Alkisah Bunga Teratai
yang sama dan posisi punggung mereka saling bersentuhan. Saling membelakangi dan pandangannya mengedar ke segala arah. Di
engar untuk sekarang adalah suara langkah kaki disertai suara pijakan ranting kayu tergeletak di tanah. Suara itu
ereka yang mungkin menjadi ancaman. Mereka tidak akan bisa keluar dari tempat in
laupun dia sedang mengawasi wilayah sekitar, bola matanya sejak tadi tidak berpindah ke seorang gadis dengan rambut pa
n pertanyaan dengan serius. "Kebetulan ketemu di sini nih, lebih baik lo jujur. Gak
hnya yang bertanya. "Kenapa? Lo penasaran sama gue?" jawabnya setengah mencibir dan terkesan tidak mau terlibat
an raut wajah ingin tahu. Berbeda dengan gadis berambut gelombang itu yang justru member
dah buruk di depan mata. Dia ingin segera mengakhiri drama singkat yang terjadi tanpa direncana, bahkan dia diseret ke te
kasar l
pembicaraan mereka. Hal itu membuat mereka kompak mengalihkan pandangan ke asal suara. Mereka juga kompak tidak membalas. "Kalau
ak langsung juga menutup pembicaraan singkat. Dia sadar ada yang
tu juga dengan gadis berambut gelombang. Dia juga tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini k
mengembuskan napas berulang kali, seperti baru saja melakukan lomba lari dengan jarak sejauh satu kilometer. Mereka juga k
lagi yang perlu diwaspadai. Semua itu sudah berakhir. Mereka bisa pulang tanpa
engalihkan atensinya menatap tajam. Ada banyak pertanyaan yang terlintas di kepala dan ha
mata menatapnya. Termasuk juga sang objek yang menjadi sasarannya―gadis bera
kan mata. Sepertinya sulit untuk menerima kenyataan yang terjadi ke
nantang sang lawan bicara yang penasaran dengan identitasnya. "Gue juga gak perlu jawab perta
lo, bre
sti tahu karena bisa baca p
ala. Dia tidak mau dipancing lagi karena hal itu akan semakin membangkitkan emosi. "Benar. Gue bisa baca pikiran oran
s itu, gadis berambut pendek yang mengenakan T-shirt polos berwarna merah
anya dia yang pikirannya gak bisa gue baca," tambahnya yang kemudian menunjuk satu orang. Arah tunjuknya ke seorang gadis yang meng
lengan pendek berwarna putih dengan motif tulisan kapital bersuara. Dia menyimpulkan segala perca
b sang puan yang akhirnya mengakui. Dia lelah karena disudutkan berkali-kali. Pengakuannya membuat semua orang terke
ata bulat sempurna seperti bola. Wajahnya tampak ingin ta
a," jawab gadis berambut gelombang dengan singkat berd
aca masa depan. Raut wajahnya terlihat takjub seperti bertemu dengan orang baru. Sedangkan gadis i
i bunga mimpi yang pagi itu dibangunkan oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuat Jingga―gadis berambut gelomb
l di sebelah ranjang dan membukanya. Satu buku catatan kecil beserta pulpen diraih sebagai awalan pada hari ini. Dia menuliskan apa yang dilihatn
entar di bawah! Cuci mu
i. Oleh karena itu, Jingga buru-buru meletakkan catatannya
*