The Antagonist Motive
idur yang tipis. Anak lelaki itu tidak mengenakan alas kaki satu pun, meski lantai koridor
ang berkarpet itu pastilah terasa dingin sekali
engkal jendela-jendela yang penuh dengan mozaik berwarna-warni, dengan beragam cerita rakyat terluki
di atas sana membiaskan cahaya berwarna-warni di jendela besar bermozaik hingga cahaya warna-w
ah cukup untuk menerangi jalannya yang gelap. Untung saja dirinya sudah membawa kandil lilin berukuran kecil ini di tempat tidurnya. S
k kecil itu benar-benar terlihat seperti malaikat kecil yang mengendap-endap untuk mencari c
ti siung bawang putih yang manis. Pipi anak lelaki ini montok dan
dalah warna rambutnya yang tidak lazim. Rambut ana
Rambut merah darah anak ini juga ikal-ikal, karena dipotong pendek hingga ke dagu, rambut anak ini mirip seper
an embunnya terasa menyejukkan. Tipikal rumput pagi yang dipotong dan saat diinjak, terasa sangat sejuk sek
nya, ia meneguk ludah dan keningnya berkerut dalam-dalam. Anak lela
koridor dan patung-patung Yunani ataupun kabinet di sana. Seseora
kali. Sang anak lelaki berambut merah hanya menghela nafas kesal saat ia sada
di balik punggung anak le
akang. Mendapati seorang anak lelaki yang berwajah sama dengannya, seperti salinan. Da
r yang tipis. Satu hal lagi, meski anak lelaki, tetapi rambut anak ini panjang hingga mencapai punggung. T
an sekali, sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Sinar lilin kandil di tan
nya mancung dengan pangkal yang membulat di ujungnya seperti siung ba
mereka berdua jelas sekali anak kembar, tetapi tidak identik. Dan ya
pilin dan ditenun. Sedangkan sepasang mata polos itu berwarna biru langit yang te
ng terik-teriknya. Anak lelaki pirang ini menggosok-gos
kali menguap. Sedangkan si anak lelaki berambut merah darah ini
" tanya anak berambut merah da
menyembunyikan nada k
i anak lelaki pirang mengangkat bahu dengan ringan dan tanpa beban. Lalu si anak pirang te
" si anak pirang malah balik bertanya. "K
sambil berdecak-decak kesal. Wajahnya tertekuk dan terlihat sinis sek
is bercampur kesal. "Kau mau membuat semua orang yang ada di sini t
. Seolah-olah ia sudah mengerti dengan
l bergidik kedinginan dan karena tidak memakai alas kaki, jari jemari ka
ang dengan mata birunya yang mel
darah langsung mendadak malu saat perutnya mengeluarkan bunyi keruyuk yan
g merapikan sedikit poni rambutnya yang agak berantakan. D
ngkas si anak berambut pirang san
erah darah yang bebas, si anak berambut pirang menuntu
yaknya serbuk peri yang berkilauan di tengah malam yang gelap. Seolah-ola
ng berbeda warna mata dan rambut itu berjalan ke depan menembus dinginnya malam di ko
elakang .... terlihat imut sekali seperti anak-a
rbisik pelan. Sinar lilin berayun-rayun di tangan dan wajahnya. Mata hijau itu
ahu sambil terus berjalan k
kue manis, dan sup krim di dapur." si anak pirang deng
i anak berambut merah dengan bibir ya
erengut kesal saat tarikan adik
erambut merah darah yang meski merasa kesal, tetapi tetap membiarkan adiknya
ia memang sudah terbiasa dengan sifat acuh dan
beriringan dan masing-masing sibuk dengan pemikiran antara satu sama lain. Si anak
ah menyantap sup jamur dan daging yang enak. Hanya saja, tampakn
a. Si anak pirang terlihat menikmati suasana hening ini, meski cukup menakutkan, tetapi si a
telanjang terdengar teredam oleh karpet berwarna merah. Meski
merah darah dan si anak berambut pirang langsung berhenti dan mematung di
gsung menggandeng tangan si anak pirang. Mereka berdua menoleh ke sana ke mari, mencari tempat persem
hi dan dihukum. Dan hukumannya luar biasa menyusahkan dan merepotkan. Setelah kek
leh ke arah adiknya dan bertanya dengan raut wajah, si anak pirang menunjuk meja kecil yang mir
ra, baik si anak berambut merah darah dan anak beram
h taplak meja terbuka sedikit, menampakkan bagian bawah meja yang cukup ber
il menutup mulut, mereka berdua duduk diam di sana hanya beralaskan lantai marmer dingin yang penuh dengan debu.
arah kiri, mereka berdua bisa melihat ada sebuah bayangan yang mendekati mej
gan meja hingga mereka berdua harus berhati-hati agar kepala mereka tidak te
Mereka berdua tidak tahu! Maka dari itu, si anak berambut merah
t merah darah menatap ke arah
tu menitik di pipinya. Alis pirang itu merengut, dan mata biru itu menatap ketakutan ke ark terlalu merasa ketakutan karena toh baginya, hukuman-hukuman itu tidak terla
dak enak, hawa panas di dalam kolong meja yang ditutupi dengan taplak meja, suasana mal
ahan-lahan mendek
Matanya ditutup rapat-rapat, hal ini berbeda dengan si anak berambut me
i itu agaknya tidak cukup untuk
rok itu berhenti tepat di depan mereka berdua. Seke
makin erat. Tangan adiknya berkeringat, hal yang sama juga berlaku untuk tangannya. H
nku ini!" terdengar suara merdu seorang wanita ya
dah lecet dan terluka kalau b
ara ini. Suara seorang wanita, merdu seperti kicauan
h-olah mansion ini adalah miliknya, mereka berd
dan penuh dengan kesombongan. Suaranya seperti seorang
l dan kenal dengan setiap orang yang ada di mansion ini,
ukan suara para pelayan wanita. Ka
uri