Menikah-Paksaan
nampilan sangat rapi. Mungkin dia akan berangkat kerja, namun di panggil oleh t
sebentar saja," lagi-lagi tuan
t membalikkan badan dan dudu
ra sebentar," lirih Ibu Habib
ah Yusup yang menunduk, l
sudah putuskan kalian akan menikah secepatnya, karena Papa yakin niat baik tidak boleh di nanti-nan
ante Suly. Tanpa sedikitpun senyuman yang dia berikan,
ya Tuhan ... seandainya dia jodohku," b
Ikbal menatap put
rse
gala sesuatunya di sini, lokasinya pun di sini. Kalian tidak perlu menyiapkan apa p
ara hati Citra bergejolak tak menentu, ia
am, jangankan mengeluarkan suara. S
permisi dulu, sudah siang,"
ya gak baik membiarkan minuman dan makanan mubazir. S
di sini ngobrol sama saya. Kebetulan kalau suami dan putra saya bekerja
minumnya masing-masing, lalu me
u takut kesiangan." Yusuf meraih tangan orang tuanya bergantian dan menciumnya. Kemudian berlalu begitu
begitu saja. Bukan urusannya juga, tugasnya hanya menja
aaf ya, anak semata wayang saya memang seperti itu orang nya. Tida
apa," sahut tan
ya berangkat, kalian mengobrol lah dulu," tuan Ikbal be
itan dengan alasan meninggalkan ibu Fatma di rumah sendirian. Lag
is manis ramah dan sepertinya gadis baik. "Baiklah kalau kalian kekeh mau pulang, tapi besok-b
Allah." Citra t
termangu. Seingatnya tak pernah mendapatkan sentuhan h
h hati-h
aru kali ini ketemu gadis itu, dan langsung merasa sayang. "Semoga putraku akan dengan mudah menyayangi gadis itu," g
macam argumen dalam pikirannya. Suara riuh penum
k muda lagi namun sampai detik ini belum juga ditemui seseorang yan
lamunan Suly dan Citra. Kemudian mer
an senyuman. "Bagaimana, lancar
epan," sahut Suly sambil du
kamu?" bu Fatma bertanya, kali in
sekali tidak menyukai Citra, Nek." Citra
baru bertemu, nanti juga perc
ajahnya, yang dingin senyum pun t
mu, siapa yang gak mau sih menikah sama pria setampan dia pengusaha juga. Setidaknya kita bisa hidup s
a kalau Citra tidak diterima oleh yang nama
bertengkar lagi," cegah Bu F
tupun Citra segera mengambil
Nenek ingin melihat Citra menikah. Kan, Nek?" Citra s
tirahat, jangan banyak pikiran juga. Biar kami
?Citra dan Suly memboyong Bu Fatma k
gam tangan Ibunya seraya berkata. "Bu saya pergi dulu y
neknya ngemil. "Citra juga, harus pergi untuk pengunduran d
, jangan khawatirkan Nenek Citra," sahut
sam