icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

180 Hari Menuju Akad

Bab 3 Tiba-Tiba Bertunangan

Jumlah Kata:1383    |    Dirilis Pada: 20/09/2023

utku ingin berteriak tapi mulutku

ita pertanda setuju,

nolak, bahkan lidah ini terasa sangat kelu dan tidak

pihak telah setuju, kalau b

senyum indah yang tergambar di wajah mereka, tapi ti

i depan pintu, tapi lebih memilih diam, duduk di kursi

erbicara, Nak," ucap papa Gun

in sekali melihatmu menikah dan kami rasa Ustadz Fa

nginkan anak perempuannya berumah tangga

Ustadz Fahri," ucap mama

ah Mama

ari tempat dudukku, memasang wajah masam d

aku agar aku bisa melupakan kejadian hari ini, tapi semakin aku menutup mata semakin mata ini tidak ingin dipejamkan. Bahkan sampai satu minggu aku seperti mayat h

, jala

ari Arya tidak

ang terlihat mendung, seolah huja

telah menunjukkan pukul 16.00 Wib, waktu dimana

jal, hingga rasanya terlalu berat melangkahkan kaki kembali ke rumah. Tapi, mau tidak mau

an, aku kembali ke rumah de

a hari ini?' uca

elihat sudah banyak kendaraan berjejeran, terlihat juga famili

u sudah pul

arkirkan motorku dengan senyum sumringah

ial hari ini?" tanyaku

bahagia yang beliau bawa bersamanya. Sementara orang-orang tersenyu

stadz Fahri akan datang melamar mu se

elaki yang seminggu yang l

mastikan kalau lelaki yang akan menjadi tunangan

dalah lelaki yang baik dan t

seolah malaikat izrail datang untuk mencabut nyawaku. Seluruh tubuhku menggigil, mulai dari ujung rambut hingga ujung

arga calon tunanganmu akan

, wanita separuh baya itu memang sangat mengharapkan ku menikah, ja

tapi belum menikah, percuma punya banyak pacar tapi hanya dijadikan permainan bahkan sampai ditinggal nikah, bahkan yang parahnya mereka mengatakan kalau aku adalah wanita yang sangat pemilih dalam mencari pasangan. Ya, aku akui, aku memang memilih lelaki terbaik yang tidak hanya menjadi imamku di dunia, tetapi juga menjadi imamku di surga kelak. Rasanya sangat waja

tukan dan Tuhan belum menetapkan waktu terbaik untukku bertemu dengan jodohku. Bukan tidak ada yang melamar ku, tapi tetap saja hatiku belum terbuka dan bergetar untuk menerimanya. Pernah a

aman agama yang tinggi seperti Ustad

ku membuat kepalaku terasa tera

n sakit lagi, ingin juga aku berteriak dan memaki sangat keras, tapi aku bukanlah wanita

an ini. Ya, kali ini kedua orang tuaku kelewatan, bagaimana mung

Hidup yang kumiliki kini tidak lagi menjadi milikku, bahkan pend

mar, kemudian menghempaskan tubuhku di ra

ini sendirian, hingga kesedihan ini ku curahkan lewat buti

tu dimana jurang yang menjadi akhirnya. Jika aku melangkah maju maka keluargaku akan malu muka, j

dua orang tua dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua. Namun bagaimanapun aku berpikir, tetap saja aku tidak bisa menjalankan ibadah terpanjang dengan lelaki yang tidak kusukai. Bagaimana mung

an-Nya, karena segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia sudah diatur

t .

g bisa kulakukan adalah dengan merayu Tuhanku lewat jalur langit. Ya, jika manusia sudah tidak lagi bisa melakukan sesuatu, maka jalani dan pasrahkan saja kepada sang pencipta, karena jika memang apa yang terjadi dalam kehidupanku sekarang adalah ta

hanya keluarga dari kedua belah pihak saja yang datang untuk saling bertuka

lahan yang ku tanggung dalam sujudku, mengadu dan m

k keluarga tengah menentukan tan

kah?' batinku semakin teri

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka