icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Neng Zulfa

Bab 5 Amin Paling Serius

Jumlah Kata:1563    |    Dirilis Pada: 27/11/2023

Zahra

aku tidak langsung kembali ke ndalem. Sengaja aku mengunju

ih berdiri di tempatnya. Fotoku bersama para penghuni kamar pun masih menempel berkat solasi di em

atan mandi bagi teman-teman satu kamar yang lain. Aku bersyukur lemari itu tidak dikeluarkan dari kamar ini dan malah dimanfaatkan seperti itu, aku jadi bisa mengena

akan cicak di langit-langit plafon, rintik hujan yang menjajaki teras saat angin bertiup kencang dan kadang terserak ke dala

tahun ini. Aku merindukan kamar ini. Merindukan masa-masaku di sini. Merindukan saat aku

en

asih menatap persegi dengan bingkai s

ubuhku. Tampak wajah pol

m boyong di masa awal jabatanku. Singkatnya gadis berkerudung coke

katanya santai, entah kenapa t

tatap kedua ma

pala. "Di kantor pondo

enuru

antri putri yang terlihat mulai sibuk dengan kegiatan pagi terlihat lebih manatap pen

narnya mereka sudah begitu selama aku mondok. Berkat sebutan 'Neng' yang secara tak langsung tersemat di namaku membuat ma

tidak dekat denganku atau ada di kelas bawah tingkatku dan para santri baru balas mengangguk dan tersenyum. Sedang para santri yang

ya, ternyata. Biasanya hanya lihat dari jauh saat jemaah

lum kalau dulu Neng Zulf

kalangan para santri. Selain canti

Neng Zulfa bisa diperistri Gus

ya mondok di sini? J

Zulfa sama Mbak Zinda dengar. Lebih baik

tahu ceritanya daripada s

ngka jika aku masih menjadi buah bibir di pondok putri. Terlebih yan

man para santri baru itu, yaitu ucapan seseorang y

dari mana, diam-diam aku mengamini 'serasi' itu. Berharap kata itu berarti utuh menjadi satu, bukan sekedar

angan yang memiliki tulisan 'SUCI' di punggungnya, aku dan Zinda menghentikan langkah kami di sebuah r

yang sebelumnya memintaku masuk lebih dulu se

gadis bermata sipit itu yang kini se

kotak kayu dari dalamnya. Mataku membola sempurna beberapa detik kemudian

en

ang temanku itu. Wajahku pasti lebih pucat sekarang menatap kedua manik

serak basahnya b

rah di tepiannya itu. Dia mengangkat kertas-kertas bertuliskan air mail di bagian bel

benar semua ini, Neng?" tanya Zinda m

ak bermaksud membohonginya karena respons

kertas-kertas itu dari lama. Siapa saja sekarang yang sudah

ap Zinda. Penasaran bagai

rasakan pelukan darinya. Membeku begitu Zinda mem

raikan kedua lengan dan tubuh Zinda.

mengembangkan

ya. Pikiranku sudah mengembara memikirkan hal-hal buruk yang bi

angannya ke atas pahaku sembari mencondongkan tubuhn

aku dengan berbagai pikiran

t-surat kepunyaanku yang berasal dari Gus Fatih sebelum menjadi suamiku

adi dan memasukkannya kembali ke dalam kotak. Ia menyodorkan kotak kayu itu ke arahku dengan se

saja." Zinda men

nya begitu terasa sesak mendengarnya

sebelah tangan Zinda. "Jangan katakan

"Iya, Neng." Gadis itu kemba

ja. Itu pun kalau kami sama-sama berbaris di shaf pertama. Kalau aku memang selalu di shaf nomor satu, pa

. Dia pasti selalu sibuk di kantor ini seperti aku dulu saat masih menjabat ketua. Apalagi yang kudengar dari Dewi, sampai saat ini belum ada yang mengisi posi

?" Suara Zinda membawaku

gerjapk

apa hari setelah Neng dipanggil ke ndalem dulu. Apalagi saat di pondok gempar oleh berita pertunangan Neng dengan Gus Fatih. Aku benar-benar kag

elama ini Neng Zulfa terlihat selalu cuwek masalah lamaran laki-laki yang ingin memperistri njenengan. Surprise saja Neng mau menikah di usia Neng yang sekarang, pada

aku. Tidak menyangka dia sebegitu perhatiannya padaku, padahal dia tidak sedekat

s Fatih mengatakan segalanya. Kalian saling mencintai ternyata." Zi

aku langsung mer

encintai

idak tahu ya

apa tahu husnuzannya menjelma doa must

tapa lemahnya aku. Kueratkan pelukanku saat air mataku mulai terasa mengaliri

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Pengantin Baru3 Bab 3 Soal Cucu4 Bab 4 Cuma Mimpi5 Bab 5 Amin Paling Serius6 Bab 6 Sepucuk Surat Cinta7 Bab 7 Memorabilia Wisuda8 Bab 8 Bulan Madu9 Bab 9 Mutiara Mesir10 Bab 10 Menghindar11 Bab 11 Gus Adhim12 Bab 12 Tangis Zulfa13 Bab 13 Menebas Jarak14 Bab 14 Kasih Sayang Adhim15 Bab 15 Jalan-jalan16 Bab 16 Bertemu Gadis Mesir17 Bab 17 Manuver Gus Fatih18 Bab 18 Perawatan Pengantin19 Bab 19 Merasa Sempurna20 Bab 20 Sisi Lain Gus Fatih21 Bab 21 Kebersamaan Manis22 Bab 22 Notifikasi HP Gus Fatih23 Bab 23 Pesan Rindu24 Bab 24 Bayangan25 Bab 25 Tentang Mas Adhim26 Bab 26 Hal-hal Ajaib Bersama Mas Adhim27 Bab 27 Kabar Mengejutkan28 Bab 28 Andil di Pesantren29 Bab 29 Kedatangan Neng Shofiya30 Bab 30 Gus Fatih vs Gus Aji31 Bab 31 Resah32 Bab 32 Deep Talk33 Bab 33 Diperlakukan Berbeda34 Bab 34 Pelengkap Cinta35 Bab 35 Suka Cita36 Bab 36 Shofiya dan Ketakutannya37 Bab 37 Mimpi Buruk38 Bab 38 Jebakan Shofiya39 Bab 39 Ngidam40 Bab 40 Tamu Istimewa41 Bab 41 Rumah Makan Wonosalam42 Bab 42 Lebih Dekat dengan Fakta43 Bab 43 Aneh44 Bab 44 Yang Seharusnya45 Bab 45 Langkah Besar Shofiya46 Bab 46 Gus Fatih, Gus Adhim, Gus Aji47 Bab 47 Percakapan Dua Saudara48 Bab 48 Peringatan Gus Adhim49 Bab 49 Cinta Pertama dan Anak Pertama50 Bab 50 Menyadari Sesuatu51 Bab 51 Pengakuan Cinta52 Bab 52 Badai Masa Lalu53 Bab 53 Sabrina dan Pernyataannya54 Bab 54 Luka Hati55 Bab 55 Hampir Kehilangan56 Bab 56 Duka57 Bab 57 Amarah Aji58 Bab 58 Buah Cinta59 Bab 59 Keluarga Ndalem Kediri60 Bab 60 Keputusan Zulfa61 Bab 61 Pergi62 Bab 62 Cinta Sabrina63 Bab 63 Hari-hari di Kediri64 Bab 64 Bertemu Kembali65 Bab 65 Konversasi Dua Hati66 Bab 66 Spesial: Wejangan Abah67 Bab 67 Epilog: Cinta Sejati68 Bab 68 Extra Chapter (1)69 Bab 69 Extra Chapter (2)70 Bab 70 Extra Chapter (3)71 Bab 71 Extra Chapter (4)72 Bab 72 Extra Chapter (5)73 Bab 73 Extra Chapter (6)74 Bab 74 Extra Chapter (7)