Love Me Om
eolah-olah semuanya jauh dan kabur. Aku mencoba untuk mencari pegangan di meja, tetapi tanganku
aya berkata dengan nada khawatir. Aku merasakan tang
enjadi ekspresi aneh di wajahku yang memudar. "Aku b
"Kamu memang tidak pernah terlalu tahan deng
ami. Om Daniel, dengan raut wajah penuh keprihatinan, mengambil langkah mantap mendekatiku. A
u dengan penuh kelembutan.
merasa sedikit lebih baik. "Aku baik-bai
rasa lemas dan aku merasa dunia berputar lebih cepat. Tanpa peringatan, aku merasakan diriku j
angannya di pinggangku dengan cepat. Tubuhku bersentuhan dengan dada bidangnya, dan ak
, dan pandangan mata kami bertemu. Dia melihatku dengan perhatian yang dalam, seolah-
awa ke kamar saja,"
bawanya," sah
k saja dan bisa menopang diriku sendiri. Tapi aku tidak bisa berdiri
mpat yang lebih nyaman," k
ngin malam yang sejuk menyapu pipiku ketika kami melangkah keluar dari kerumunan
menari dengan bayangan cahaya lampu. Rasanya seperti dunia lain di sini, tempat
di akar-akar pohon yang muncul dari tanah, dan aku merasa sep
agi dengan suara penuh ketenangan, dan aku bisa merasakan tangannya yang erat
umamku de
atanya yang penuh pengertian menatap
*
nar. Sambil tersenyum lembut, dia berusaha menopang tubuhku yang terhuyung-huyung. Kegelapan dalam ruangan terasa meresap di sekelilingku, dan suara riuh re
a terdengar begitu hangat, seperti
, merasakan pipiku yang hangat.
imut. Aku melihat matanya yang penuh perhatian, dan hatiku berdetak lebih cepat. N
amku, tangan reflek
ngkap ekspresi terkeju
an ketidakpastian merayap di benakku, tetapi aku tahu ak
dia meraih tanganku yang masih terulur dan memandangku dengan tulus.
u yang aneh. Rasanya seakan ada semacam daya tarik yang tak bisa aku kendalikan, seperti sesuatu yang
t menempel ke dadaku. Aku merasa hatiku berdebar-debar dan dadaku terasa sesak.
berhenti. Aku merasakan bibirnya yang lembut dan hangat, dan semakin lam
n denyutan dalam dadaku, dan aku tahu bahwa aku tidak bisa mundur lagi. Aku merindukan sentuhan ini begitu
rasa yang mendalam dan penuh hasrat. Tangannya merayap naik ke punggungku dengan lembut, menarikku lebih dekat padan
e seluruh tubuhku. Dengan bibir masih saling bertaut, tangan kami saling menjelajahi, mengeksplorasi setiap l
engan hati-hati Om Daniel menyatukan tubuh kami. Kami pun terhanyut dalam keintiman, perasaan liar
sampai akhirnya mencapai puncak bersama-sama, dan dalam momen itu, waktu
ng melintas di dalam benakku. Aku merasakan tangannya yang hangat masih berada di punggungku,
isikku, masih merasa
ium bibirku sekali lagi sebel