icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tanpa Restu

Bab 4 Khotbah Makan Malam

Jumlah Kata:1068    |    Dirilis Pada: 13/12/2022

mu sudah menyalamku. Lalu ibu mengambilkan makanan untuk ku dan meletakkannya di pangkuank

mua dosa pasti mendapatkan ba

atau karena kutukan dari orang tuaku yang tidak merestuiku untuk

nyelesaian da

lah jalan untuk men

dengan memakai

n agar aku bisa m

ang yang bisa

up lagi berada di altar ini, berdiri seperti badut dan dilihat dengan mata kasihan. Nas

untuk putus, seperti itulah saraf di otakku. Seperti akan putus dan menyebabkan dampak yang hebat. Aku tidak bisa m

sudah seribu tahun. Dua jam disini rasanya seperti s

aku keluar dari altar. Bibi membantuku berjalan karena kakiku yang sakit. Aku berjalan pelan dengan wajah ke bawah, seperti cara berjalan babi yang imut. A

eperti binatang adalah p

a karena berfokus pada apa yang ada di luar. Disepanjang jalan, air mata yang tadinya berhenti, da

ga yang tidak menerima sama sekali, bahkan membantah. Setiap pilihan tidak selalu sama. Pilihan kita tergantung situasi kita. Jadi

na teriakanku yang mengejutka

aik-baik sa

Hiraukan s

teriakan anda tadi. Saya pikir anda kenapa-kenapa!" Kata pen

berhenti menangis. Aku menyeka air mata

ITA BERSAMA? KENAPA...? KENAPA..? JAWABB!" Teriakku lagi di dalam

at supir itu dengan wajah kesal. Tapi, aku tidak terlalu yakin dengan waj

ther! Don't call me MOM!" Teriakanku itu sangat

berkata apapun. Aku tidak peduli dengan apa yang a

alan dan bajuku pun koyak. Untung saja aku tidak terseret karena baju yang tersangkut ini. Aku berteriak tapi dia tidak menyadarinya

taku kepada gaun itu, melihat ke

at akan membuka pintu, aku lupa

ponnya. Sayangnya tasku ada pada Bibi. Aku harap supir itu kembali sehingga dia bisa menyampaikan ba

rentangkan nya ke depan dengan bertumpu pada lutut ku. Tiba-tiba ada yang terjatuh. Terasa hangat dan warnanya putih. Sedikit berai

hukum hari ini

ir untuk memb

dewi ba

menghidupkan kran nya, airnya tidak keluar. Aku mencoba memutar keran ke arah sebaliknya, tapi tetap saja air ti

rshh

keluar bercucuran memba

toran burungnya setidaknya hilang. Sampai-sa

eb! Goyang aku terus." Kataku melawa

itu. Airnya sangat cepat. Aku harus menghentikannya dengan segera. Aku mencoba menutupi kran itu dengan tanganku. Aku tidak peduli betap

lihat bibi berada di meteran air. Ternyata yang mematikan kran itu adalah bibi, bukan tanganku. Kenapa aku tidak memikirkan hal itu tadi? Kenapa aku kesulitan un

n membuka pintu sambil menggeleng-gelengkan kep

ggal di luar negeri!" Kata Ayah. A

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka