Jenderal Kau Tidak Tahu Malu!
Ucap seorang laki-laki berambut cok
semakin merasa ketakutan, kini ia tahu bahwa seseorang yan
oklat itu lagi pada sang jenderal, namun sang jenderal sama
olah ia sedang merencanakan sesuatu untuk menghukum Mireya. Melihat sang jenderal tersenyum
ia pun angkat bicara. "Karena kau telah melanggar peraturan, jadi kau harus di hukum," ucapnya den
n hukuman yang tidak berat baginya. "Apakah kau bisa menggunakan pistol?" ucap sang jendra
kan pistol mainan," tutur Mireya mencoba menjelaskan
ka Mireya yang tadi terus menundukkan kepalanya, kini tanpa sadar berani menatap pada sa
dia mencobanya?" ucap laki-laki berambut coklat pada sang Jenderal sambil melongo. Ia merasa t
Mireya dengan tegas."Kalau begitu gadis kecil ikuti aku!" perintah sang Jendral lagi pada Mireya, kemudian ia melangkah pe
embak, sang Jenderal pun menyur
enderal, aku akan mengambilnya," kata Jack, kemudian mengambil salah satu pistol bernama Glock
eya pun menerima pistol itu dengan menatapnya binar, meskipun pistol itu lumayan berat di genggamannya teta
yang biasa kau gunakan," ucap Jack berusaha menyemangati Mireya, ia sangat kasiha
mbak, pertama kau harus bisa mengenainya," ujar sang jenderal kemudian menunjukk
kan pelurunya," ucap sang Jenderal kemudian kembali menatap Mireya dengan te
lai," sahut Jack dengan mulai me
....2.....
R!!!
de
de
de
berdiri di sampingnya. Tetapi satu hal yang membuat Mireya bingung, kenapa raut wajah dari kedua l
rhasil membidik pada titik tengah ketika baru pertama kali mencoba," ujar sang Jenderal dengan
ngka gadis kecil ini memiliki kemampuan yang tinggi,
nya Mireya dengan mata polos
ngan pistol sungguhan?" selidik sang Jenderal pada Mireya
iba-tiba datang menghampiri mereka. Melihat kedatangan sang kakek,
itu, sehingga membuat Mireya merasa ketakutan dan menundukkan kepalanya. Ia kemba
Arnold pada sang kakek. Kemudian pria paruh baya itu menatap selidik
u?" tanya sang kakek dengan teg
ersama kakek dan nenekku," jawab Mireya yan
endengar perkataan sang kakek Jenderal, mata Mireya pun berbinar hingga tanpa
pohon apel, mungkin kakekku sedang menungguku
cil ini ke tempat yang dia arah
uan!" jawab Ja
ak militer. Mireya juga sangat senang karena sebentar
eral selalu memandangi kepergian mere
akan menjadi musuhmu suatu saat nanti," tegur sang kakek dengan tegas pada sang jenderal, Kemudian pria paruh baya itupun mela