icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dendam Mrs. Ilona

Bab 2 Liburan Masa Lalu

Jumlah Kata:1795    |    Dirilis Pada: 05/06/2023

ia memandangi pusara dengan tanah yang masih basah dan bebungaan aneka warna bertaburan di atasnya. Sebuah nisan dengan tulisan nama seorang pria yang selalu menjadi tamengnya ia e

rnah ia bayangkan akan hadir dalam waktu yang begitu cepat. Saat ia masih belum m

. Bolehkah ia berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk? Dan ketika ia terbangun nanti, yang pertama kali ia lihat duduk di pinggir tempat tidurnya adalah sosok pemilik nama yang tertulis pada ni

dibarengi dengan air mata yang runtuh dan terjun dengan bebas pula membasahi wajah putih mulusnya seperti semalam saat ia dapati tu

ang dan menghiasi wajah tampan dengan senyum lebar itu. Kepala gadis itu buntu untuk mencerna semuanya dengan baik. Ia hanya bisa menatap wajah ayahnya dengan rasa sesak yang menghantam dadanya. Ayahnya sudah tak setampan pagi tadi saat mencium keningnya sebelum berangkat bekerja. Senyum ayahnya su

api terus menerus kep

dihalangi oleh payung hitam yang dibawa oleh seorang remaja lelaki yang berdiri di belakangnya. Ia melihat senyum tulus terpancar menghias wajah penuh kehangatan itu. Jika biasanya Ilona akan membal

adi aku. Bisa jadi juga kau. Kita hanya tinggal menunggu giliran saja," terang lelaki itu panjang lebar seraya menatap lurus ke depan dengan sebelah tangan terlipat di belakang punggung. Sedang tangan sebelahnya lagi masih setia memegang payung hitam u

tahu remaja lelaki yang ia panggil Garry itu sudah lebih dulu mengalami kehilangan daripada dirinya. Bahkan, mungkin kehilangan yang lebih hebat. Bagaimana tidak? Ia menyaksikan sendiri bagaimana Garry pada usia yang

n pandangan. Menatap Ilona yang masih mendongak memandangnya dengan alis terangkat sebelah. Ia mengulum lagi senyumnya untuk mengir

juga, Garry akan merasa gemas dengan hal itu. Ekspresi Ilona saat tersenyum selalu membuatnya ingin mencubit pipi gadis itu. Namun, kali in

a tak bisa mengutarakan kalimat itu pada siapa pun. Ia hanya bisa memendamnya sendiri. Sebab, ia melihat sekelilingnya hanya manusia-manusia yang sarat akan kepedihan dan li

mudah tentang apa yang terjadi. Tetapi, suat

t kepingan kisah masa lalu itu selalu berhasil membuat air matanya mengalir deras tanpa mampu ia bendung. Seperti saat ini. Sampai sekarang ia masih berharap ji

nny sebelum Ilona dulu berangkat ke Paris. Lelaki itu akan memberitahukan sebuah rahasia besar jika Ilona akan kemba

at di berita-berita yang ditayangkan televisi. Tetapi, k

erkepal dengan erat hingga buku-buku jemarinya memutih. "Altaresh Group," ucap Ilona setengah berbisik mengucap nama sebuah perusah

sudah sia

pintu terlebih dulu. Ilona mengembuskan napas kesal dan menatap tak suka seorang perempuan yang usianya tak jauh berbeda dengannya itu. "Harus berapa kali aku memberitahumu untuk mengetuk pintu sebelum masuk kamarku, Rossie?" tany

" jawab Rossie tanpa dosa dan berj

mengetuk pintu dulu. Bagaimana jika kau mas

lagi, Ilona," jawab perempuan b

jadi saksi perjuangannya menempuh pendidikan. Meninggalkan negara kelahiran sang ayah. Meninggalkan ce

na lebih cocok menjadi sepasang teman saja. "Aku tahu kau berat meninggalkan Paris. Tetapi, biar bagaimana pun kau harus melanjutkan hidup dan mimpi-mimpimu di Indonesi

ki di sana sebab kenangan-kenangan tentang masa lalunya dengan Tuan Belvara dan Nyonya Stella pasti akan berseliweran di dalam kepala. Na

apan pun kau mau. Sebab, ru

ma menjadi siapa saja bagi Ilona. Selama di Paris, Rossie-lah yang selalu menemani ke mana pun ia pergi-jika Felix tidak

pirang itu tersenyu

mengutarakan perasaan d

ketinggalan pesawat. Aku tidak mau rugi dengan membelikanmu tiket dua kal

elix suda

g tumbuh di hati masing-masing. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu bersama menjadi sepasang teman. Harapan Rossie, setelah keduanya hidup di negar

atap langit-langit kamar. Lalu dengan pandangannya ia beralih menyapu setiap jengkal ruangan yang selalu menjadi tempat pulangnya selama beberapa tahun terakhir ini. Kedua sudut bibirnya berkedut. "

wajah merah padam. Pertanda ia tengah diliputi amarah yang benar-benar membuncah hingga mencapai ubun-ubun. Terbukti

pun demikian. Nyawa harus dibalas dengan nyawa," tegas p

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka