Istri Idaman Tuan Ares
cengang dengan kondisinya. Bukan karena kamar i
rukuran sekitar setengah meter. Dan ada meja rias komplit dengan kaca bulat d
ti sebuah pintu di samping l
nya Ares saat pandangannya kembal
l ini. Kamar pembantu saja tidak seperti in
uka?" gumam Anggun. Dua kakinya
k mengeluarkan suara, Anggun menginti
eriak. Dari posisinya berdiri, Anggun mendapati ada sebuah pria berbadan tinggi tegap tengah meli
un berbalik. Bola matanya mencari sesuatu ya
gai saat satu tangannya sud
ngeras kuat-Anggun nyelonong masuk ke dala
r! Maling sialan!" Anggun terus
an mulai merasa kesakitan menc
berhasil meraih gagang sapu tersebu
alak saat wajah pria yang baru sa
gun dengan wajah kusut da
mpar sapu tersebut ke sembarang tempat,
ku, ha?" tanya Ares
f Tuan. Aku, aku tida
Ares. "Kau pik
nya terlihat saling memilin dengan geng, Ares menghela napas. "Ambilkan
n berjinjit lalu berge
la!" gerutu Ares saat Anggun
i kepang dua sih? Geli aku melihatnya."
kembali sambil memba
erebut gelas tersebut. "Ambilkan
an menarik kursi yang semul
ggun mempersila
angan ke arah luar jendela yang terbuka. Dari dalam sini,
kan pantat di tepian ranjang sambil melir
gguh kamarmu
un diimbuhi anggukan kepala. Padahal A
lebih luas?" Ares masih be
ir sesaat. Kedua kakin
an. Ada, tapi
kan Ares. Di mana-mana seperti itu yang Ares ketahui. Mengingat jika dirinya buka
tu Ares berdiri dan meletakkan ge
tahu, ada urusan apa Tuan data
ng menjulang tinggi hingga sejajar dengan wajah Anggun. Satu tang
ti bicara karena bibirnya
, Ares mengamati wajah Anggun mulai d
bola matanya menangkap bulu mata lenti
, tidak jele
yang bingung, terlihat sedang mengusa
tang?" tanya Ares sambil meli
pa lagi yang bisa Anggun lakukan
kita aka
rahang hingga bibirnya te
yang menangguk
perjodohan kemarin?" Ang
n menciut. "Aku setuju dengan perjodohan itu.
dalam hati. "Kesia
gun berdiri. Ragu-ragu, Anggun
. Tapi ... jangan harap aku mau tidur di tem
ngat tidak co
Dengan Ares? Apa ini bukan permainan? Anggun masih ingat betul s
Apa kau tidak mau?" jemari Ares sempat
n berkata sebuah kebohongan. "Jadi, ma
aja dia," sahut Ares deng
u, Tuan. Itu nama
au sudah punya kekasih, kenapa k
ria yang mengerikan, sepertinya Ares
endekatkan wajah la
an mata sambil melangkah
ah pintu. "Kau harusnya bersyukur karena aku bersedia men
intu dengan keras hingga membua
lagi!" teriak Ares da
*