Dendam Mrs. Ilona
n daun-daun yang menguning di pohon. Menjadi salah satu tempat paling cocok untuk dikunjungi. Terlebih bagi mereka yang senang mengambil potret alam untuk mengisi lini masa media sosial. Atau ha
selanjutnya. Menikmati pemandangan yang sama, tetapi tak membosankan ka
dak heran jika kota di mana bangunan yang menjadi salah satu keajaiban dunia itu berada disebut sebagai Kota Cinta atau City of Love. Sebab, banyak orang yang datang dari segala penjuru dunia untuk melamar sang pujaan hati di sana. Seperti yang tengah disaksikan oleh
lesung pipi miliknya selalu sukses membuat aura kecantikan yang sudah terlanjur ada itu semakin tampak sempurna dan membuat kaum adam terpesona. Ia menggeser lagi gambar lainnya. Suasananya masih sama. Berhasil menarik paksa kedua sudut bibirnya ke atas memben
Mengingat baginya usia yang sebentar lagi menginjak angka dua puluh empat masih terbilang muda dan masih banyak keinginan dalam waiting list-nya yang belum ia capai hingga detik ini. Namun, memili
bih banyak dan lebih jelas pemandangan serta suasana yang entah kapan lagi bisa ia nikmati seperti ini di dalam kepalanya. Ingin mencari sebuah tema yang angkat ia sebagai topik dalam menuliskan cerita tentang musim gugur terakhirnya di kota p
i dengan mencari pintu lain yang harus dibuka meski ia tidak ingin, sebab mundur bukanlah pilihan yang tepat. Mundur adalah sebuah kemustahilan. Lalu, ia temukan kehidupan baru setelah pintu itu terbuka lebar dan menunjukkan sebuah kehidupan dalam lembaran baru tanpa noda, meski hany
jak angka enam belas. Seorang pemuda menubruk tubuhnya tanpa sengaja hingga nyaris terjungkal. Beruntung sepasang lengan itu berhasil menangkap dan menahan bobot tubuh mungilnya. Lalu, tatapan mereka saling bertubrukan satu sama lain. Sepasang bola mata abu-ab
ance. Kehidupan Ilona adalah kehidupan nyata yang sesungguhnya. Dan pertemuan itu melahirkan sebuah perkenalan baru. Felix nama laki-laki itu. Pertemuan itu juga melahir
kan dengan sangat terbuka melawan badai. Hadirnya sosok Felix mengajarkan Ilona tentang bagaimana caranya orang-orang yang terluka saling mengenali satu dengan yang lainnya hanya dari sebuah cerita tentang perja
ix yang menyeretnya masuk ke dalam alur cerita laki-laki itu. Ia masih ingat betul bagaimana Felix memperlakukannya dengan sangat baik tanpa harus memperkenalkannya tentang kehancuran laki-laki itu. Kehancuran bukan milik semua orang. Kehancura
ni. Aku sudah menca
g ke arah sungai masih dengan napas yang sedikit tersengal. Ilona tersenyum tipis. Seperti biasa, ia akan menyaksikan bagaimana laki-laki pertama yang ia kenal di Kota Paris itu begitu menikmati waktu dan suasana dengan sangat tenang. Wajah laki-laki itu ak
dusta. Ia tidak pernah berpikir bahwa menemani Ilona mengunjungi Sungai Seine akan menemukan titik ending. Padahal, hampir dari segala hal Felix menyadari
arat peristiwa ini bersama Felix. Meski ia sendiri tidak tahu kapan itu terjadi. "Kau bisa menemaniku lagi suatu hari nanti. Aku akan kembali," ujar Ilona penuh percaya diri. Namun,
memuji kecantikan perempuan itu seperti ia memuji keindahan bunga mawar kesukaan ibunya. Alasan kedua Felix menyematkan panggilan itu adalah karena Ilona yang tidak mudah terjamah karena sifatnya. Seperti bunga mawar yang tidak mud
ebahunya jika laki-laki itu merasa gemas. "Of course," jawab Ilona dengan pasti. Ia juga mengulum senyumnya yang lebar hingga membuat sepasang lesung pipinya terbit dengan begitu cantik. "Kau tidak lupa 'kan kalau yang tertulis di daftar keinginanku adalah kembali menginjakkan kaki di sini?" lanjut Ilona be
bersama seorang laki-laki yang akan me
h-olah tengah berpikir keras. Padahal, apa yang ia lakukan itu hanya akan
acak rambut Ilona dengan gemas. Lalu, menarik tubuh perempuan itu dan mengalungkan lenga
kopi terakhir," ucap Feli
moment indah terakhir di pusat kota berlatar Sungai Seine. Dan akan Ilona bawa pulang semua