When I Fell in Love with My Fictional Character
ah ruangan yang biasa digunakan untuk meeting dalam Rumah Sakit. Dengan sangat berhati-hati dan menjaga sop
terbuka. Aku melirik ke arah Yolanda yang begitu santai dan bersemangat. Sambil ku
anda dan kemudian aku menyusul. Dalam hati sebenarnya aku merasa ane
antu? Kata Kak Erlis kalian ada tugas wawancar
rnya enjoy-enjoy aja. Oh no, ini mungkin cu
amuel," kata salah satu dari mereka
annya memperk
ngan sangat antusias Yolan
Abima
kata Willy sa
ngannya. Willy juga menatapku sambil tersenyu
an yang memang masih berkaitan dengan tema yang akan kami ambil. Hanya saja, kali ini entah kenapa aku be
saikan tugas ini. Kita bener-bener berterima kasih sama kak Willy dan kak Samuel
*
embali di Rumah Sakit. Karena saat itu, aku sedang menemani kak Erika dalam persa
ar nomor hingga sering bertemu di Rumah Sa
iny
Dia begitu mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan dia juga sanga
u, kami menjadi dekat. Bahkan dia juga dekat dengan orang tuaku dan keluar
kipun kami tidak memiliki hubungan yang spesial, dia sudah berani mengena
mengantarkanku pulang. Dia sempat be
ya itu mulu dari kema
enyum me
Nggak boleh?" jawabnya sambi
a sangat gugup mena
lagi sih. Aku udah siapin semuanya kok,
ning kamu s
Aku menggel
sesuatu sama kamu," kat
l? Kenapa tegang?" W
ver yang sangat ind
perasaannya
tanya. Aku hanya terdiam, terkejut cam
gugup dan salah tingkah. Aku memba
n memelukku d
Rumah Sakit," kata Willy sambil membisikkan kata-kat
idak dapat merasakan apakah hatinya sungguh-sungguh atau tidak. Perkenalan kami baru tiga bulan. Kam
dariku. Aku menunduk karena jarak kami terlalu dekat. Aku benar-benar merasa
hir, aku menemukan kebahagiaan
t Wil?" tanyaku meyakin
hu latar belakang keluarga kita. Dan kita jalani lebih dalam la
ani memperkenalkanku dengan keluarganya. Dan dia adalah cinta pertamaku. Karena j
mengangguk tanpa ragu s
u pada jari manisku, sambi
a aku sangka jika Willy kembali melamarku dihadapan keluarga kami. Willy sengaja mengundang orang tuanya dala
snya adalah kalung yang begitu indah. Di tengahn
n sekaligus melamar kamu," kata Willy. Aku meli
gitu bahagia malam itu. Willy memang pria yang
u nggak ngomong dulu
arena aku harus menyelasaikan banyak hal.
. Dan aku mau hubungan kita
dalam membahagiakanku. Dia juga sangat berprinsip, namun sangat keras kepala. Dia tah
kamu masih sangat panjang. Kamu berhak meraih semua impian kamu, tapi satu. Tolong harg