Dendam Mrs. Ilona
formal itu melirik sang tuan yang duduk di kursi penumpang melalui spion di dalam mobil. Sejak memasuki kendaraan roda empat itu, tuannya hanya memilih diam dan tak
an tak ia pahami adalah sang tuan yang
a merespons. Akan tetapi, kali ini sang tuan mengangkat kepala dan menjatuhkan pandangan padanya dengan tata
Haruskan ia kembali ke rumah lebih dulu untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah melakukan penerbangan selama berjam-jam? Apalagi ia merasakan dengan sangat jelas bahwa kondisi tubuhnya kembali mengalami penurunan sebab pikiran yang terj
bentar?" tanya Dante yang sebenarnya adalah pe
sedikit pucat. Dan sekaranglah baru terlihat sangat jelas bagaimana wajah itu sudah kehilangan ronanya. Ia tentu saja khawatir sebab masih ingat tentang penyaki
r Rezka dengan pertanyaan dan nada s
salah mengambil barang. Inhaler-ku tertukar dengan kacamata milik perempuan yang aku tabrak di pintu keluar tadi," terang Dante pada Rezka. Ia kemudia
un, sesegera mungkin ia kembali menatap laki-laki itu unt
asakan alur napasnya sudah tidak tercekat lagi. Tidak seperti saat ia
ndisi Dante jika sedang kambuh sudah seperti seseorang yang nyawanya di ambang batas. Apalagi mengingat sekarang Dante pasti pikirannya sedang tidak tenang tersebab kondisi
Apa Mas Dante butuh inhaler. Biar kita cari apotek terdekat," tawar R
a kemudian menyandarkan tubuhnya dengan sempurna dan men
˚
da berwarna biru yang ia temukan di bandara tadi. Bend
dan ia kembalikan lagi pada Ilona. "Itu inhaler," jawabnya. "Dari mana kau temukan benda itu?" tanya Garry. Seingatnya, sahabatnya itu tidak memiliki riwayat penyakit asma. Jadi, tidak mungk
-laki yang menabrakku di pintu keluar tadi," jawab Ilona.
Garry dengan nada paniknya. "Ki
nya. "Jangan berlebihan seperti itu, Gar. Aku hanya ditabrak tubuh manusia, bukan mobil besar." Ilona menyentuh pundak Garry untuk meyakin
r?" Ilona bertanya ka
kan fungsi benda tersebut. "Itu obat hirup yang biasa digunakan penderit
nti
ongan pertama," jawab Garry dengan serius. Lalu, ia menoleh pada Ilona setelah lampu lalu lintas berub
? Bahkan, kacamataku saja dia bawa," tutur Ilona yang membuat Garry mengangguk paham. "Aku akan me
tiap detiknya dengan senyuman merekah. Akhirnya, ia bisa berada di waktu sekarang ini. Mengirup kembali kota kelahirannya. Meskipun sebelumnya ia begitu berat meninggalkan Paris
gumaman singkatnya tanp
menyita waktu
terakhir kali. Cengiran yang sukses membuat sepasang lesung pipinya terbit begitu cantik dan mempertontonkan deretan giginya yang putih nan rapi. Hal itu membuat Garry menghela napas
adalah seorang dokter. Tentu akan sangat sulit untuk merepotkan laki-laki itu seperti dulu. Sebab, pekerjaan yang sangat menyita waktu Garry. Namun, Ilona tentu saja senang atas pencapaian sahabat masa kecilnya itu. Cita-
kata "merepotkan" yang ia utarakan tadi. Meskipun ia mengatakan demikian, ia tidak pernah merasa benar-benar direpotkan oleh perempuan cantik dan manis di sampingnya kin
mpir sebentar di tempat makan? Aku lapar, Gar," ujarnya tanpa malu. Sebelumnya, Ilona sempat berpikir bahwa ia akan merasa malu bertemu dengan Garry
u mau makan apa
at Garry menggeram kesal. Rupanya, peremp
pada perempuan itu. Ilona harus pandai-pandai menentukan pilihan apa yang pantas untuk dirinya. Sebab, di negara orang ia tak memiliki orang-orang terdekatnya yang
i, Siomay Bandu
Kota Bandung yang ingin dinikmati perempuan itu. Bukannya Garry tidak ingin membelikan untuk Ilon
a dan menatap santai Garry. "Kau lupa aku sud
. Dan ia hanya bisa berpasrah. "Tapi, kau harus janji untuk menghabiskan
p Ilona dan memutar kembali tubuhnya. Ia berpura-pura kesal tentunya hanya untuk membuat Garry mer
i