Gairah Tersembunyi Kakakku
ejumlah berkas. Pria berkacamata itu kemudian bangkit dari duduknya, membawa sepuluh map tebal di lengannya lalu langsung membuka pintu cokelat di depannya. Seketika itu juga pemandangan m
ak lurus. William tersadar lagi.
s Anda periksa," ucap William seraya
rtunduk pada lembar dokumen di meja. Sementara Emily tidak bisa
Emily mengutarakan protesnya. "Kakak! Sampai kapan kita di sini? Aku lelah dan ingin pulang!" Sudah ham
padanya hari ini. Dia hanya menandatangani nota kesepakatan dengan singkat dan membaca beberapa laporan karyawannya. Ter
n tangan kiri Evan yang tidak berhenti mengelus pahanya di bawah meja. Emily memakai rok sedikit di at
*
ran dari Louis untuk naik level. Maka di dalam kamar yang gelap
malam, akan tetapi rasa kantuk belum menggantungi kelopak matanya. Padah
ayar komputernya. Emily membuka pesan i
Baru kali ini aku kalah d
lau dia hanya diberitahu secara listening tanpa ditunjukkan bagaimana prakteknya, tetapi Emily mampu melak
dari Id pengirim yang sama
an gerakan jemari yang cepat
dalah Id-
g adalah rahasia yang tidak boleh sembarangan diberitahukan pada orang asing. Dia b
eorang bisa disalahgunakan di jaman serba canggih ini. So
seorang teman. Jadi dia enggan memberitahu nama aslinya jika itu buk
nama L, kembali menghiasi
pa hari lagi perusahaan itu ak
lama lagi aku tamatkan. Lalu mereka meluncurkan game baru lagi? Ini membuatku b
tar game online. Percakapan teks mereka hampir menjeda waktu Emily untuk melanju
lasan sefrekuensi menjadi faktor utama percakapan mereka saling menyambung, sama-sama pecinta game o
*
yala. Ketika dia meraihnya, ternyata sebuah panggilan masuk dari kontak berna
ana sudah malam kan?" kata su
baik-baik saja. Bagaimana dengan kali
ahun, Nak. Apa semua di perus
ini. Semua Evan jaga dengan baik termasuk Emily." Evan berkata penuh yakin. Sebagai anak sulung, dia m
k-baik saja. Mama tutup t
lagi di atas nakas, sejenak wallpaper wajah Emily meng
adiknya. Sedang apa gadis i
*
lirik sekilas. "Ada apa kak?" t
apa, Emily? Nanti besok kau telat bang
tar lagi."
kak cabut kabelnya?" an
pai leher. "Kakak keluar lah. Aku akan tidur," usir Emily. Namun, bukannya pergi, pria itu duduk ke tepi ran
di atas nakas sedikit membantu penglihatannya melihat wajah sang kakak. Namun tiba-tiba mer
nya. Tatapan Evan terlalu sulit ditebak, dan terlalu dalam untuk diselami. Seolah-olah ada sejuta rahasia terjaga di da
elum keluar kamar, dia mencium kening Emily sesaat dengan membisikan kalimat selamat tidur yan
tegap sang kakak. Perasaannya ambigu. Dia sendiri tidak mengerti. Tapi tidsk mau a
*