Pria Yang Disimpan
jubah mandi, yang baru keluar dari kamar mandi, memandangi mendekati meja nakas di sisi kiri tempat tidur. Di sana,
onsel dengan kernyitan kening yang dalam. Dir
kasar meraih ponselnya. Dengan sikap tak acuh,
ta dengan setengah m
u main ke sana, ya," ucap N
idak jadi mengantuk lagi. Dia bangun
ertuju ke punggung lebar si pria, yang m
. Aku butuh bi
tang
rita. Sekarang ak
makan siang," tawar Riska. Wajahnya terlihat gusar saat si pria melepas
begitu. Aku ke
inya, menarik selimut sebanyak-banyaknya, membelitkannya ke tubu
u, agar tidak ada pembicaraan lebih lanjut. Dia per
g memeluk si pria dari belakang. Kepal
tanya Riska dengan s
ah," jawab s
ru-buru pulang." Tangan Riska bergerak nakal, meny
skan tangan Riska dari pusar perutnya. Dia kemudian l
.., berapa bayar kamu?" ta
turun dan juga menahan diri dari keinginannya menampar pria gagah di hadapannya i
bayaran. Aku bukan pe
ali kalau dia bingung sendiri. Seolah-olah di
kira ...," ucap si pria d
enggemaskan di mata Riska. Kemarahannya
seseorang. Apalagi, kalimatmu
ku haru
mata cokelat gelap si pria. Kedua tangan Riska terulur yang langsung memeluk pinggang si pria.
ak dan bibir yang sudah dibasahi. Selimutnya mulai melorot, Riska me
dak bisa. Aku
ya. Keningnya berkerut, terke
i dan Jakarta. Kamu juga pengusaha tambang. Gak ada ke
i pria bernama Arfan. Ketidakny
eritahukannya ke aku dan semal
mengajakku untuk satu table denganmu dan teman-temanmu. Ya sudahlah
n. "Simpan dulu nomermu." Riska menggoyang-goyang
ung hubungan setelah pe
g tadi ingin buru-buru pulang, sekarang menolak membagi nomer ponsel. Padahal, pria i
tmu, ayo kita lanjutkan lagi seka
njadi episode berlanjut di kemudian hari. Bagiku, sem
nya tempat pelepa
ya dengan sikap tak acuh. Mem
l
mang sangat terkejut, tapi bahkan kepalanya bergeming sedikit
jual tubuh! Aku tidak pernah
saku celana. Sikapnya masih adalah ketidakpedulian, kalaupun dia diam, itu
alar hangat di diri Riska. Keinginannya begit
baik bersama-sama," lanjut Riska. Jari telunjuknya yang lentik, bermain di dada Arfa
g ada di dekatku. Kamu mau dan aku mau. Kalau perm
dan kamu juga tidak perlu mengenaliku, atau bahkan menjadi bagian dari diriku, karena
apatkan tentang aku, yang jelas sekarang aku ha
epaskan pria itu, setelah semalaman dirinya menaruh harapan pada pria tersebut. Riska punya tujuan dan A
m Arfan menjangkau pintu, Riska sudah lebih dulu berdiri di depan p
melilitkan selimutnya dengan kasar di
u memaksamu." Arfan memb
un kamu berhasil membuka pintu, trus kemu keluar, maka aku akan iku
rfan benci itu. Tapi, dia tahu kalau Riska tidak main –ma
u, apa aku bebas sekarang
iska tersenyum lebar dan me
*