Janji Cinta Rania
ki-laki itu bahkan tak menghiraukannya sama sekali dan lang
kedatangan Nia dengan sangat ramah. "Selamat datang di rumah ini, Nia, s
ra sambil berkata dengan nada lem
Ayah, sama seperti Evan," ujar Angga
a dia merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya. Sentuhan yang
n Anggara dengan wajah sinis. Dia memutar bola matany
ayak gitu? Dia 'kan cuma pengganti,' batin Evan sambil mem
api ketika dia baru saja menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, tib
sambil berbalik untuk meliha
sekalian," ujar Anggara
di kamar tamu. Kenapa harus di
geram Anggara dengan tatapan
otes pada Anggara. Namun, perkataannya
mar ... sekarang!" tegas Anggara dengan rau
terkepal erat, perdebatan dengan ay
ulai berbalik dan melangkah menaiki
nurut saja dulu, dari pada masalah
langsung menyusul langkah Evan yang terlih
epan pintu dengan tangan bersidekap dada dan tatapan tajamnya. Nia yang masih
ada yang salah denganku?' batin
Ini kamarku, kamu tidak memiliki hak apa p
agangu hidupku," sambung Evan lagi, kemudian berbalik hendak berjalan menuju kamar mandi. Namun, langkahny
n di ranjangkku." Setelah mengatakan semua itu, Evan pun melanjutkan lan
menggema di kamar itu, dia kemudian menatap nanar pintu yang sudah tertutup
epat di sebelah kanannya ada ranjang king size bernuansa putih yang berhadapan langsung dengan televisi la
pih, bahkan bisa disebut terlalu rapih. Tidak ada barang y
erlihat jelas dari banyaknya foto mereka berdua yang terpasang di sana. Nia berdiri dengan mata tak lepas dari semua foto di depan
-tiba dia merasa sesak di dalam dada, se
terjadi. Benar kata Evan, kalau aku hanyalah pengganti di sini,' b
atnya. Termasuk semua kenangan Andi
melihat ternyata di sana ada Evan yang masih mengg
memanas seperti terbakar sesuatu, jantungnya yang baru saja t
ecak kesal sambil melangkah cuek menuju walk in
Evan, itu terasa seperti bilah pisau yang melukai hatinya, terasa perih di sana bagaika
__________
Evan, ketika laki-laki itu baru saja
berusaha menirunya! Kamu, enggak pantes!"
yang terasa lembap oleh keringat pun saling mere
" tanya Nia, memilih untuk be
g jangan sama seperti
elirik Evan yang tampak s
menggumam sambil
u mengambil sesuatu," tanya
jawab Evan tanpa
ian kembali mengalihkan pandangannya pada Evan. "Makasih, Bang,"
m itu dia memilih menghabiskan waktu untuk sholat malam dan mengaji dengan suara yang lirih, hingga m
terjaga. Entah apa yang akan terjadi esok hari? Nia hanya mampu berharap dan