icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Suami 500 Juta

Bab 5 Bernegosiasi

Jumlah Kata:2769    |    Dirilis Pada: 02/11/2023

ya. Bukan hanya Narada yang menderita tapi Taro juga merasakan hal yang sama. Ia hanya mencoba kuat, padahal di usianya ia bisa saja tiba-tiba menangis atau menderita setiap hari karena kepergia

diberi kesempatan untuk terlibat dalam kebahagiaan kakaknya. Wajar, ket

a pipinya. Narada pun meneteskan air matanya, dia merasakan betapa Taro merasa tersakiti

us memberitahukan hal ini padamu. Taro bisa kan memaafkan kakak?Kakak janji, kakak tidak akan mengulanginya lagi. Kakak bersumpah, selama kakak masih hidup kakak tidak akan pernah meninggalkan kalian." Narada merengk

ayang sama kakak," ucap Taro masih berlinang air mata. Tanga

dan kakak karena ia adalah anak tunggal. Ia merasakan kasih sayang yang begitu besar antara mereka satu sa

menangis?Kenapa mereka berpelukan?" ta

kangen sama kak Nara. Sifana

kepalanya sambil tersenyum

nangis. Mereka saling mengusap air mata, s

Bibi Kafi sudah membuat makan siang untuk kita,"ajak Leri yang sudah beranjak dari tempatnya semula sambil menggendong Sifana. Ia sungguh

akhirnya mengikuti Leri menuju ke ruang mak

ua menu yang dia pesan sudah tersedia di atas meja. Bibi Kafi masi

uai dengan apa yang aku mau," ucap

iap bibi masak. Ini kan emang tugas bibi,"ujar bibi Kaf

iya aku nggak berterimakasih,"komentar Ler

gitu. Terserah Non Leri aja, bibi ke dapur d

a,

di ruang makan, mereka masih berdiri melihat menu yang b

di sana?"tanya Leri yang sedan

an sekarang?" komentar Narada sambil duduk di seb

pa sama Mama pulangnya cuma dua minggu sekali. Seneng banget aku ada kalian, berasa ramai rumah ini.

amu juga keluargaku sekarang."Narada mengambilkan piring untuk Taro dan un

-sama

irnya asik menyanta

*

n dari orang tuanya untuk mendandani Narada secantik dan seelegan mungkin, karena hari ini dia akan

iri jika ikatan dua keluarga ini begitu erat. Sampai-sampai anak mereka jadi begitu akrab. Kepergian orang tua Narada yang mendadak membua

uka, berbagai macam warna tersedia di sana, ini adalah sebagian koleksi yang Leri punya. Memilih warna yang senada dengan warna pakaian Narada yaitu Merah, kulit Narada cukup putih, postur tubuhnya pun cukup tinggi. Leri benar-benar memadukan warna di bagian mata dengan cantik. Gradasinya sangat halus bahkan saat berpindah untuk membentuk bagian alis, Leri memolesnya dengan mudah membingkai wajah Narada untuk melihat hasil karyanya. Ternyata semua sudah bagus, eyeliner dan bulu mata mulai di tambahka

ng tersebar di seluruh gaun, panjangnya menjuntai ke bawah, membentuk tubuh Narada yang begitu ideal. Tak dapat di p

dah siap dengan gaun yang san

gum, tersemat senyuman bahagia meli

tersenyum melihat ke arah Taro yang

a a

ersenyum sambil membayangkan ibunya

akak, Taro."komentar Narada sambil mengusap pelan ram

sudah bersiap membawa tas kecil bermanik-manik yang di pinjamkan Leri kepadanya. Leri tak akan membi

ia menunggumu di sana!Dia yang akan mendampingimu di Pesta. Tunjukkan kartu merah yang sudah ada di dalam tas untuk masuk ke kamarnya. Papa dan mamaku ak

uku, Ler. Aku berangkat!"jawaban Narada

di calon suaminya?Narada beberapa kali mulai menarik nafas panjang. Tentu saja, ini adalah sebuah pengorbanan. Ia akan menukar kehidupan asmaranya dengan uan

luar dari dalam mobil. Sepatu Narada melangkah keluar, ia mulai berdiri memberi anggukan kepada Pak Bilo, Narada me

itu, Narada langsung masuk ke

ng tak banyak orang bicara, Narada memilih berdiri di ujung ruangan di dalam lift untuk menunggu lif berhenti di lantai dua. Setelah lift berhenti di lantai

satu pengawal berpakaian putih abu-abu

erangkat, ia mengambil kartu berwarna

ngerti. Sila

ah menghela nafas panjang Narada mulai berjalan mencari si empunya kamar ini. Tak di sangka kamar itu masih begitu luas. Sepertinya, kamar ini bukan hanya berisi kamar tidur dan kamar mandi seperti kamar hotel pada umumnya, tapi hampir mirip seperti apartement karena saat masuk Narada menemui sebuah ruan

u dengan sopan santu

udah lama tidak bersanding dengan wanita. Semenjak istrinya meninggal sehari setela

ik menatap pemandangan malam di luar jendela supaya

as

masuk ke dalam ruangan. Narada sudah berada di dalam, ia kembali menutup pintu lalu berjalan sedikit mendekat. Kedua tangannya mulai berkeringat dan terasa di

ri, Tuan."Narada berdiri denga

ia itu berbalik bersamaan dengan Narada yang mengangkat kepalan

sejenak, keduanya sama-sa

lf

ar

a sangat mengerti betapa malunya Alfi saat itu. Tapi, Narada masih memegang teguh janjinya terhadap orang tuanya untuk tidak berpacaran selama kuliah waktu itu.

istri kontraknya. Ia memang malu saat itu, tapi ia tidak marah dengan Narada karena ia tahu dari Leri kalau Narada pernah berjanji kepada orang tuanya untuk ti

aku sebelumnya." Alfi mencoba menarik ulur benang yang ia buat sendiri supaya Narada beran

di hadapannya ini punya dendam terhadapnya karena penolakannya dua tahun yang lalu. Tapi, Narada berfikir ulang. Haruskah ia melepaskan kesempat

embayarku lima ratus juta sekarang juga!"ucap Narada y

ti Narada ingin menikah dengannya hanya demi uang. Tapi, Alfi berfikir lebih dalam. Benarkah

enikah kontrak. Aku ingin kamu me

kelepasan karena terkej

nikahan ini tidak hanya setahun. Pernikahan ini akan selamanya jika menjadi istri yang ses

menjadi istriku yang sesungguhnya. Aku aka

tu panjang, ia cukup berat

u menikah denganmu hanya demi uang?" Narada sangat memahami situasi ini, ia bukan gadis bodoh yang men

ng sesungguhnya," pikir Alfi masih tersenyum ma

ar sambil berdiri menatap Narada. "Kamu adalah wanita yang cerdas, kamu cantik, kam

a masih menunggu kemana arah

engenalmu Narada. Aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini, aku menunggu begitu lama untu

uasinya berbeda. Alfi menyandang status duda, ia pernah menikah dengan

ncintaiku?" Narada m

unjukkan kepadanya kali ini. Akankah Narada mundur atau justru m

wanita lain dan sekarang kamu bilang kamu masih mencintaiku?Apa aku bisa mempercayain

istis. Alfi cukup memahami Narada

papun, Narada. Jika saat itu kamu menerimaku menjadi pacarmu mungkin kamu sudah menjadi istriku. Aku menikah karena perjo

sanggah dari ucapannya. Mencintai itu adalah haknya, ia pun tidak bisa ber

stri yang mencintaimu dan bisa membahagiakanmu."Narada berharap dengan ucapannya kali ini, bi

an Alfi begitu teropsesi kepadanya. Seharusnya pria menyerah setelah di tolak tapi Alfi tidak. Narada kembali menghela nafas, sudah tidak ada cara lain. Wak

i ucapanmu. Ayo

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka