Gairah Tersembunyi Kakakku
menempel di punggungnya, sementara di depan telah terblokir dengan papan tulis. Satu-satunya ca
perintah akalnya. Dia hanya terdiam kaget. "Terima kasih,
in berada di posisi Emily sekarang, mereka pasti akan
s terima secara mengejutkan. Maklum, karena mendapat reaksi biasa saja dari
lagi. Kemudian dengan tanpa ekspresi dia berjalan mengambil tas di kursinya. Mata secerah mentari mi
adar dari bengongnya, dan
! pikir
mbang pintu saat hendak keluar. Dia menoleh de
? Aku juga. Kita ke depan bareng." Tanpa menunggu persetujuan gadis itu, dia mengatakannya den
dis remaja. Tapi, mengapa hanya dirinya yang tidak tertarik pada pemuda ini? Atau han
Aneh jika Louis pulang sendirian. Emily menduga setelah dari s
n. Bagaimana kalau kau saja y
y membalas dalam penolakan halus. Sebagai tipikal gadis cuek pada lawan jenis, Emil
aja. Selama tidak ada yang menarik perhatiannya,
edikit menarik dibanding gadis lainnya yang pernah dia temui. Akhirnya Louis menyusul d
idak me
elasku, hanya kau yang tidak banyak
ngkat. Dingin. Itulah tanggapanny
tanding antar sekolah, apa kau mau datang mendukung sekolah kita?" Itu benar, sebagai kapten klu
ly antusias dengan obrolan mereka. Klub basket sekolah mereka cukup terkenal dengan p
saat dia berusaha membangun obrolan mereka yan
ai kepalamu dengan keras." Louis melihat secara visual kond
iang. Benturannya masih terasa sampai sekarang walau tidak sakit. Tapi Emi
ku, akan terluka." Louis bukan pura-pura peduli basa-basi. Tetapi dia benar-benar menc
n segores tipis di sudut dahi Emily. Garis goresan itu tidak menimbulkan darah. Anak ramb
ngan sengaja menyentuh lembut
Ada nada sesal dalam suara
perhatikan dengan khawatir luka darinya di dahi sang teman sekelas. Saat itu tat
Lousi harus teralihkan dan menengok ke depan. Dia segera men
*
t little Emilynya di sekolah. Mobil Maybach melaju mulus tanpa suara mel
ketika pandangan tajamnya menangkap siluet adik perempuannya sedang berjalan kaki, Evan tidak melihat gadis itu pergi sendiria
. Sehingga Evan tidak dapat duduk tenang menunggu di dalam mobil, dan bergegas turun dari bes
ya terdengar di
dis itu segera bertemu dengan permata kelam kakaknya dalam sorot tajam. Emily langsung merasakan hal buruk se
otasi mencari kesalahan
at kuucapkan deng
n melirik Emily dan menggandeng tangannya. "Ayo pulang." Den
tanda tanya penasaran di benak. Dia bertanya-tanya tentang i
asi
eleng cepat. Dia berpikir status itu sedikit menyimpang dari wajah lelaki itu. Waj
*