/0/20791/coverorgin.jpg?v=e65667aa7d62f9ca14b86f6ae32ad138&imageMogr2/format/webp)
Sebenarnya, aku bukanlah murit yang bandel. Tapi, karena
teman-temanku suka membangkang dengan peraturan sekolahan yang ada, lambat laun akupun juga terbawa oleh mereka.
Seperti biasa. Di hari Kamis aku mengikuti kegiatan
extrakulikuler pencak silat, yang ada di SMP ku. Kegiatan dimulai pada jam satu. Tapi, jam satu kurang lima menit, aku malah memesan baso sama teman-temanku di kantin sekolahan.
Belum juga habis separo, baru makan satu butir pentol aja, kakak
pelatih sudah datang. Bingung pasti, antara mau dibuang atau dimakan.
Dibuang sayang mau dimakan panas banget.
Takut kena hukumuman suruh dowwer sampai dua kali putaran
lapangan sepak bola lagi, dengan mantap kutinggalkan tuh, makanan favorit sejuta umat. Aku bergegas ke kamar mandi wanita untuk ganti seragam pencak.
Karena sudah penuh, dan hanya ada satu kamar mandi yang tersisa, dan kabarnya, kamar mandi satu ini memang keramat tak boleh di masukki. Tapi, terpaksa
aku memasukkinya. Karena masih enneg dengan hukuman minggu lalu, aku sampe lemes dan muntah-muntah, si pelatih gak kasih ampun. Jadi, pura-pura aja gak
sanggup lagi, padahal males. 🤪
Mengenai kamar mandi keramat ini, kabarnya dulu, dulu banget
tepatnya kapan juga aku tidak tahu. Ada seorang siswi yang melahirkan di kamar mandi ini. Dan membuang bayinya yang masih hiddup ke dalam wc. Walau sempat
bingung juga, kulihat lubang wc segitu, terus, bayinya segede apa kok bisa bisa masuk? Apa mungkin dia lahiran premature?
Next. Tak lama kemudian, setelah bayi itu hanyut ke dalam
closet si ibu berteriak histeris. Keesokannya ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa oleh penjaga sekolah. Sejak saat itu, banyak desas desus kalau di sekitar toilet itu angker. Banyak yang melihat penampakan seorang wanita
menggendong anak, kadang juga seorang anak yang berlari-lari sambil tertawa sendiri. (gak tau, waras apa tidak.)
Tidak terjadi masalah saat aku ganti baju di sana. Sampai
keluarpun juga tetap semua baik-baik saja. Padangan mata juga tidak berubah. Wajah teman ya, masih tetap dengan wajahnya masing-masing. Tidak berubah angker, apalagi horor.
Tapi, saat mendengarkan kakak Pembina marah pada kami yang
bandel tadi, tiba-tiba saja kok pengen ketawa. Mana gak bisa ditahan lagi,
padahal ga ada yang lucu, gak ingat kejadian lucu dan tidak ada yang
menggelitiki perut.
Akhirnya tertawa pun tak dapat dihindari. Aku tertawa ngakak
sampe jungkir balik saat latihan, jam istirahat pun juga masih ngakak. Jangan tanya bagaimana reaksi teman-teman. Apalagi para pelatih yang galaknya au ah… gak usah diceritain. takut yang bersangkutan keselek.
mereka marah besar padaku. Tapi, apa daya, aku tak bisa menghentikan tawaku sampai kegiatan berakhir. Jam lima sore, ya hanya aku tertawakan saja.
Karena aku ke sekolah naik angkutan umum, horror banget, kan kalau aku terus tertawa. Nanti yang ada dikira stress lagi. Padahal
waras, dan tertawa bukan mauku. Tapi, itu juga di luar kenadaliku.
Aku memberanikan diri meminta salah satu kakak pelatih yang
naik motor untuk mengantarkanku kembali ke kos-kosan. Ya, masih kelas satu SMP
bahkan aku dulu sudah jadi anak kos. Karena orang tua tinggal di luar kota.
"Mas, minta tolong dong. Perutku sakit, nih. Anterin aku
pulang, ya?" ucapku memohon.
Kulihat dari raut wajah mas Ahmad (nama samaran) juga santai
saja. Tidak keberatan.
"Ya sudah, ayo sini kuantar."
Akupun naik ke atas motor bebek dan masih saja tertawa.
Padahal ga ada yang lucu, sebenarnya aku juga lelah. Soal do'a, jangan tanya
lagi, ayat kursi, al-fatehah juga sudah kubaca berulang kali sampai kubayangkan
siksa kubur. Tapi, gak mempan.
Begitu motor yang kami naiki sudah keluar dari pagar
sekolah, tertawaku sudah berkurang tak separah sebelumnya. Terlebih setlah melewati taman bacaan yang letaknya kurang lebih limaratus meter dari sekolahanku, aku sudah bisa diam. Tinggal perut aja, rasanya kaya kram.
/0/6489/coverorgin.jpg?v=20250122151250&imageMogr2/format/webp)
/0/19300/coverorgin.jpg?v=5b64df787a9f35410ad77322b8fc82cb&imageMogr2/format/webp)
/0/16862/coverorgin.jpg?v=20240607130119&imageMogr2/format/webp)
/0/8374/coverorgin.jpg?v=b10c6368df288a6cfb1f12a393861689&imageMogr2/format/webp)
/0/6753/coverorgin.jpg?v=20250122151525&imageMogr2/format/webp)
/0/2955/coverorgin.jpg?v=20250120143209&imageMogr2/format/webp)
/0/2885/coverorgin.jpg?v=20250120142934&imageMogr2/format/webp)