SEBUAH PENGAKUAN
a di mana aku masih menunggu kehadiran Patricia yang masih melayani pelanggan pentingnya. Dengan membawa secangkir kopi yang ar
ingan kemudian menjulurkan tangannya padaku, "perk
ngan halus itu, menggen
donesia," jawabku turu
elebarkan senyumnya, menyajikan s
ry, bukankah itu juga
dengan sebuah
ma?" tanya Molly yang membuatku harus merasakan kerikuh
ng bernama Patricia. Sebelumnya aku hanya tahu tentang seseorang yang bernama Prasetyo lewat cerita-cerita
menunjukkan k
aku kerjakan." Setelah itu wanita bertubuh ramping itu bergerak gesit keluar dari ru
rnya sosok yang kunanti muncul di ambang pintu dengan menghadirkan senyumnya yang terlalu anggun, membuatk
k itu lalu duduk dengan begitu elegannya di sofa yang juga aku duduki. Selanjutnya ia kembali mengulas senyu
u meluangkan waktum
ri meletakkan cangkir kopi
mengusikmu," jawabku sedikit dingi
harusnya aku membiarkanmu, padahal kamu sudah menanti terlalu
sambil bersandar pada sofa empuk berlapis oscar dan menatap tajam pada sosok cantik yang gurat wa
i. Tapi sebelum kamu menghakimiku, kumohon berilah aku kesem
anku masih tajam mengar
an melakukan pembelaan atas kesalaha
Ada sengatan keterkejutan dari wajah
endengarnya. Terserah penilaianmu bahwa apa yang s
u sembari memusatka
ng lakukan dan putuskan selalu s
uk menjadi seperti ini
ku lurus dan kemba
ikian yakin hingga membuatku terperangah sampai mengangkat
asku sengit namun Patricia menanggapiku dengan sangat tenang sementara tatapannya mu
ab doa-doa kami. Kami sangat bahagia saat mendapatkan kamu walau ketika itu kami masih menjalani kehidupan yang berat. K
ang sedatar mungkin. Kisah tentang kemiskinan keluarga kami sudah terlampau sering ak
menghasilkan uang. Aku pernah menjadi kuli panggul di pasar, menarik becak juga berjualan mainan keliling dari satu sekolah dasar ke sekolah dasar y
yangkan bagaimana sosoknya dulu, ketika melakukan semua pekerjaan kasar, sementara keadaannya yang sekarang terlampau anggun untu
ku memperjuangkan nasib kami. Semula aku dan ibumu masih sangat yakin bahwa segalanya akan bisa kami atasi tapi keadaan menjadi bertambah berat ketika kamu jatuh sakit. Kami seperti menemui jalan buntu saat dokter meminta kami menyediakan sejumlah uang untuk biaya operasimu. Aku nyaris menyerah sampai akhirnya aku bertemu dengan teman lamaku di club yang menawarkan pekerjaan sebagai seor
bahwa akulah yang menjadi penyebab awal dirinya memilih untuk menjadi seperti ini. Tapi batinku juga merasa miris saat mengetahui pengorbanannya untukku. Secara perlahan aku mulai bisa menarik rasa simpatiku a
*