Gelora Asmara Ratu Berlian
ali terdengar di kamar mandi pagi itu membuat se
erusia setengah abad itu memijit tengkuk anak asuh kesayan
minum obat aja, Bun. Paling juga sebentar udah b
yang penting nggak kosong dan bisa buat minum obat. Kuliah kamu hari ini apa mending libur aja?" u
kuliah teman Intan aja," jawab gadis itu sembari duduk di meja makan panjang b
dis itu kembali bergolak tak tahan dengan aroma masakan tersebut. Intan pun berlari lagi ke kamar mandi untu
ni kehidupan hampir setengah abad lamanya dengan asam garam kehidupan yang naik turun jalannya
menghampirinya dan duduk di tepi ranjang berukuran queen size itu, dia berkata sembari menatap wajah pucat Intan, "Nak, kalau boleh d
rwajah teduh tersebut mengerti bahwa jawabannya pastilah iya. Dia pun menghela napas dengan berat. Kemudian s
nangis penuh penyesalan karena telah mengecewakan ibu angkatnya itu dan menyi
muda itu dengan mengelus-elus punggungnya. "Intan, pacarmu harus bertanggung jawab dengan anak yang kamu ka
Siang ini Intan akan ajak dia ketemuan. Semoga Zayn akan menjadi pria yang bert
amu ada isinya. Sebentar-" Dengan segera Bunda Kart
yang terletak 5 blok dari panti asuhan tempat tinggalnya. Sebuah mobil Pors
ngger di pangkal hidung mancungnya. "Hai, Intan Sayang. Tumben bolos kulia
i aja ya biar enak nggak di jalan raya," pinta Intan karen
bil sedan mewahnya memasuki halaman parkir cafe luas yang berlokasi tak jauh dari tempat ti
mbil sebuah benda dari dalam tas tangannya. Kemudian ia meletakkannya ke a
n dahinya lalu bertan
m perutku ini," tutur Intan berusaha tetap tenang s
o baru juga semester 2 'kan, masa mau putus kuliah gara-gara hamil?!" desak Zayn b
kan?!" tuduh Intan sengit menatap tajam
nak konglomerat mau menikahi gadis yatim piatu seperti lo! Kita memang me
dengan tubuh lunglai di kursinya serasa dunianya runtuh di bawah pijakan kakinya. Dia telah menyerahkan miliknya yan
restoran itu penasaran ada apa sebenarnya dengan muda mudi tersebut, tetapi dia tidak boleh mencampuri urusan tamunya. "Silakan m
ng di cafe malah jadi pusat perhatian begi
arnya yang penuh dengan kepalsuan. Cinta yang dulu diagung-agungkan olehnya tak lebih dari sekadar dusta. Lantas bagaima
kita ini? Hiks hiks ... dia nggak bersalah dan berhak untuk hidup
sifat asli lo, kirain lo tuh cewek pinter yang mandiri dan nggak bergantung sama cowoknya. Salah gue nilai lo, Tan. Kita
r uang rupiah merah di meja serta memanggil waitress dengan kode tangan yang terangkat
n mobil di halaman depan cafe. "Zayn, tunggu gue!
end! Pergi lo, Cewek Murahan! Jangan coba-coba hubungi gue lagi. Paham?!" seru pemuda itu kasar dengan tampang jijik la