icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

The Antagonist Motive

Bab 4 Pertemuan Pertama

Jumlah Kata:2211    |    Dirilis Pada: 12/06/2023

idur yang tipis. Anak lelaki itu tidak mengenakan alas kaki satu pun, meski lantai koridor

ang berkarpet itu pastilah terasa dingin sekali

engkal jendela-jendela yang penuh dengan mozaik berwarna-warni, dengan beragam cerita rakyat terluki

di atas sana membiaskan cahaya berwarna-warni di jendela besar bermozaik hingga cahaya warna-w

ah cukup untuk menerangi jalannya yang gelap. Untung saja dirinya sudah membawa kandil lilin berukuran kecil ini di tempat tidurnya. S

k kecil itu benar-benar terlihat seperti malaikat kecil yang mengendap-endap untuk mencari c

ti siung bawang putih yang manis. Pipi anak lelaki ini montok dan

dalah warna rambutnya yang tidak lazim. Rambut ana

Rambut merah darah anak ini juga ikal-ikal, karena dipotong pendek hingga ke dagu, rambut anak ini mirip seper

an embunnya terasa menyejukkan. Tipikal rumput pagi yang dipotong dan saat diinjak, terasa sangat sejuk sek

nya, ia meneguk ludah dan keningnya berkerut dalam-dalam. Anak lela

koridor dan patung-patung Yunani ataupun kabinet di sana. Seseora

kali. Sang anak lelaki berambut merah hanya menghela nafas kesal saat ia sada

di balik punggung anak le

akang. Mendapati seorang anak lelaki yang berwajah sama dengannya, seperti salinan. Da

r yang tipis. Satu hal lagi, meski anak lelaki, tetapi rambut anak ini panjang hingga mencapai punggung. T

an sekali, sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Sinar lilin kandil di tan

nya mancung dengan pangkal yang membulat di ujungnya seperti siung ba

mereka berdua jelas sekali anak kembar, tetapi tidak identik. Dan ya

pilin dan ditenun. Sedangkan sepasang mata polos itu berwarna biru langit yang te

ng terik-teriknya. Anak lelaki pirang ini menggosok-gos

kali menguap. Sedangkan si anak lelaki berambut merah darah ini

" tanya anak berambut merah da

menyembunyikan nada k

i anak lelaki pirang mengangkat bahu dengan ringan dan tanpa beban. Lalu si anak pirang te

" si anak pirang malah balik bertanya. "K

sambil berdecak-decak kesal. Wajahnya tertekuk dan terlihat sinis sek

is bercampur kesal. "Kau mau membuat semua orang yang ada di sini t

. Seolah-olah ia sudah mengerti dengan

l bergidik kedinginan dan karena tidak memakai alas kaki, jari jemari ka

ang dengan mata birunya yang mel

darah langsung mendadak malu saat perutnya mengeluarkan bunyi keruyuk yan

g merapikan sedikit poni rambutnya yang agak berantakan. D

ngkas si anak berambut pirang san

erah darah yang bebas, si anak berambut pirang menuntu

yaknya serbuk peri yang berkilauan di tengah malam yang gelap. Seolah-ola

ng berbeda warna mata dan rambut itu berjalan ke depan menembus dinginnya malam di ko

elakang .... terlihat imut sekali seperti anak-a

rbisik pelan. Sinar lilin berayun-rayun di tangan dan wajahnya. Mata hijau itu

ahu sambil terus berjalan k

kue manis, dan sup krim di dapur." si anak pirang deng

i anak berambut merah dengan bibir ya

erengut kesal saat tarikan adik

erambut merah darah yang meski merasa kesal, tetapi tetap membiarkan adiknya

ia memang sudah terbiasa dengan sifat acuh dan

beriringan dan masing-masing sibuk dengan pemikiran antara satu sama lain. Si anak

ah menyantap sup jamur dan daging yang enak. Hanya saja, tampakn

a. Si anak pirang terlihat menikmati suasana hening ini, meski cukup menakutkan, tetapi si a

telanjang terdengar teredam oleh karpet berwarna merah. Meski

merah darah dan si anak berambut pirang langsung berhenti dan mematung di

gsung menggandeng tangan si anak pirang. Mereka berdua menoleh ke sana ke mari, mencari tempat persem

hi dan dihukum. Dan hukumannya luar biasa menyusahkan dan merepotkan. Setelah kek

leh ke arah adiknya dan bertanya dengan raut wajah, si anak pirang menunjuk meja kecil yang mir

ra, baik si anak berambut merah darah dan anak beram

h taplak meja terbuka sedikit, menampakkan bagian bawah meja yang cukup ber

il menutup mulut, mereka berdua duduk diam di sana hanya beralaskan lantai marmer dingin yang penuh dengan debu.

arah kiri, mereka berdua bisa melihat ada sebuah bayangan yang mendekati mej

gan meja hingga mereka berdua harus berhati-hati agar kepala mereka tidak te

Mereka berdua tidak tahu! Maka dari itu, si anak berambut merah

t merah darah menatap ke arah

tu menitik di pipinya. Alis pirang itu merengut, dan mata biru itu menatap ketakutan ke ar

k terlalu merasa ketakutan karena toh baginya, hukuman-hukuman itu tidak terla

dak enak, hawa panas di dalam kolong meja yang ditutupi dengan taplak meja, suasana mal

ahan-lahan mendek

Matanya ditutup rapat-rapat, hal ini berbeda dengan si anak berambut me

i itu agaknya tidak cukup untuk

rok itu berhenti tepat di depan mereka berdua. Seke

makin erat. Tangan adiknya berkeringat, hal yang sama juga berlaku untuk tangannya. H

nku ini!" terdengar suara merdu seorang wanita ya

dah lecet dan terluka kalau b

ara ini. Suara seorang wanita, merdu seperti kicauan

h-olah mansion ini adalah miliknya, mereka berd

dan penuh dengan kesombongan. Suaranya seperti seorang

l dan kenal dengan setiap orang yang ada di mansion ini,

ukan suara para pelayan wanita. Ka

uri

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 The Antagonist Motive Prolog : Permulaan2 Bab 2 Kristal Merah3 Bab 3 Penglihatan dan Kelahiran si Kembar4 Bab 4 Pertemuan Pertama5 Bab 5 Bertemu Untuk Pertama Kali6 Bab 6 Lupa Akan Dua Nama7 Bab 7 Berbincang Untuk Pertama Kali dan Janji Untuk Esok Hari8 Bab 8 Minum Teh Dan Susu Di Siang Hari9 Bab 9 Percakapan Canggung 10 Bab 10 Albert Menghilang11 Bab 11 Mau Selamatkan Albert, Atau Tidak 12 Bab 12 Selamatkan Albert! Sekarang Juga!13 Bab 13 Bunuh Para Serigala Itu!14 Bab 14 Pulang Kembali ke Mansion, dan Kehebohan Para Pelayan Setelah Selamat15 Bab 15 Kemarahan dan Bunga16 Bab 16 Bunga Ajaib, Penyangkalan dan Kenangan Manis17 Bab 17 Dipanggil Lagi18 Bab 18 Dua Hadiah Untuk Dua Tuan Muda yang Manis19 Bab 19 Masalah Si Merpati Kecil, dan Pembunuhan Pertama20 Bab 20 Kejahatan Pertama dan Amukan21 Bab 21 Pemakaman, Keprihatinan dan Duka yang Berpura-pura22 Bab 22 Ajakan Ke Festival, dan Kelahiran Sesosok Makhluk Misterius23 Bab 23 Berangkat dan Diserang!24 Bab 24 Pembantaian dan Jalan-jalan di Kota Besar25 Bab 25 Sate Daging Enak, dan Boneka Cantik yang Diinginkan Oleh Albert26 Bab 26 Boneka yang Dimenangkan, Makan Siang, dan Sesuatu yang Ditunggu27 Bab 27 Seorang Pria Malaikat yang Misterius28 Bab 28 Kemarahan Yvonne, dan Sesuatu yang Tertinggal29 Bab 29 Lari dan Tertangkap30 Bab 30 Penculikan, dan Bertemu dengan Anak-anak Tawanan31 Bab 31 Kebohongan Bercampur Kebenaran32 Bab 32 Susun Rencana Untuk Keluar Hidup-hidup33 Bab 33 Balas Dendam dari Anak-anak, Disiksa dan Diancam34 Bab 34 Rencana dan Kabur Dari Sini35 Bab 35 Mencari Jalur Tikus Untuk Kabur36 Bab 36 Percakapan Tentang Nona Berambut Merah Darah, dan Kerja Sama37 Bab 37 Kabur, Pura-pura Merayu, Tertangkap Lagi38 Bab 38 Lelang Dimulai