
Alvin dan saat menikah,
ang bag
ir sendiri dengan pertanyaan yang mengandung
ng dialaminya hanyalah dirinya saja, ataukah memang per
i malu-malu gitu," goda Riska yang ke
alukan juga sih buat ditanyain.
a sapa aja. Mau
h tidak seramai saat Nadia masuk. Kemungkinannya karena jam makan sian
empel di pinggiran meja, pun hal sama dilakukan Risk
angat saat di
emundurkan tubuhnya. Dalam hati menggerutu k
bandingin urusan ranjang sebelum
alau temannya itu gelisah. Sebagai sahabat sejak masa kuliah, Riska sangat meng
Nadia. Sahabatnya itu sangat menjaga dirinya sendiri untuk suaminya kelak-yang kini adalah Robin. Da
lu kamu bohong kal
epat. Untung dia masih sadar situasi, hingga d
hawatir dengan pernyataannya. Dia takut kalau kemudian Riska ak
-nanya begitu?" tanya Ris
terus mengejarnya dengan pertanyaan yang sama, sampai sahabatnya itu dapat jawabanny
sudah melakukan hal itu dari sebelum menikah. Gak ada maksud lain. K
ya giman
aran," jawab singkat nadia. Dia berharap dengan beg
memahaminya dan
termasuk urusan ran
guk lemah. "B
di temp
ah...," jawab
tidak memuaskan." Riska menganalisa dengan santai. Dia tidak tahu
aulah. Yang je
mainan Mas Robi
sih. Gitu-
u aja, kalau buat kamu yang masih perawan, permaina
uali
pembandingnya," ucap Riska
i Nadia dengan
bercanda. Tapi, sebenarnya, kekusutan
u muak. Kayaknya aku butuh sen
r dengan kedua bola
ita menggila
*