/0/15744/coverorgin.jpg?v=06abe3e55eacaf5d8b461595cbfda95e&imageMogr2/format/webp)
"Sayang, tolong bikinin aku kopi susu dong!" seorang pria muda 30 tahun tengah asyik memainkan handphone-nya di depan ruang televisi. Marga Rendra Pradhana, nama yang melekat dalam dirinya.
"Mas, bubuk kopi dan susunya sudah habis dari kemarin," jawab Maya Kurnia Septa, gadis 27 tahun berstatus sebagai istri sah Rendra yang kini tengah berbadan dua.
"Bukannya empat hari lalu kamu habis beli satu renteng?"
"Iya Mas, tapi Mas Rendra minta dibikinin kopi sehari kadang sampai empat kali."
"Ya sudah, kamu beli di toko sebelah gih!"
"Uang belanjaku sudah habis, Mas. Saat ini aku tidak pegang uang sama sekali."
"Sebenarnya apa saja sih yang kamu beli? Masa setiap hari cuma lauk tempe dan tahu doang, kamu aku kasih uang seratus ribu untuk satu Minggu tidak bisa mengaturnya? Kamu bisa mikir nggak jadi istri itu harus pinter-pinter ngatur keuangan rumah tangga. Istri macam apa kamu ini!" Rendra meletakan handphone-nya dan kini berdiri di hadapan Maya yang tengah menundukkan wajahnya.
"Mas, walau lauk tahu dan tempe, minyak goreng dan bumbu tetap beli. Mas Rendra juga tahu sendiri minyak goreng saat ini mencapai dua puluh ribu satu liter. Kamu juga masih ingat jika empat hari lalu membelikanmu satu renteng kopi, harganya delapan belas ribu. Beras, sabun, samphoo, dan token listrik belum terhitung, Mas. Sayur pun sudah aku sanggupi untuk memetik di kebun. Belum lagi kemarin tabung gas habis. Sekarang tega sekali kamu bertanya aku ini istri macam apa? Tega banget kamu, Mas!" air mata datang tanpa diundang membasahi raut wajah Maya.
"Sekarang kamu berani menjawab perkataanku?" Rendra mulai terbakar emosi.
"Aku hanya mengatakan apa adanya, Mas."
"Istri tidak tahu diuntung!" Rendra mendorong tubuh sang istri hingga Maya terjatuh dan mengeram kesakitan.
"Ah, perutku! Perutku sakit sakit sekali, Mas."
"Kamu jangan manja! Aku hanya mendorongmu pelan!" Rendra pergi ke kamar meninggalkan Maya yang sedang kesakitan.
"Mas, ini benar-benar sakit!" Maya memegang perutnya sambil merintih kesakitan.
------------------
Marga Rendra Pradhana adalah salah satu karyawan yang mendapatkan imbas dari adanya pandemi. Tepat tiga bulan yang lalu dia di PHK oleh kantornya karena pengurangan karyawan.
Sedangkan Maya Kurnia Septa dulu sempat bekerja sebagai PSG dealer motor, tetapi Rendra menyuruh berhenti bekerja semenjak mengetahui kehamilan Maya tepatnya 6bulan yang lalu.
Mereka hidup berdua di sebuah rumah kontrakan sederhana. Usia pernikahan Rendra dan Maya di tahun ini telah genap lima tahun. Setelah sekian lama menunggu kehadiran sang buah hati, kita akhirnya mereka mendapatkan hadiah terindah dari Tuhan itu di tahun ini. Namun sayang, keadaan ekonomi mereka saat ini sedang memburuk. Uang pesangon yang diterima oleh Rendra pun hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka belum memiliki persiapan sama sekali untuk menyambut sang buah hati.
Rendra sudah mengajukan lamaran kemanapun tetapi tetap belum mendapatkan respon atau undangan interview dari perusahaan-perusahaan tempatnya melamar pekerjaan.
-------------------
"Mas, bantu aku berdiri. Perutku sangat sakit!" Teriak Maya sambil memegangi perutnya.
/0/6187/coverorgin.jpg?v=72d677abcbdba6d5214345bafe08895f&imageMogr2/format/webp)
/0/3025/coverorgin.jpg?v=41980f9cd0993da3b1c9d25124e7b0ca&imageMogr2/format/webp)
/0/3411/coverorgin.jpg?v=fd765f710e707383010bae55f6cac4c7&imageMogr2/format/webp)
/0/5475/coverorgin.jpg?v=1c928080917c2e8e1c5bf2ba68a13220&imageMogr2/format/webp)
/0/3262/coverorgin.jpg?v=ba0d530e17081e7c2a621caef06923d2&imageMogr2/format/webp)
/0/29175/coverorgin.jpg?v=8d55e2575b25406d48e476ec8e570797&imageMogr2/format/webp)
/0/7540/coverorgin.jpg?v=64ba578be9dfd13513fb31866dbcd0fd&imageMogr2/format/webp)
/0/2362/coverorgin.jpg?v=6d2128527716cfd349a5acec8978df7e&imageMogr2/format/webp)
/0/2949/coverorgin.jpg?v=0de6347e304d2780a4ea09a260e11c82&imageMogr2/format/webp)
/0/2352/coverorgin.jpg?v=71b52e24adf9494be34d4e56908d40fe&imageMogr2/format/webp)