MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR
ngan suasana hati Salma, pagi ini ia masih resah dan gundah. Biasanya ia berangkat ke kantor den
an, berkacak pinggang seraya menggigit-gigit bibir bawahnya, lalu berj
rlebih lagi pada seorang Dhafa Akramul Dzauri yang tak punya secuilpun kesalahan kepadanya. Kini, Dhafa telah pu
our and Travel' milik orang tua Dhafa. Jika Dhafa masih menyimpan dendam padanya maka sudah pasti nanti ia
kerjaan dan tempat kerja yang cocok bagi gadis berpakaian syar
teman-temannya. Itulah yang membuat Salma mulai membuli dan mengerjai Dhafa. Ia tak akan berhenti sampai mendapatkan semua jawaban soal yang diinginkannya dan pada
nya Salma lirih. Suaranya dibuat seimut mungkin disertai sedikit desahan, tepat dibel
Hembusan nafas Salma di telinganya terasa seperti merontokkan seluruh kekuatan otot dan persendiannya, hingga ia menjadi begitu lemah. Di bibir Dhafa se
posisi mereka semakin dekat. Dhafa kian menegang tak berkutik, ''Bisakah kamu tidak memperlakukan saya seperti ini setiap hari? Kenapa ada cewe
umumkan sekarang juga di kelas ini bahwa kita sudah jadian, kamu yang nembak aku ya
nya dengan segera. Bagaimana ia mampu bertahan..., jantungnya terasa meledak s
bergetar, bahkan garis nadi pada leher Dhafa yang menegang, seb
rhembus menyapu telinga Dhafa, memberikan sensasi aneh yang tak pernah Dhafa alami sebe
an dahsyat yang tercipta setiap kali gadis bengal ini mendekatinya. Salma tersenyum penuh kemena
adek bayi lucu, mmuah!" Itu hanya ucapan bibirnya saja. Ia sama sekali tak menyentuh pipi Dhafa.
. Itu adalah bagian paling buruk dari semua yang pernah ia lakuka
ngan. Ia meraih kembali ponsel yang tadi sempat dihempaskannya. Membuka dan membaca ulang pesan-pesan yang masuk di Grup Al
t ucapannya sendiri. Begitulah, meskipun ia sudah mantap untuk berhijrah dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya d
ia setiap hari mempermalukan Dhafa dengan semena-mena di depan kelas, hatinya begitu bebas tanpa rasa bersa
nya pikiranmu saja.' pekiknya dalam hati untuk menyamankan diri. 'Ah, tak mungkin juga si Dhafa langsung men
lbab besar) warna hijau pupus nan lembut dan cantik, tak ketinggalan secarik kain kecil dengan warna sena
a yang kharismatik dan mempesona. "Papa, Kak Firman, aku berangkat kerja," pamitnya sembari mencium tangan ke
um,'' tutup Sal
ussalam war
Papa dan kakaknya tersenyum haru memandangi kepergian
dan istiqomah. Papa sangat bahagia sekali dengan perubahan
gat bagaimana bandelnya dia dahulu. Oya Pa, sepertinya sudah saatnya Sal
baik-baik untuk adikmu. Papa
. Aku sudah ada ka
rsa