icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kisah Cinta di Batukarut

Bab 3 Sekilas Gadis Yang Lewat

Jumlah Kata:3140    |    Dirilis Pada: 22/07/2023

itu sudah aku sampaikan kepada Pak Ading. Mulanya dia keberatan, nam

Belu menghampiriku ketika

aku senang di sini, tapi Dadun, ema, dan bapaknya berharap aku

ihatkan kaset Rhoma Irama baru judulnya Piano, Aranse

ini." Belu hanya manggut-manggut, ada rasa kecewa terlihat di wajahnya. Dan kulihat pula beberapa adik-adik

urut mereka, Dadun sudah tidak karuan hidupnya semenjak bercerai dengan istrinya. Bekerja malas, dan sholat pun malas. Teta

ri Pak Ajat, jika sewaktu-waktu datang dan meminta uang. Ternyata Pak Ajat malah tidak pernah datang. Namun

kum." Aku men

ngan sumringah.."Lihar... oh... silakan masuk." Ia menyambutku dengan ramah. Ak

ang membawakannya. "Apa kabar, Lihar? Mau ngasih bonus ya?" Mendengar perkataannya itu, aku merasa darahku mendidih, tapi aku menguatkan hati untuk dapat me

ra kucegah. "Tunggu dulu, Pak Ajat..aku belum selesai ngomong!" Kataku agak

angkitkan kemarahanku, "Lho.. yang pertama kali aku di sini, terus di rumah Pak Ading, terus di Warung Kiara..!" Nada suaraku mulai naik. Pak Ajat menggeleng-gelengkan

gan kata pinjam... itu berarti hutang!" Aku m

Kamu nggak ngerti apa-ap

s. "Pokoknya urusan hutang harus dikembalikan sekarang! Kalau memang itu hak Pak Ajat, silakan bicara nanti sama Pak Yatna. Minta sana haknya, jangan sama aku!" Dan dengan berani aku membentaknya dengan sikap berdiri menantang. Melihat sikapku yang tak dia duga itu, membuat Pak Ajat menjadi ciut nyalinya. Apalagi tatkala aku dengan kemarahan yan

lah dulu." Melihat perubahan wajah Pak Ajat, emosiku sedikit reda. "Bai

r." Pak Aja

ekarang." Kataku k

ramah kembali, tetapi kulihat tangannya agak gemetar. Dan sebetulnya aku ju

hutangku?" Tanya Pak Ajat

a ia kembali lagi. "Lihar, maaf.. uang aku sekarang cuma ada 45.000 perak." Kupanda

" tanya

iri. "Baiklah, Pak Ajat, kuterima uang ini.. Tapi kutunggu sisanya." Pak Ajat mengangguk,

dia, kita harus berani dan tegas." Aku pun tertawa, "Ha ha ha.. sebenarnya aku takut juga Ma

aget, Lih... air putih yan

jika Pak Yatna datang nggak akan ada masalah lagi." Dan betul ketika pada hari minggu Pak Yatna datang, permasalahan tidak ad

kejut. Rupanya terlebih dulu, Pak Ajat sudah menemui Pak Yatna. "Maksud Pak Yatna, tentang hutang-huta

Yatna malah ta

ngguk, "Pak Ajat

ang yang sudah jadi haknya." Kata

an Pak Ajat, itu urusan Bapak. Jadi aku menganggapnya u

hal dia itu sudah menerima uang dariku, kok masih minta sama kamu. Waduuh... Bap

adi geli, dan tertawa. "Padahal uang

saikan sendiri dengan Pak Ajat. Jadi untuk berikutnya, apab

juga udah niat b

luar perusahaan ini." Kata Pak Yatna dengan pa

gan kekurangan hutan

atna ke rumah dia. Tentunya hal-hal Pak Ajat yang berurusan denganku akan dibereskan. Dan pada waktu yang sama, aku iseng-iseng berjalan melihat-lihat penggalian yang kini sepi.

jalan itu kulihat ada seorang gadis lewat bersama dengan seorang anak perempuan. Gadis itu cantik sekali, kulitnya putih bersih. Ia berjalan dengan berselendangkan kain, sementara rok yang dipakainya hanya sebatas lutut. Sedangkan perempuan kecil yang di sampingnya memakai rok seragam sekolah SD. Aku melihat gadis itu tersenyum, tetapi wajahnya m

Sementara di sudut yang berbeda, Pak Ading sedang ngobrol dengan menantunya, su

Aku berkata dengan perasaan lega, setelah Pak Yatna

Yunus tidak bekerja lagi di sini." Pak

ku dengan perasaan heran. Bukankah ke

a menawarkan rokoknya, aku mengambil sebatang. Lalu Pak Yatna menyulut api untuk rokokku. "

besok Pak Nana, adik dari Pak Sunadi

nggantikan Pak Yu

sini. Karena kalau aku mencari orang Sawangan lagi, nanti nasibnya sama seperti Pak Yunus." Kata Pak Yatna, menurutnya Pak Yunus yang bekerja di sini setiap hari harus pulang pergi dari Cipetir ke Sawangan. Sementara mobil Datsunnya ditinggal di sini, dia PP dengan menggunakan ken

anggupi, "Nanti akan kutanyakan

senin sudah dapat, Lih." Ka

saudaranya, kami tiba di Cibogo, tepatnya ke rumah Pak Mamat, kenalan Dadun. Di sana kami disambut oleh istri Pak Mamat. "Silakan masuk, Mang Dadun... mangga

apa, dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Dadun mengenalkan

menyebutkan n

a dengan ramah. "Hm, kiranya ada p

Jawab Dadun sambil menunjuk kepadaku. Merasa ditunjuk aku

s yang di Batukarut it

ak Mamat.

" Belum sempat Pak Mamat meneruskan omongannya, aku memotong, "Pak Yatna, orang Sawangan, sedangkan Pak Ajat cuma pe

nya sudah dipercayakan kepada Lih..."

ya betul!

da yang nganggur." Lalu ia berteriak memanggil, menengok ke belakang, "Marni

Pak Sumpena." Katanya kepada istrinya. Dan setelah mel

a Pak Mamat kepada Dadun. Ditanya demikian Dad

Pak Ajat, kalau lagi diperluka

ya?" Dadun lan

." Pak Mama

dia bekerja de

ak Ajat perlu aja." Kata Pak Mamat meyakinkan Dadun, "Adapun

dibicarakan muncul. Dia masuk dengan perawakannya yang gemuk, gendut, d

rsalaman. Rupanya dia masih ingat kepada kami pada saat bersama-sama p

an Dadun sere

t, lalu dia berkata kepada Om Joni, "Begini Joni... Si Lih ini lagi mencari supir, bua

menebak demikian, kami mengangguk mengiyakan. Kemudia

enti, Om Joni." Katak

siap." Om Joni langsung

sangat gembira, "Kira-kira

siap aja." Kata Om

esok?" aku mena

hut Om Jon

a memang berbeda dengan mobil Datsun milik Pak Yatna, yang berwarna biru pucat. Maka dengan adanya dua buah mobil itu, penarikan barang menjadi lebih cepat. Dengan begitu pekerja penggali pun kami tambah, kali ini ditambah dua orang lagi Pak Mitra dan Pak Dulah, orang as

s nambah orang lagi

ng, dia minta kerja di sini, bisa nggak?" Aku memperhatikan Pak Ad

knya sedang istirahat sementara, maka dari itu sebelum dia bekerja di pabrik batako lagi, boleh kan dia bek

Pak ading me

arik teras dari gunung. Kebetulan Belu sudah menguasai beberapa perusahaan penggalian, maka dengan mudah ia mendapatkan langganan. Setiap hari Belu sanggup menyediakan teras 12 rit untuk pabrik milik Pak H. Karta. Sebetulnya 11 rit, tetapi Belu mengkorupsinya setiap hari sebanyak satu rit, yang uangnya masuk kantong pribadi. Sebetulny

atau teman biasanya Belu." Pak Ading menjawa

ng, besok Mang Jaka sur

Untuk teras di lokasi satu, gundukan teras yang sudah terkumpul langsung bisa dijangkau oleh mobil, sedangkan untuk teras di lokasi kedua tidak terjangkau mobil. Dengan begitu teras di

nghampiriku. Ketiga anak kecil itu memang sering kujumpai, yang biasanya jika kusapa mereka akan segera berlari

am." Kata seorang anak pe

rkejut, "Salam dari

ta anak perempuan itu cer

ngernyitkan alis, karena aku sama sekali belum pe

tu. Dan aku langsung terbayang pada seorang wanita cantik berselendangkan kain. "Oh.. iya-iya...Abang ingat... dia namany

.." Kata anak perempuan i

anyaku kepada anak pere

dua orang temannya yang lebih kecil. "Ini Mena, yang itu Tinah." Kata Ati menyebutkan nama teman-t

ng buat Teh Yeti yah..." Kataku. Mereka mengan

gan memakai seragam sekolah, dia nampak kanak- kanak sekali. Yang membuatnya aku tidak lupa tentu saja senyum manisnya itu. Walau matanya tidak tertuju padaku, tetapi aku yakin senyum itu buatku. Kadang-kadang aku menyapanya, kadang-kadang tidak. Karena sebelumnya Yeti kuanggap biasa saja, seorang gadis kecil yang biasa lewat, seperti gadis-gadis lain. Kenapa kubilang kecil? Karena sera

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka