GAIRAH ISTRI SATU MILIAR
ng penuh tanda tanya. Ia kemudian meraih tangan Arj
una. Tentu saja Arjuna semakin bingung, seperti ada s
inta sesuatu sama ka
pa? Apa yang kamu mau dariku,
gak enak dipake, aku bosan," ungkap Maura dengan manja.
semakin membuat lelaki itu tak bisa menahan diri, tentu saj
u?" tanya Arjuna sembar
erasa menang dan berhasil membuat Arjuna menurutinya kali ini. Tentu saja, godaan
dan segera mengirimkan mobil itu ke ap
luk Arjuna dengan penuh semangat. Lalu seketik
a. Aku akan hubungi kamu jika dia sampai di apartemenmu, aku m
sehingga ia bisa menjualnya. Lumayan punya tabungan ratusan juta di rekening.
tu, ia tak perlu mengeluarkan uang pribadinya, melainkan uang
, ponsel Arjuna mendadak berbunyi. Panggilan dari Ri
ura lalu menerima panggilan itu. Ia tak mau jika
da apa?" t
pasti sangat lelah. Kamu temenin dia jalan-jalan saja, belikan dia baju yang bagus-bagus
uruh sekretaris Papa untuk memilih baju yang tepat unt
ya, posisimu sekarang suami dari Sinta, dan bersikaplah baik kepadanya, terustama di depan para staff kantor, jan
ku akan mengajaknya jalan-jalan, aku
rtinya Arjuna kecoplosan sehingga me
i aku mau pulang menemui Sinta." Arjuna Berdalih. Ia meman
menangis, jika sampai itu terjadi, Papa akan membuat perhitungan sa
tnya bahagia," kata Arjuna sedikit terdengar manis. Setelah itu, Rico m
hilang. Ia mengambil pakaianny
a dealer akan mengantarkan mobilmu sore har
ya
mobilnya sampai apartemennya. Sesampainya di kamar, ia
udah dalam keadaan bersih. Ini pertama kaliny
adahal aku bisa suruh cleaning service
ia melangkah ke dapur. Ternyata Sinta sedang mem
umamnya lagi. "Tapi wajar sih, wanita m
na. Ketika ia selesai memasak, ia terkejut me
gan lembut. Tak ada sedikitpun raut wajah kebencian maupun kemarahan
, ah, mana berani juga dia marah sama aku, kan aku sudah membelinya, seharusnya di
itu di depan Arjuna. Ia merasa baru kali ini dilayani seperti i
ati sarapannya dengan nyaman. Sinta yang memang
belikanmu pakaian baru, kamu bebas memilih sesukam
t suaminya mendadak baik seperti itu. Ia hanya mengangguk,
membeli pakaian. Sampai detik ini, Sinta masih belum mengerti
tuk tak bertanya daripada menjadi bulan-bulanan umpatan sang
mat, apa lagi sariawan kali ya," gerutu Sinta sembari
sang suami. Ia merasa bosan di dalam mobil, hanya terdengar
akai, nanti kalo kamu kenapa-napa, aku yang disalahin sama Papa, kamu sih
ai." Sinta memasan
gar. Tetapi telinga Sinta cukup peka untuk mende
*