Sebatas Pernikahan Bisnis
alanan Ibu Kota Jakarta di hari itu. Tak sedikit orang yang berjalan menuju halte untuk sampai ke tujuannya. Seperti gadis berkulit putih dengan setelan kemeja putih
pagi. Temui beliau
ngatannya. Dengan penuh harap, i
ok To
sebut menengok ke arah pintu. "Itu pasti dia, bukalah!" Seorang pria memerintahkan pr
sapa seorang gadis sambi
fa yang ada di ruangan tersebut. Senyumnya terukir t
isana tanpa basa-basi setelah ber
i b-boleh," jawab
gadis itu dengan hangat. "Kris, tolong bawakan ko
Ya, T
gugup. Jemarinya tak berhenti mengepal. Sesekali ia me
ejut karena aku tib
. "Tentang proyek itu-" Arjuna menggantungkan ucapannya, ia melihat Kris
sih," ujar gad
u. Arjuna melihat ke arah Kris
can you l
itupun Anjani yang langsung
, ya, b
menatap dalam diam sesaat, sampai akhirnya Arjuna berdeham. "I
t disetujui, begitu terkejut. Benarkah? Secepat itukah? Monolog Anjani. Diantara keheningan, Anjani berhati
as made and entered into in Jakarta on Monday, February 14, year two thousand
yang aneh dengan agreement ini. Apa ini? Mengap
" Anjani meyakinkan dirinya, ba
ment ini dibuat m
tidak mengerti. Sungguh. "Coba
mulai kebingungan. Ada yang aneh pikirnya. "Akan aku jelaskan, tapi bisakah kau lanjut baca diktum pertama?" Arjuna meminta Anjani untuk terus membaca perjanjian it
and obligations of the PARTY regarding the financing of digital technology-based real estate projects to the SECOND PARTY
ngkut proyek, mengapa perjanjian ini tidak dibuat atas nama insitus
tanda tanya. "Kontrak," lanjutnya. Pernyataan pertama cukup membuat Anjani terkejut, ditambah dengan pernyataan selanjutny
u agar kembali ke posisinya semula. "Aku akan jelaskan-tapi bisaka
ali-kali ia berpikir atas keputusannya. Dasar bodoh. Mengapa Anjani menyanggupinya. Gadis itu mengutuk sam
uanmu untuk sementara waktu." Ia mendongak. Sejujurnya wajah pria itu tidak begitu menakutkan. Justru, wajahnya begitu teduh hingga membutakan hatinya. Tatapan itu, menghangatkan jiwanya. Suara itu, mampu meredam amarahnya. "Aku akan tetap mendanai proyek di Malaysia. Namun setelah itu kau harus menetap
Ah! Maaf, Bu! Aku tak sengaja," jawabnya linglung. Seseorang lain
baik-ba
ja?" tanyanya untuk kedua kali. Selama satu dekade bersahabat, Naomi tidak pernah melihat Anja
nggenggam tangan Naomi dengan erat, seolah memoh
ntor. Mereka melangkah dengan tergesa. Setibanya disana, Naomi duduk berhadapan dengan gadis
berkali-kali, sejak mereka duduk lima belas menit yang
ius Anjani. Tak lama, terdengar gelak tawa memecah keheningan. Di kafe itu, terlihat tiga barista dan beberapa pengunjung yang sibuk dengan urusannya, langsung menoleh ke arah mereka. Anjani menengok kekanan dan kekiri, meyakini semua o
kau matre, aku tidak akan berteman denganmu." Anjani masih tak percaya ucapan itu, ia masih terdiam me
? Siapa yang berani m
hidupmu per bulan, kau akan difasilitasi dengan berbagai macam fasilitas sepertiku,
enggantungkan kalimatnya. "Tu
menyambar ucapan Anjani deng
ya." Anjani menghela nafas set
asannya. Naomi adalah sekretaris manajemen di kantor Arjuna dan juga salah satu kepercayaan pria itu, mereka menjadi dekat karena satu almamater
"Hus
bisa? Ada
diminta untuk jadi istrinya hingg
da yang tidak beres dari atasa