Indra, Reinkarnasi Tiga Dewa
di balik tiga pria berbaju hitam, ia memundurka
akutannya. Dia pasti berjongkok sambil me
ari lagi." ucap s
dak akan menyakitimu. Mari i
ah cengeng ini?" tanya pria
tampan di belakang yang akan mer
a yang terjebak di dalamnya. Lalat berterbangan mengitari tumpukkan sampah di sis
n. Bahkan sebelum aku sampai mereka sudah mendengar gadis ini meminta tolon
urusan bos untuk mem
nikahinya." Satu
mi." Satu lagi menamba
orang gadis muda yang tangannya masih halus selembut sut
Mereka menoleh bersamaan. Tanpa aba-aba aku memukul w
i k
emudian memukul satu lagi di sebe
aninya ikut cam
kulanku, tetapi tidak dapat menghindari tendanganku yang tepat m
a, dia menyeka air mata yang ber
gila!" Napasnya
kenapa kamu membentakk
ia berpakaian sama memasuki gang, aku tebak itu teman dari
a ikut campur
inya, kalau tidak kit
. Ruangan yang redup tidak membuatku sulit melihat mereka. Aku ta
dihabisi mereka." Gadis penakut
orang ini tidak mampu untuk meng
" teriak
ng, kemudian menendang mereka. Dua orang terkapar jatuh. Aku men
orang pemimpin mereka, sedangkan temannya di samping
u, dia berhasil menghindar. Aku menendangnya,
sil lolos dari seranganku, pantas s
ria itu menyuruh te
kali aku menghindarinya, lalu menendang w
au lawan yang tangguh." Pria itu menggu
angkat. Kau tidak akan membuat
kis pukulan itu, tubuhku sedikit terdorong, dengan cepat ia melunc
an itu berhasil dia tangkis, kemudian ak
k meremehkannya. "Kamu he
menjadi tinggi, dengan mudah merampok warga, menjadi kaya dala
nnya itu. Kami saling menyerang, menghindar, menangkis. Balas
mu itu." Pukulanku berhasil menge
gkin aku membiarkan kau menghancurkannya." Dia ke
mbang. Itu kesempatan yang pas untuk aku melumpuhkannya. Satu pukulan di bagian wajah, satu tendangan
gan mudah aku lumpuhkan, mereka tidak sekeras
erlagak, tersenyum ke arah gadis
gmu." Gadis itu kembal
l, berapa banyak
hidup, kau sih mencari masalah."
lamatkanmu
ka membawa tongkat, memakai jaket hitam dengan
ak ada lawan yang bisa menghindar dari serangann
bu dengan rok pendek itu akhirnya keluar dari zona nyamannya di pojok gang, dia
bicara begitu mantap, seakan gadis hebat yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi lihat kakinya yang bergetar hebat,
kepala gadis di sebelahku. Aku menangkis tongkat itu lalu bicara
berlari ke pojok gang. "Apa kamu bisa
ngkin kalah oleh pasukan
berjongkok, merasakan rasa sa
ka, yang lain memukul perutku, temannya menendang wajahku. Ak
itu kita bawa ke bos, dia pasti se
hh
hh
a orang dari mereka terkapar ke tanah
rnya tertarik, matanya berwarna, bagaikan kedata