Perselingkuhan Gila Istriku
u bangkit untuk menurunkan celana dalamnya, Lidya kembali terkejut dan sedikit memberikan perlawanan kecil agar celana dalamnya tidak terlepas. Tenagaku le
a dengan sedikit paksaan sampai kembali terlentang, akupun membuka lebar pahanya dan menghujamkan batangku ini ke vaginanya ya
da perubahan gini, tapi kenapa kamu mau sama yang tititnya kecil Lidyaaaaa, sampe mau
it", Lidya mengerang, matanya tertutup rapat, kepalanya bergerak menggeleng ke
n istriku. Kali ini setiap gerakannya memang kulakukan sedikit lebih kasar daripada yang biasa
desahanpun sepertinya ia tahan dengan cara menggigit bibir bawahnya. Dari sudut matanya kulihat air mata y
mburu bibirnya lagi, aku menciumnya namun istriku menolak. Tapi lalu aku pegang kepalanya dengan paks
nya. Aku cabut batang kemaluanku, kemudian kubalikan tubuh istriku agar dia bermain di atas. Tapi ia begitu lemah tak berdaya hingga seperti tubuh yang ambr
an tanpa ada kerjasama akhirnya kudorong tubuhnya dengan kesal. Kini kuposisikan tubuhnya untuk menungging. Posisi ini
enopang tubuhnya di posisi itu. Ya benar... ini sepertinya karena keletihan yang luar biasa, bukan karena dia orgasme, a
an lagi tubuhnya ke posisi terlentang, air mata masih mengalir dari matanya bahkan dengan suara isakan kecil yangjotnya dengan perlahan. Akupun mulai membelai rambut istriku, mengecup keningnya, menghapus air m
a luluh lantak setelah melihat istri yang sangat kusayangi ini terlihat tak berdaya. Akupun mengecup lembut pipinya, dan beberapa de
ulihat istriku mengangguk lemah. Matanya kini kembali terpejam, sambil berusaha untuk tersenyum. S
ECK PLEC
g terdengar jelas di malam yang hening ini, berpadu dengan suara serangg
ahan halus Lidya sambil tangann
nyen...nengin..... Papah malam i
a sambil tersenyum, tanda tak
inta Lidya masih dengan suara lembut. Tangannya kini merayap
aang", kini aku sudah tak taha
g diiringi suara erangan, baik yang keluar dari mulutku juga istriku, kami melakukan secara bersamaan. Kali ini kita berdua tib
aal, jangan galak-galak aku takuuut", sambil mencubit manja pipiku. Sorot matanya sayu, aku lihat senyum yang indah kembali terpancar dari wajahnya yang can
uhnya. Melihat itu aku langsung melompat turun dan memegang pundak dan pinggangnya, aku tuntun jalannya perlahan, setelah langkah ketiga ia ber
u sepersekian detik. Seharusnya bisa kulihat, namun karena aku terlambat kini display sudah tertutup dan hanya menampilkan icon kecil WA di atas layar ponsel, menandakan ada pesan masuk belum terbaca. Ponsel kembali ke posisi lock screen. Aku melirik ke arah
elnya, begitupun Lidya di ponselku. Tak jarang juga kami membaca pesan chat yang masuk ditengah kami bermain game, tak ada yang disembunyikan, tak pernah ada rahasia diantara kita. Atau juga menjawab telepon yang masuk, karena ponsel kami memang te
rkanku dari lamunan. Lidya lalu berkata, "Pah, besok
kegilaan apalagi yang akan kau lakukan besok
da seminar dari kantor dis
sam