Suami 500 Juta
ya. Bukan hanya Narada yang menderita tapi Taro juga merasakan hal yang sama. Ia hanya mencoba kuat, padahal di usianya ia bisa saja tiba-tiba menangis atau menderita setiap hari karena kepergia
diberi kesempatan untuk terlibat dalam kebahagiaan kakaknya. Wajar, ket
a pipinya. Narada pun meneteskan air matanya, dia merasakan betapa Taro merasa tersakiti
us memberitahukan hal ini padamu. Taro bisa kan memaafkan kakak?Kakak janji, kakak tidak akan mengulanginya lagi. Kakak bersumpah, selama kakak masih hidup kakak tidak akan pernah meninggalkan kalian." Narada merengk
ayang sama kakak," ucap Taro masih berlinang air mata. Tanga
dan kakak karena ia adalah anak tunggal. Ia merasakan kasih sayang yang begitu besar antara mereka satu sa
menangis?Kenapa mereka berpelukan?" ta
kangen sama kak Nara. Sifana
kepalanya sambil tersenyum
nangis. Mereka saling mengusap air mata, s
Bibi Kafi sudah membuat makan siang untuk kita,"ajak Leri yang sudah beranjak dari tempatnya semula sambil menggendong Sifana. Ia sungguh
akhirnya mengikuti Leri menuju ke ruang mak
ua menu yang dia pesan sudah tersedia di atas meja. Bibi Kafi masi
uai dengan apa yang aku mau," ucap
iap bibi masak. Ini kan emang tugas bibi,"ujar bibi Kaf
iya aku nggak berterimakasih,"komentar Ler
gitu. Terserah Non Leri aja, bibi ke dapur d
a,
di ruang makan, mereka masih berdiri melihat menu yang b
di sana?"tanya Leri yang sedan
an sekarang?" komentar Narada sambil duduk di seb
pa sama Mama pulangnya cuma dua minggu sekali. Seneng banget aku ada kalian, berasa ramai rumah ini.
amu juga keluargaku sekarang."Narada mengambilkan piring untuk Taro dan un
-sama
irnya asik menyanta
*
n dari orang tuanya untuk mendandani Narada secantik dan seelegan mungkin, karena hari ini dia akan
iri jika ikatan dua keluarga ini begitu erat. Sampai-sampai anak mereka jadi begitu akrab. Kepergian orang tua Narada yang mendadak membua
uka, berbagai macam warna tersedia di sana, ini adalah sebagian koleksi yang Leri punya. Memilih warna yang senada dengan warna pakaian Narada yaitu Merah, kulit Narada cukup putih, postur tubuhnya pun cukup tinggi. Leri benar-benar memadukan warna di bagian mata dengan cantik. Gradasinya sangat halus bahkan saat berpindah untuk membentuk bagian alis, Leri memolesnya dengan mudah membingkai wajah Narada untuk melihat hasil karyanya. Ternyata semua sudah bagus, eyeliner dan bulu mata mulai di tambahka
ng tersebar di seluruh gaun, panjangnya menjuntai ke bawah, membentuk tubuh Narada yang begitu ideal. Tak dapat di p
dah siap dengan gaun yang san
gum, tersemat senyuman bahagia meli
tersenyum melihat ke arah Taro yang
a a
ersenyum sambil membayangkan ibunya
akak, Taro."komentar Narada sambil mengusap pelan ram
sudah bersiap membawa tas kecil bermanik-manik yang di pinjamkan Leri kepadanya. Leri tak akan membi
ia menunggumu di sana!Dia yang akan mendampingimu di Pesta. Tunjukkan kartu merah yang sudah ada di dalam tas untuk masuk ke kamarnya. Papa dan mamaku ak
uku, Ler. Aku berangkat!"jawaban Narada
di calon suaminya?Narada beberapa kali mulai menarik nafas panjang. Tentu saja, ini adalah sebuah pengorbanan. Ia akan menukar kehidupan asmaranya dengan uan
luar dari dalam mobil. Sepatu Narada melangkah keluar, ia mulai berdiri memberi anggukan kepada Pak Bilo, Narada me
itu, Narada langsung masuk ke
ng tak banyak orang bicara, Narada memilih berdiri di ujung ruangan di dalam lift untuk menunggu lif berhenti di lantai dua. Setelah lift berhenti di lantai
satu pengawal berpakaian putih abu-abu
erangkat, ia mengambil kartu berwarna
ngerti. Sila
ah menghela nafas panjang Narada mulai berjalan mencari si empunya kamar ini. Tak di sangka kamar itu masih begitu luas. Sepertinya, kamar ini bukan hanya berisi kamar tidur dan kamar mandi seperti kamar hotel pada umumnya, tapi hampir mirip seperti apartement karena saat masuk Narada menemui sebuah ruan
u dengan sopan santu
udah lama tidak bersanding dengan wanita. Semenjak istrinya meninggal sehari setela
ik menatap pemandangan malam di luar jendela supaya
as
masuk ke dalam ruangan. Narada sudah berada di dalam, ia kembali menutup pintu lalu berjalan sedikit mendekat. Kedua tangannya mulai berkeringat dan terasa di
ri, Tuan."Narada berdiri denga
ia itu berbalik bersamaan dengan Narada yang mengangkat kepalan
sejenak, keduanya sama-sa
lf
ar
a sangat mengerti betapa malunya Alfi saat itu. Tapi, Narada masih memegang teguh janjinya terhadap orang tuanya untuk tidak berpacaran selama kuliah waktu itu.
istri kontraknya. Ia memang malu saat itu, tapi ia tidak marah dengan Narada karena ia tahu dari Leri kalau Narada pernah berjanji kepada orang tuanya untuk ti
aku sebelumnya." Alfi mencoba menarik ulur benang yang ia buat sendiri supaya Narada beran
di hadapannya ini punya dendam terhadapnya karena penolakannya dua tahun yang lalu. Tapi, Narada berfikir ulang. Haruskah ia melepaskan kesempatembayarku lima ratus juta sekarang juga!"ucap Narada y
ti Narada ingin menikah dengannya hanya demi uang. Tapi, Alfi berfikir lebih dalam. Benarkah
enikah kontrak. Aku ingin kamu me
kelepasan karena terkej
nikahan ini tidak hanya setahun. Pernikahan ini akan selamanya jika menjadi istri yang ses
menjadi istriku yang sesungguhnya. Aku aka
tu panjang, ia cukup berat
u menikah denganmu hanya demi uang?" Narada sangat memahami situasi ini, ia bukan gadis bodoh yang men
ng sesungguhnya," pikir Alfi masih tersenyum ma
ar sambil berdiri menatap Narada. "Kamu adalah wanita yang cerdas, kamu cantik, kam
a masih menunggu kemana arah
engenalmu Narada. Aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini, aku menunggu begitu lama untu
uasinya berbeda. Alfi menyandang status duda, ia pernah menikah dengan
ncintaiku?" Narada m
unjukkan kepadanya kali ini. Akankah Narada mundur atau justru m
wanita lain dan sekarang kamu bilang kamu masih mencintaiku?Apa aku bisa mempercayain
istis. Alfi cukup memahami Narada
papun, Narada. Jika saat itu kamu menerimaku menjadi pacarmu mungkin kamu sudah menjadi istriku. Aku menikah karena perjo
sanggah dari ucapannya. Mencintai itu adalah haknya, ia pun tidak bisa ber
stri yang mencintaimu dan bisa membahagiakanmu."Narada berharap dengan ucapannya kali ini, bi
an Alfi begitu teropsesi kepadanya. Seharusnya pria menyerah setelah di tolak tapi Alfi tidak. Narada kembali menghela nafas, sudah tidak ada cara lain. Wak
i ucapanmu. Ayo