icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Lawon Abang (Kafan Merah)

Lawon Abang (Kafan Merah)

Penulis: Filanditha
icon

Bab 1 Tragedi Bulan Merah

Jumlah Kata:1055    |    Dirilis Pada: 03/06/2023

li, dia menggigit kukunya hanya demi menyalurkan kegusarannya. "Dimana Si Mbah? in

agi seraya menatap langit malam. Angin berhembus kencang, membelai mesra wajah ayu serta rambut hit

atang," gumamnya lirih sembari menarik kembali daun jendelanya, lantas menutupnya rap

hingga akhirnya pasang matanya pejam. Dia, gad

Tok

sana. Gadis yang baru saja terlelap itu lantas membuka mata. Dia mengge

ambu beralaskan tikar di kamarnya, lalu berjalan cepat menuju pintu. S

ieee

ra berusia delapan belas tahun itu tersenyum lebar, namun senyumnya memudar cepat saat menyadari yan

Mbah?" Tanya Mawar terbata-bata. Para lelaki itu dia

tadi pamitnya mau ke

ris, aku benar kan?" sambung lelaki jangkung y

awar membenar

i datang sekarang," ujar yang l

n? Jangan dekat-d

!? Cuih! Doamu ndak akan pernah di den

eraih daun pintu lantas menutupnya. Namun belum juga pintu itu tertutup dengan benar, seseorang me

singkong yang tumbuh subur di belakang rumah. Gadis ayu itu berlari sam

rapannya hanya satu, bertemu dengan Si Mbahnya di jalan nanti. Dia tak ingin pulang sendirian karena kali ini, dia mulai merasakan

n untuk beristirahat sebentar di balik pohon besar. Sejenak,

t cari dia, mata merahnya itu pasti tak cukup baik saat melihat apalagi dal

h baik istirahat dulu," Celetuk salah satu lela

!? Wajahnya mirip dengan makhluk itu! Bisa jadi, dia sebenarnya bukan manusia!" Serunya lagi. Para lela

Gadis ayu bermata merah menyala itu bersembunyi dengan tangan membekap mulutny

tih pucat, dengan pasang mata berwarna merah menyala. Warga desa

tu meliuk melingkari betisnya. Dia menajamkan penglihatannya dalam remang. "Akhh!" Dia memekik tertahan tanpa s

ng mencarinya itu lantas menghentikan langkah, menyeringai jahat

derang perang. "Syukurlah, sepertinya mereka sudah pergi," gumamnya.

nta saat tubuh rampingnya disere

ra

nya. Mawar terlepas dari bekapan, dia kembali berlari dengan kaki telanjang. Jalanan yang gel

"Aaaakhhh

.. Gusti Allah, ini sakit sekali," lirihnya. Dia duduk, lalu meraba telapak kakinya dengan tangan yang gemetaran.

Teriakannya tertahan, namun air

terasa kaku, melihat siapa yang bicara. Dia kembali gemetaran, ber

ni sedang menyoroti wajah Mawar dengan obor. Para lel

i jangkung. Tangan-tangan kekar itu mulai menyeret Mawar dengan kasar, membawanya paksa ke balik semak lantas mulai

utukan lolos dari mulut Mawar. Hingga di akhir, saat rasa sakit sudah s

eronta sekuat tenaga, dia juga m

! Setan!!" um

h tamparan melayang di pipi mulus Mawar, membuat

rinya untuk melayangkan kalimat kutukan. Dengan seluruh si

engking disela tubuhnya ya

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka