Nenek Mertua Yang Culas
u membuat telapak tangannya sampai terluk
ahnya juga tidak berani untuk menyampaikan
itu terlontar dari bibir Ravindra, melun
tombol kecil di telinganya. "Kabarkan
tidak kalah besar dengan kediaman Rav
aturan jauh
mu, terlebih dulu. Jangan tanya mengapa Ravindra bisa masuk tanpa
akan datang kemari, Ra
g berada di sekitar mereka untuk pergi, me
at,
anya bagaimana k
adapannya kini beralih balas memandang Ambar. "Saya
langsung mengabari saya. Bisa dibilang, saya
puas terhadap j
ku tumbuh," bangga wanita itu
dekat itu, Ambar ba
ak panik, meraih tangan putranya itu dan me
bu, memilih mengabaikan rasa sakit
ang jauh l
a, tidakkah Ambar
ngan sangat cepat. Beberapa orang yang berada di luar, ik
ri Ravindra membuat k
ja, ini buk
aml
a hanya menurut kala Ibunya mengambil
balut luka itu, memberika
iabaikan akan jadi sesuatu yang membuatmu kesul
ampirkan senyum khasnya. "Benar juga. Ini
gerakan tangannya
i ini?" lanjut Ravindra, seperti ada niatan lai
kamu bic
m hidup, karena bisa saja berakhir buruk,
enghancurkan hal-hal yang dianggap kecil sek
caman apapun. Ia berpikir segalanya ingin me
nya terlampau waspada, hingga ak
yang bahkan Mama ketahui tid
vin
skan seberapa jauh Ibunya ini telah ikut campur dalam
il yang mengganggu, Ambar bahkan bisa m
a, Ambar membalas tenang. Nyonya besar Narendra itu bahkan ters
eribu kali. Akan terus seperti itu, sampai Mama tiada
rtama yang ia bunyi
igantikan. Bahkan Narendra saja tidak bisa melawan
dur. Karena tidak bisa membantah atau memberi sang
." Ambar memperingati. "Itu membuat Mama kembali kemba
itatapmu begi
mpannya di dalam almari. Ia melangkah mend
alimat secara acak. "Meski keadaan berubah sekali p
nya. Menelan savila, membasahi t
Mama lakukan dan berikan u
asnya sebagai dengan luar
yonya besar Narendra, dengan begitu sempurna. Sampai
ambil, pada keputusan
oba mengulangi keputu
uk tidak menyinggung hal terse
dak bisa menebak pada topik yang mana Ra
la
avindra melontarkan banyak pertanyaan bertubi-tubi p
ama untuk membi
ndra
ng kamu katakan." Ambar menolak melanjutkan. "Jadi jangan
apatkan cikal bakal sikap yang
ita itu tak mau mengakui ap
ngar Mama berterus terang
jasa dalam hidupnya ini menjadi alasannya bis
ai pondasi keluarga besar Narendra, Ambar ta
at ini Ambar masih belum memiliki karak
ng pada persoalan
oleh Ravindra. Euforia di dalam sana berubah menghanga
a melakukan apa yang ia inginkan, dan memili
ecil dari seorang ayah
aja. Maka saya berjanji, saya t