Terjebak Skandal Playboy Tampan
aikumu
e
enti saat pintu utama ter
depannya yang terkesan lebih keren dari biasanya. Sialnya! Oran
uyarkan keterkejutan Laila.Sang empu kemb
u kenapa har
Rahman, lelaki berumur 30 lebih i
gucap salam dan menyalami tangan Rahman. Se
kebetulan te
uara Rahman terkesa
..." Bara menggantung ucapannya. Melirik Laila sekilas.
dalah, tampan. Ya, pemuda di depannya ini tampan sekaligus terpancar aura tegas. Namun ta
suk, Nak," papar Rahman membu
snya di kampus berada di sini. Termasuk Hafisah
ara," titah Rahman melalui
nya, namun dengan cepat Laila mendelik sinis
Pertanyaan Rahman mengundang banyak perhatian. Menatap Bara penuh tanda tan
palagi ditambah dengan paras yang tampan. Memb
maksud saya ke
Laila menyimpan minuman di depan pria itu. Me
tapnya tajam. Membuat sudut bibirny
an sedari tadi yang melihat gelaga
rcaya diri. "Saya bermaksud ke sini untuk menyampaika
suara hembusan nafas y
ra Shaka dan Bara. Bahkan tatapannya mengara
sebelum, "Maaf, saya tidak
saat Rahman mengatakan hal itu. Namun berbeda d
kan bahwa Abinya itu bisa menilik-nilik kepribadian seseorang. Menja
laknya?" jelas Bara setelah lama terdiam. Ia masih mena
Rahman membuat semua atensi menatapnya. "Saya tidak mungkin menjadikan keduanya s
dengan begitu intens. Rahman menatap mereka seakan ingin berkata 'tolon
a mengangguk. Sedangkan Hafisah menarik lengan Laila agar ikut menjauh
u tegas. Raut wajahnya kent
nya akan memberi kalian sebuah pertanyaan. Dan, pertanyaan itulah yang akan menentukan
eg De
wa aura semakin mencengkam diantara mereka. Benar-benar suasana yang me
berikan hanya satu.
i sebelum berkata, "Bagaimana bentuk keadilan Tuhan, ke
ar terdiam memikirkan jawaban ap
Laila dibalik pintu kamar yan
an ikut menguping diam-diam. Dan k
a takut? Kamu enggak perlu takut, Abi pasti akan tahu siapa yang lebih be
"Keduanya sama-sama tamp
yang menjawab pertanyaan itu dengan baik. Ya, dirinya takut menikah dengan Bara.
melihat dari jawaban itu sendiri, melainkan apa yang akan mereka lakukan dalamkeadilan." Laila melebarkan pupil mata
enar pasrah pada pilihan-Mu. Semoga Engkau memberi
Suara Rahman kembali terdengar set
gik
h sat
epannya ini menjawab dengan serempak. "Kau
a terlebih dahulu. Mendongak
ata akan bentuk keadilan Tuhan. Karena, di mana ki
etiap inci yang di
nanti kita dapatkan. Pun jika kita melakukan keburukan, maka keburukan itulah yang akan datang pada kita. Untuk itu, sebuah keadilan ada ketika ki
diri kita sendiri. Tapi, jika kita melihat akan penderitaan orang lain, apa kita perlu mempertanyaka
dalamnya. Dan dihari yang membuat kita sedih, selalu ada bahagi
awaban dari Bara. Kini tatap
liranmu,
etralkan detak jantun
entunya, hidup terkadang lulus dari ujian tersebut dan terkadang gagal hanya karena tidak sanggup. Dan keadilan Tuhan, didasari dari sebarapa yakin kita terhadap Tuhan kita. Lebih
Kedua pria ini benar-benar membu
nglah kembali untuk menentukan siapa yang lebih berhak s
ada di sampingnya. Ia menatap tajam sang law
ra. Entah itu senyum meremehka
kini saling bangga akan j
dirilah yang akan mem