icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kisah Cinta di Batukarut

Bab 2 Sesuatu Yang Aneh

Jumlah Kata:2182    |    Dirilis Pada: 21/07/2023

zan dari musola yang berada di pengkolan Kampung Cinangka. Beberapa ibu-ibu dan anak-anak gadis bergegas ke mata air. Sebuah pekerjaan rutinitas mereka di p

in itu, yang kulakukan hanya sekadar cuci muka dan ber

ur rapi, ia berusaha memakai bahasa Indonesia, meskipun logat sundanya terdengar sangat kental sekali. Pada kali pertama malam, Belu mengajak aku jalan-jalan ke kampung Cibogo, di sebelah utara. Ia menawarkan ak

ng disukai." Begitu ia berkata s

dah kenyang." Sahutku sa

Belu menunjuk rokok yang

dian berbicara dengan teman-temannya yang kebetulan hadir di sana. Tentu saja mereka menggunakan bahasa

.." Dua orang temannya pamit, "Nuhun atas trak

m ramah kepada mereka. Setelah mereka jauh, kutanyakan kepada Belu mau ke mana

eng, "Aku belum punya pacar, Lih." Katanya dengan serius, "Aku belum berani." Lalu Belu meneguk kopinya yang

n Salak Sukabumi. Maka tepatnya kini di titik pertengahan dua daerah itu aku berada. Hawa dingin yang menyelusup ke tubuhku mengharuskan aku mengenakan jaket tebal. Mungkin untuk penduduk asli di sini sudah terbiasa

saat itu aku sedang melamun sambil menikmati alam di kaki pegunungan.

orang Bogor ya

, memang Sawangan itu bagian dari kabupaten Bogor, sebelum nantinya akan menjadi bagi

Sama-sama jomblo...." Aku tertawa, lalu

kalau kamu kan sudah pernah punya." Kat

ulukannya sama, Jo

ti ada yang difikirkan, "Di sini banyak cewek

anak muda di

tu kami berdua tertawa, tanpa disangka, Mang Japra yang punya warung ikut-ikutan tertawa. Akhirnya menjelang larut malam, kami permisi pulang kepada pemilik warung. Di rumah kami langsung tidur. Dan kami tidur dalam

u. Selesai sholat Subuh berjamaah, aku kembali ke rumah pak Ading, Kuliha

Lihar?' Sap

Bu.."

anakan sholat Subuh. Kata Ibu Belu, kalau bapaknya sudah bangun dan pergi ke mata air. Ibu Belu memang setiap berbicar

pa potong gorengan. Sebab waktu pertama kali aku di sini. Ibu Belu hanya menyiapkan sarapan pagi dengan secangkir kopi dan sepotong pisang goreng. Akibatnya pada jam 10 siang tubuhku menggigil, dan keringat dingin mengucur.

menghampiriku. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk saja

-apa, hm, biar aku sendiri nanti yang cari o

lan?" Tanya D

pun memesannya dan makan. Setelah makan, baru aku mengerti, ternyata aku kelantih, tidak sarapan pagi. Maka sejak kejadian itu, pada hari kedua setel

anti bila kurasa lapar, aku akan segera berlari ke warung. Di tempat penggalian, kulihat pak Ading sudah mulai b

." Aku menawarkan rokok kepada mereka. Mendengar tawaranku Ubed

Lalu melemparkannya pada teman-temannya. Kalau Pak Ading

a aku harus ikut ke pabrik. Di sana aku harus bertemu dengan bos yang punya pabrik, Pak H. Karta. Untuk pembayarannya nanti dilakukan pada jam te

Aku hanya teliti pada jumlah penarikan agar jangan sampai keliru. Kadang aku menyarankan tanah mana dulu yang harus didahulukan. Mereka semua patuh da

haan ini. Tetapi menurut Pak Yatna, urusannya sudah cukup kepada Pak Yatna saja. Jadi dia sudah tidak berperan sebagai pimpinan pengelola. Kurasa Pak Ajat tidak terima dengan keputusan Pak Yatna tersebut. Maka dari itu dia sering bo

i rumah pak Ading, dat

.." Sa

api tawaranku disambutnya dengan mengambil piring di belakang. Pak Adin

i. Aku menatapnya, "Oh ya? Ada apa ya?" Mendengar pertanyaanku, Pak A

ra Cibadak." Kata Pak Ajat selanjutnya,

keperluan apa, Pak

untuk kemajuan perusahaan k

da Pak Ading agar aku mau ikut. Kulihat pak

, Insha Allah

ai bekerja, aku minta

guru spiritualnya." Kata Dadun dengan logat sundanya yang kental. Sebetulnya

.?" Aku bertanya-tanya dengan heran. Dan Dadun cuma term

kalau Mang Dadun ikut aja bersam

boleh, Lih?"

Kataku dengan serius. Lalu tanpa b

li bergurau dengan lucu. Dengan banyolan tersebut tidak terasa kami sudah tiba di Warung Kiara. Di sana kami disambut oleh orang paruh baya, kemudian di dalam telah menunggu seorang ajengan yang memakai sorban, tetapi tid

." Aku mengangguk membenarkan perkataan Dadun. "Bener, Om..." Sahutku. Aku mengikuti Dadun dengan memanggil Johan dengan panggilan Om. Lalu kuteran

m. Sebelum masuk aku minta pendapat Dadun,

ruangan Kyai Surya. Kulihat Pak Ajat memberi isyarat agar aku mencium tangan sang

Surya memberikan aku segelas air putih. Tapi aku menol

r itu. Pak Ajat tersenyum puas. Dan beberapa waktu kemudian kami sudah berada di ruang depan. Di sana Kyai Surya tu

atu. Namun saat ini anaknya diasuh oleh keluarga mantan istrinya. Maka dari itu, Dadun tinggal di rumah bersama orang tuanya. Dadun m

s ingin menguasai Lih."

sampai begitu ya...

rasa nggak? Atau dia

.iya... dia tadi minta uang dan aku kas

nggeleng-gelengkan kepala. "Ha? Bisa jadi, Mang Dadun...gawat," Aku baru menyadari, "Padahal uang yang dulu j

us berbicara, kurasa perkataan Dadun benar, aku harus menagihnya. Ketika Dadun membalas tata

waktu aku diberi air putih. Aneh? Masa hanya dengan air putih, Pak Ajat bisa mempengaruhiku. Aku istigfar beberapa kali dalam hati. Pada saat Dadun tertidur, aku mengerj

ir A

28 Novem

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka