Terpikat Pesona Tuan Remington
kan di luar ruangan. Saat William mendorong pintu kaca berkusen cokelat tua hampir hitam, bel berbunyi. Mata William bergerak-gerak mencari wajah seseorang yang dikenalinya
ra memulai diskusi mengenai kerja sama dirinya dengan sang klien, tetapi sekretarisnya memberi saran u
buku menu, William akhirnya memutuskan untuk memesan focaccia. Pelayan datang tidak lama kemudian setelah Isa-sekret
klien menoleh pada sekretarisnya yang
am lalu tersenyum, meminta William melanjutkan pesanan. William
arikan napas. William memang menghindari makanan
"Tolong tambahkan lagi satu f
pelayan tersebut pergi, William mengambil berkas dari tas kantor yang dibawa oleh Isa. Dia membaca semua berkas dengan teliti
klien. "Jadi, bagaimana dengan kerja
sahut
ertepuk tangan sekali lalu memasang wajah b
pun mulai menjelaskan maksudnya dan apa saja yang dia butuhkan dari perusahaan William. Remi juga
lagi kami adalah perusahaan mode yang
"Tapi Anda berhasil menggaet tiga p
merendahkan diri yang langsung
l dalam mengurus perusahaan Anda hingga mencapai di titik ini dan bera
ang yang Remi kagumi benar-benar membawa pengaruh besar. Proposal bisnisnya diterima oleh Wi
i mengusap tengkuknya. "Saya benar-benar me
sibuk mencatat yang menurut mereka penting dari percakapan William dan R
kuran gigitan dan langsung memakannya. Pikirannya tiba-tiba melayang pada Sarah. Dalam hati William bertanya-tanya apa perempu
William katakan karena dirinya selama beberapa bulan terakhir sengaja menyibukkan diri dengan apa pun yang dapat dia lakukan. Be
gga, seakan hal yang dilakukannya adalah suatu pencapaian yang sulit untuk dicapai orang lain. Isa dan Thena yang mendengarnya hanya memut
sal yang dikirimkan oleh Remi, tetapi dia masih belum terlalu yakin. Begitu mendengar langsung rencana itu dari mulut Remi, hati William
ja sama dengan Anda," ucap Rem
ap kita bisa bekerja sama dengan baik ke depannya da
osong. Ada rasa hampa di hati William yang membuatnya menjadi gundah. Setelah setiap hari disibukkan oleh pekerjaan, William men
hatinya, membiarkan hatinya membawa dirinya ke suatu tempat, apa pun itu. Selama perjalanan William hanya ditemani oleh ocehan
malam setelah acara lelang. Tempat di mana perempuan itu berada, perempuan yang dibelinya. Tidak munafik, William merasa penasaran dengan kisah
elnya untuk mengakses semua fasilitas di hotel ini. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, William tak langsung masuk, d
ngah tertidur di sofa, seperti semalam. Bedanya adalah, kali ini tele